4

8 1 0
                                    


Ini adalah ceritaku yang sebenarnya. Aku Zahra Adissa. Murid kelas sepuluh tahun ajaran baru. Aku hidup dengan seorang yang telah melahirkanku ke dunia ini. Hanya dia yang kumiliki. Seorang Bunda. Namun hari ini berbeda, aku tinggal dirumah yang lebih dekat dengan sekolah. Rumah tanteku asikk...

"Kemana aja kamu?!" tanya Milo, ketua OSIS tahun ini. "Hari pertama kamu terlambat, nggak bawa sapu ijuk juga. Di hari ke dua kamu juga terlambat, dan kamu kabur, bolos saat menerima hukuman. Hari ketiga kamu melanggar aturan, atas ijin siapa kamu masuk ke perpustakaan atas?!" teriaknya memuncak di akhir kalimat

Gue menundukkan kepala, mengakui bahwa Gue memang salah. Tapi, di akhir kalimatnya? "Perpus itu kebuka," belaku mencegah kesalahpahaman.

"Diam kamu!" teriaknya tegas.

Aku terjingkat sedikit, dan why? Kenapa Gue nggak boleh masuk ke perpustakaan atas? Padahal jelas-jelas perpustakaan itu terbuka, penjaga perpustakaan juga ada, malah dia senyum ke arah Gue. Kenapa jadi Gue yang disalahin lagi. Penjagan aja nggak negur gue. Tapi kenapa ketua OSIS ini yang marah-marah? Situ PNS? Eh, PMS?

"Di hari keempat dan lima, kenapa kamu nggak masuk?! Kamu niat sekolah nggak?! Kalau enggak, nggak usah sekolah di sini?! Sekolah aja di tempat lain! Sekolah yang berangkat pagi pulang pagi! Berangkat jam 9 pagi pulang jam 10 pagi!" teriak Milo penuh urat.

"Mil.., Mil..., Milo udah, Mil," ucap Bianca menenangkan. Di usapnya punggung itu agar kemarahannya mereda.

"Mil, lo cuma kesel sama diakan, Mil? Lo kesel karena dia masuk ke perpustakaan bahwahkan? Lo jangan bawa masalah itu sama masalah dia Mil. Dia murid baru, wajar lah kalau dia nggak tahu," David berucap agar suasana disini tak setegang tadi.

"Sekarang kamu cerita kenapa kamu nggak berangkat di hari ke empat dan kelima," ucap Gilang.

"Huu... Dasar!"

"Pembawa nasib buruk"

"Bolos aja terus, kita yang di hukum"

"Hukum aja, Kak"

"Dasar cebol!"

"Gara-gara lo kita sengsara"

"Cewek nggak tahu diri!"

"KALIAN BISA DIEM ENGGAK?!" teriak Gilang Memuncak. Masih dengan nafas memburu Gilang berucap, "Cepet cerita." mempersilakan Gue untuk bercerita.

Gue tahu Gue memang salah, tapi kenapa semua yang ada disini marahin Gue? Bahkan mereka nggak tahukan kenapa Gue nggak berangkat? Mereka juga nggak nanyain gue. Tanyak kek kenapa gak gak berangkat. Ada apa. Kenapa Gue harus dimarahin kaya gitu?

"A..aku minta maaf," ucapku setengah ikhlas, setengah tidak ikhlas "Bunda ku jatuh sakit kemarin trus udah meninggal," lanjutku santai.

"Oh anak piatu?"

"Yatim piatu dia!"

"Bapaknya meninggal kecelakaan sama kakaknya!"

Emang tai banget tuh mulut-mulut mereka. Pengen Gue siram air termos itu mulut-mulut teman SMP Gue dulu yang tahu kehidupan Gue. Trus Gue salah gitu kalau yatim piatu? Gue juga gak bisa milih kali, kalau bisa ya Gue gak mau jadi anak yatim piatu.

"Dark jokes* anjir jangan dibawa serius hahaha." Gelak tawa diikuti oleh seluruh siswa.

"Bercandaaa"

"Bercanda itu kalau keduanya ikut ketawa! Kalau kamu doang itu bukan bercanda! Itu ngejek namanya! Dark jokes apalagi! Gak semua bisa dijadiin dark jokes. Kalau ada yang tersinggung itu bukan dark jokes namanya!"

"Tegak grak! Tanpa penghormatan. Bubarr.. Jalan!" ucap sang komando Kak Zakki.

"Anter dia ke ruang OSIS. Biar gue yang urus dia," ucap Milo datar.

***

"Kakak kenapa sih bahas masalah perpus atss itu? Toh perpus itu juga milik sekolahkan?" tanya ku ketika Milo, si ketua OSIS yang terus mengungkit-ungkit masalah perpus atas.

