Bab 6. Hubungan Baru

36 4 4
                                    

HAIIII! Minta vote dan commentnya yaa! Bantu koreksi kalo ada typo jugaaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



HAIIII! Minta vote dan commentnya yaa! Bantu koreksi kalo ada typo jugaaa!

⏳⌛️⏳
    
Anette mengambil jaket kulitnya lalu menutup jendela. Tangannya terhenti ketika melihat Rendra sedang duduk di jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Ia tersenyum jahil lalu menopang wajahnya dengan tangan dan menatap Rendra sambil tertawa geli karena laki-laki itu tidak kunjung sadar jika ia sedang diamati.
    
"Woi! Mau ke mana lo?" tanya Rendra yang akhirnya menyadari Anette sedang mengamatinya. Laki-laki itu awalnya sedikit tersentak saat melihat Anette dengan pakaian serba hitam andalannya sedang mengamatinya sambil tertawa. "Lo beneran Anette kan? Bukan penunggu kamarnya Anette?" tanya Rendra.
    
Anette tertawa keras. "Mau jalan sama Abi!"
    
Dari seberang, Anette dapat melihat Rendra mendengkus lalu mencibir. "Awas lo kesambet malem-malem duduk di situ sendirian! Ngelamun lagi! Bisa aja bentar lagi lo lihat penuunggu yang mirip sama gue!" seru Anette menakuti sebelum akhirnya menutup jendela kamarnya dan berjalan ke luar.
    
"Lho, kamu mau ke mana, Net?" tanya Lova yang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam.
    
"Aku mau pergi ya, Mi."
    
"Sama Rendra?"
    
Anette menggeleng sembari menuangkan air ke gelas. "Sama teman yang lain."
    
"Pacar baru lagi?"
    
Anette mencomot ayam goreng yang baru matang lalu tertawa pelan. "Bukan. Tapi hampir."
    
Lova memukul punggung tangan Anette pelan. "Cuci tangan dulu, jorok kamu!"
    
Anette mendengkus tak terima. "Kan tadi habis mandi. Udah bersih. Ya udah ah, aku pergi dulu ya. Teman aku sebentar lagi paling sampai."
    
"Ya udah, hati-hati ya! Jangan pulang malam-malam."
    
Anette menangkat ibu jarinya sembari berjalan ke luar untuk memakai sepatu.

⏳⌛️⏳
    
Anette mengaduk minumannya dengan bosan. Ingin mengobrol terlalu keras pun ia takut malah mengganggu pengunjung lain. Anette juga sebetulnya bingung kenapa Abi malah mengajaknya ke kafe yang lebih cocok untuk menjadi tempat belajar dibandingkan untuk mengobrol.
    
Suasana yang sunyi membuat Anette enggan membuka mulut dan malah merasa mengantuk. Abi yang duduk di depannya juga diam, ia hanya mengucapkan sepatah dua patah kata, dan kebanyakan seputar sekolah dan pelajaran membuat Anette semakin mengantuk karena ia tidak tertarik dengan topiknya. Gadis itu akhirnya bersandar ke belakang. Baru saja memejamkan mata dengan tangan yang masih tetap mengaduk minumannya pelan, suara Abi kembali mengganggunya.
    
"Anette..."
    
Anette membuka mata dan berhenti mengaduk minumannya lalu menatap Abi. "Hm?"
    
"Lo ... sejak kapan sih gonta-ganti pacar gitu?" tanya Abi dengan sedikit ragu, "eh, sorry ya. Gue nggak bermaksud gimana-gimana kok, cuma pengin tahu aja sih..." lanjutnya ketika melihat ekspresi Anette yang datar.
    
"Nggak tahu deh tepatnya kapan, mungkin kelas sebelas."
    
"Udah lama dong ya? Mantan lo berapa, Net?"
    
"Baru satu tahun. Kalau mantan gue nggak tahu juga, nggak gue hitung. Kalau lo mau tahu pastinya lo tanya aja ke Rendra, dia yang hitung. Mau gue tanyain?" tanya Anette santai. Gadis itu mengambil ponselnya hendak mengirim pesan ke Rendra. Namun, Abi dengan cepat mencegahnya.
    
"Eh, nggak usah, Net. Kalau boleh tahu, kenapa lo suka gitu, Net? Bukannya lebih nyaman kalau langgeng sama satu orang aja?"
    
Emosi Anette mulai sedikit tersulut, tapi ia tetap berusaha tenang. Ia tidak mungkin membuat keributan di kafe yang damai ini. "Bukan urusan lo nggak sih? Gue pernah kok setia sama satu orang, tapi nyatanya rasa kecewanya malah makin besar kalau kita setia sama satu orang dan ternyata orang itu enggak. Mending main-main aja dulu, kalau ada yang cocok ya udah deh baru lanjut. Sekalian cari yang cocok juga, dari pada udah pacaran lama tahunya nggak nyaman. Iya nggak sih?" tanyanya, "atau mungkin lo belum pernah ngerasain kali ya?" lanjutnya.
    
"Bukannya buang-buang waktu?"
    
Anette mengesah pelan, ia mulai bosan dengan pertanyaan-pertanyaan Abi yang terkesan seperti mengintimidasinya. "Lo mau malam mingguan atau wawancarain gue buat acara cari jodoh sih?"
    
Abi tersenyum canggung. "Maaf kalau pertanyaan gue bikin lo tersinggung, Net."
    
Anette tersenyum miring. "Santai aja. Nggak ada kata tersinggung dalam hidup gue. Terus kenapa lo mau dekatin gue kalau udah tahu track record gue sejelek itu, Bi? Nggak takut diomongin sama anak-anak? Lo kan anak pinter, rajin, taat peraturan, masa dekatnya sama cewek kayak gue?"
    
"Gue ngerasa lo beda aja. Kayak gue pengin gitu mengubah lo jadi lebih baik. Gue yakin kok gue bisa bikin lo berhenti jadi playgirl."
    
Anette refleks mengangkat alisnya dan hampir saja tertawa, untung saja dia tidak kelepasan. "Lo percaya diri juga ya. Bagus, gue suka yang kayak lo. Ya udah deh kalau gitu, good luck," sahutnya sambil menaikkan kakinya ke kursi karena merasa pegal.
    
"Eh, Net. Ngapain?"
    
Anette menatap Abi bingung. "Naikin kaki?"
    
Abi menggaruk tengkuk lehernya canggung. "Jangan gitu. Ini kan bukan di warung."
    
"Ya udah balik aja yuk. Gue pegal banget pengin rebahan," sahut Anette karena sudah lumayan kesal dengan Abi. Dari pada ia malah kebablasan dan tidak dapat mengontrol dirinya untuk memukul wajah Abi yang terlihat sangat menyebalkan saat ini.
    
Akhirnya Abi pun mengangguk dan mengikuti Anette yang sudah berdiri lebih dulu. Mungkin laki-laki itu juga merasa jika Anette sudah mulai merasa tidak nyaman.

Shaenette and Her ExesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang