Seorang yang bejat

11 3 0
                                    

Maaf atas ketypoan-nya

2 Minggu kemudian hasil perlombaan di umumkan,sayang seribu sayang Nara tidak mendapatkan predikat juara,dewan sekolah merasa kecewa kepada Nara,karena dia merupakan harapan sekolah satu-satunya.

Begitupun dengan Nara,ia merasa dirinya telah membuat malu nama sekolah.

"Permisi pak."ucap Nara memasuki ruang kepala sekolah.

Pak kepala sekolah hanya mengangguk lantas menyuruh Nara untuk duduk di kursi yang berada di depannya.

"Ada apa ya bapak manggil saya?"tanya Nara takut,jujur ia sangat takut sekali,takut jika ia akan di keluarkan dari sekolah ini gara-gara ia gagal dalam olimpiade.

Pak kepala sekolah bangkit dari duduknya,mulai berjalan mengitari Nara,Nara yang merasa heran hanya bisa meneguk ludahnya ketakutan.

"Olimpiade kemarin kamu kalah,jadi gak ada nilai tambahan."ucap kepala sekolah.

Nara hendak protes namun kini bibirnya sudah tertutup rapat oleh tangan kekar milik kepala sekolah.

"Kamu mau nilai tambahan yang besar?"tanya kepala sekolah.

Tanpa berpikir dua kali Nara mengangguk,inilah yang ia inginkan nilai besar yang bisa membantunya untuk masuk ke universitas impiannya.

"Puasin bapak."ucap kepala sekolah.

Nara meneguk salivanya, berpikir beberapa kali akan kata suruhan dari kepala sekolah,jujur ia sekarang merasa takut di tambah kepala sekolah yang kini mulai membuka satu persatu kancing baju Nara, memperlihatkan balutan bra putih Nara.

Tanpa persetujuan dari Nara kepala sekolah mulai menggerayangi setiap inci tubuh Nara yang mulus, Nara mencoba menahan agar lenguhannya tidak keluar dengan menggigit bibirnya kencang-kencang.

"Jangan....akh.."ucapnya.

*****

Uhuk....

Ibu terbatuk,air mata mulai mengalir dari matanya.

"Maaf ya nak ibu jadi ingat mendiang Nara."ucap ibu tersenyum ramah.

"Gapapa Bu,aku juga paham gimana rindunya ibu sama mendiang kak Nara."ucap gadis culun yang tengah merekam perkataan ibu sedari tadi.

"Mari,ibu lanjutkan ceritanya."ucap ibu itu.

*****

Pak kepala sekolah berdiri, mulai memungut pakainnya yang berantakan dimana-mana,ia tersenyum seraya bersiul.

Sedangkan di belakang sana Nara duduk terpaku, pandangannya kosong lurus ke depan.

"Tenang aja,bapak gak ingkar janji kok,nilai kamu akan di tambah,pokoknya semester ini kamu akan mendapatkan nilai sempurna."ucap kepala sekolah memasang kembali celananya.

"Nih, pake baju kamu."ucap pak kepala sekolah menyodorkan seragam sekolah milik Nara yang tampak berantakan.

*****

Who's Next? [Tamat]Where stories live. Discover now