Gimana perasaan kalian, ketika kalian baru aja masuk SMA dan masalah kecil menjadi besar seperti masalah perpus atas ini? Padahal juga perpus itu di buka, milik sekolah, penjaga yang ada di depan tangga untuk ke perpus atss juga mempersilakan Gye untuk masuk. Senyum ke Gue malah.

Ah! Atau jangan-jangan ini ketua OSIS suka lagi sama Gue. Makanya dia cari alasan biar bisa deket-deket sama Gue. Secara Guekan cantik jelita manjalita. Wah..wah.. Gila..! Kaya di novel-novel aja. Gini ya rasanya di sukai sama ketua OSIS. Gue tokoh utama cewek dan Milo tokoh utama cowok, ketua OSIS lagi. Azzikkk.. Icikiwirr...

Gue cuma senyum-senyum doang dong, padahal Kak Milo udah ngasih aku pidato panjang lebar. Kayanya udah 10 menitan Kak Milo ngasih pidato itu, dan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Kira-kira gitulah. Kalau di lihat-lihat Kak Milo ini ganteng juga, tapi lebih ganteng Kak David. Eh..!

"Kamu!" tunjuknya mengarah padaku. "Nggak dengerin ucapan saya?!" tanyanya muntab*.

Panik seketika, mata ku ke kanan, kiri, atas, bawah, mencari alasan. "De..de..dengerin kok, Kak," jawabku sambil beranjak dari duduk.

Aku tersenyum lagi, "Kakak suka ya sama Aku?" ucapku menahan tawa. "Aduh, Kak, kalau suka itu ngomong aja. Daripada tenaga Kakak buat marahin aku, masa sampai cari masalah kecil kaya ini biar jadi besar. Toh, mending ngomong langsung," ucapku masih senyum-senyum.

Milo mengerutkan dahinya dalam, mungkin di pikir. 'Ck, ck, ck, ck, tahu aja sih si Eneng kalau Abang suka sama Eneng'. Aduh.. jedug-jedug nih hati Gue.

"Siapa yang suka sama kamu?" tanya Milo tenang.

DUARR...!

Urat malu ku putus seketika. Pede banget sih lu, Ra. Plis deh ah, pede lo harus lo hilangkan mulai detik ini juga. Rasanya kaya jantung lo pindah ke hati, malu bangett...

Aku menunjuk diri sendiri, "Ja..ja..jadi? Ahahaha.." Aku tertawa. Tak sungguhan tapi, hanya alibi saja. "Ck, bukan Kakak lah pastinya," ucapku sambil bergurau receh, tapi nggak receh.

"Siapa?"

Gue melambaikan tanganku menepuk angin, "A..adalah." Otakku mulai berpikir untuk mencari alasan yang akurat untuk segera pergi dari Kak Milo.

"Yakin?" tanya Milo mulai beranjak dan berhenti di hadapan Ara.

"Ahahaha..." tawaku sambil menepuk bahu Milo sedikit keras. "Yakinlah, Kak. I..ini melatih. Karena aku harus acting sinetron, adegannya ada yang kaya gitu. He..heheh.."

Aku merutuki diri sendiri. Plis deh, Ra, itu garing banget. Nggak lucu sama sekali, lo bisa alibi nggak sih.

"A..aku kebelakang dulu ya, Kak. Permisi"

Gila banget sih Gue. Goblok malah. Iya sih Gue tahu kalau Gue ini goblok. Tapi ya jangan goblok-goblok banget.

"Gila gila gila.. Goblok banget sih lo.." desis ku sepanjang perjalanan.

Sambil berjalan menuju toilet, Gue terus mengacak-acak rambut, serta menghentak-hentakkan kaki berulang kali. Bodo amat dilihatin seantero sekolah, bahkan di lihatin seantero duniapun gue ikhlas. Asal nggak dilihatin sama Milo, kalau itu gue nggak ikhlas.

"BODOH!" teriakku kencang hingga semua menatapku.

Gue meringis menjawab tatapan mereka. Menatapi nasib gue hari ini yang tak sejalan dengan pemikiran. Jadi gini ya rasanya kalau berangan terlalu tinggi, jatuhnya sakit. Kalau Aku sih enggak, karena kalau aku berangan tinggi-tinggi, jatuhnya malu ampe ke ubun-ubun.

____________________

*) dark jokes / humor gelap/humor hitam. Humor yang dianggao tabu dan dapat menyakiti orang lain.
*) muntab : marah besar

👇 vote and comment😉

Ara's LifeWhere stories live. Discover now