6

5 0 0
                                    


"Kak, mau bagaimanapun aku nggak akan mundur. Aku udah jalan setengah jalan, yakali aku mundur!" Ara menolak. Punggungnya ia senderkan di kursi, dan tangannya menyilang di depan dada.

Farah, orang yang diajak berbicara olehnya tadi ikut menyenderkan punggungnya, tangannya meraih gelas berisi es jeruk. "Gue nggak tahu kenapa itu bisa terjadi, tapi gue nggak mau kamu balas dendam. Kamukan nggak tahu pastinya gimana?" Farah masih kukuh untuk menasehati Ara.

"Gimana aku tahu kalau aku nggak cari tahu? Gimana aku tahu kalau berita itu langsung tenggelam gitu aja! Hilang gitu aja! Gimana aku tahu kalau Kak Farah terus nahan aku? Aku harus cari t-," tiba tiba saja mulut Ara disumpal dengan sedotan milik Farah. Dasar teman seperjigongan.

Farah memberi kode agar Ara berhenti berbicara. Wajahnya masam ketika bertatapan dengan Ara, kemudian wajahnya menjadi berseri, bahkan tersenyum manis ketika melihat seseorang di belakang Ara.

"Harus cari tahu? Cari tahu apa?" tanyanya tiba-tiba.

Dengan sigap Ara membalikkan tubuhnya, kemudian mendengus dengan kasar. "Lo lagi, lo lagi, gak bosen apa ketemu gue?" tanya Ara memposisikan tubuhnya seperti semula. Tanganya menjetik hingga berbunyi. "Oh iya, secara guekan cantik, jadi lo nggak akan bosanlah ketemu gue," ucap Ara dengan pedenya.

"Pede banget lo. Yang ada gue jijik kali," jawab Milo sambil duduk di sebelah Ara. "Eh, pertanyaan gue tadi belum di jawab ya," seketika Milo mengingat apa yang ditanyakan tadi.

Ara memutar bola matanya malas kemudian menjawab, "KEPO". "Udahlah Kak, Bye," ucap Ara kemudian meningalkan dua insan yang saling berhadapan.

Masih dengan perasaan dongkol, tiba-tiba saja ia mengingat kejadian di kelas tadi. Dimana dirinya harus bertanding suara, atau biasa disebut battle suara oleh anak sekarang. Biasa anak jaman sekarangkan lebih tahu bahasa inggrisnya daripada bahasa indonesianya. Bahkan nilai bahasa inggris lebih baik daripada bahasa indonesia. Betulkan?

Waktu Dara berteriak untuk meminta agar sang pemilik bakat menunjukkan bakatnya, Ara terlebih dahulu mengajukan dirinya. Tapi, sedetik kemudian teman sekelasnya yang bernama Jessica ikut mengajukan dirinya.

"Gue aja"

"Gue aja"

"Jessica aja, suara dia bagus," ucap Petra yang dulu teman sekelas Jessica.

"Yaudah voting aja nih!" teriak Fatimah.

"Siapa yang milih Jessica?!" kali ini Dara yang berteriak.

"Yaudah sih! Jessica aja, lagian cocokan Jessica daripada... siapa sih tu namanya? Zahra ya? Kalau Jessica sama Farrel di dekatkan kan cocok, daripada si Zahra," teriak perempuan yang satu geng dengan Jessica.

"Yaudah mending voting aja, siapa yang milih Jessica?" teriak Dara lantang.

"Tu, dua, tiga, empat, lima, enam...," Fatimah terus menghitung. "Dua puluh tiga, DUA PULUH EMPAT!" teriak Fatimah.

"Berarti Jessica yang nyanyi. Secara nggak langsung Zahra dapet suara enam belas."

"Farrel nggak milih Jessica, secara nggak langsung Farrel nggak mau sama Jessica," ucap Ara membela diri.

Kericuhan mulai terjadi, antara geng milik Jessica, serta pendukung Jessica dengan Ara seorang. Seisi kelas ricuh hanya masalah pemilihan penyanyi pensi.

"Udah woi! DIEM LU PADA!" teriak Farrel menengahi keributan. "Kalian berduakan bisa battle suara dan gue yang akan milih," ucap Farrel.

"Nggak bisa gitu dong Farrel. Murid sekelas juga harus milih," ucap Jessica dengan gayanya.

"Gue setuju banget deh sama Farrel. Farrel aja yang milih kita," balas Ara mengikuti gaya Jessica tadi. "Lo takut ya? Atau lo nggak bisa ngebeli suara mereka buat milih lo?" tanya Ara untuk menyudutkan Jessica.

"Oke! Gue terima!" ucap Jessica pada akhirnya. Kemudian ia berjalan pergi meninggalkan kelas.

"Eehh... Ara!"

"Eh, hah?" jawab Ara memutar badan mencari asal suara.

"Iihh... Araa...," Dara merengek sambil mengandeng tangan Ara. "Lo tu. Ih, nggak tahu lagi deh. Dari tadi gue cariin lo kemana-mana."

"Yaudah, ayo masuk. Belnya udah dari tadi," ucap Ara.

Saat Ara dan Dara memasuki kelas, ternyata Jessica sedang diuji oleh Farrel. Di pojok kelas itu dengan Lian disebelahnya, Farrel memetikkan gitar seirama dengan suara Jessica. Terdengar indah dan merdu saat Jessica menyanyikan lagu milik Virgoun.

"Karna tlahku habiskan sisa cintaku hanya... Untukmu..."

Suara itu berhenti, digantikan dengan riuh tepukan teman-teman sekelas. Termasuk Ara yang ikut bertepuk tangan, bahkan dirinya merasa minder dengan suara Jessica.

Tepukan berhenti, Lian bangkit dari duduknya dan berteriak, "Ayoo.. Kita ganti personil kitaa.. Kita sambutt.... Araaa...!!"

Ara berjalan menuju pojokan kelas, dan duduk di atas kursi bekas Jessica tadi. Mereka, Farrel dan Ara, saling berhadapan. Sadar woi, cewek mana yang berhadapan sama cowok ganteng kaya Farrel nggak tersipu? Cewek mana? Kali ini Ara benar-benar malu, ingin rasanya ia menghilang saja di balik rawa-rawa. Apaansih.

"Yang patah tumbuh," ucap Farrel sambil mencoba nada di alat musik itu.

Matanya membulat, keningnya berkerut, "Darimana lo tahu lagu itu?" tanya Ara spontan. Benar-benar tidak bisa berpikir setelah Farrel mengucapkan judul lagu itu.

"Kenapa emang?" tanyanya singkat dan masih mengotak atik nada di senar.

"Itukan lagunya Banda Neira  anak jaman sekarang nggak terlalu kenal sama band itu. Kenapa lo bisa tahu?" tanya Ara lagi. Kali ini dirinya bisa berpikir, walau sedikit.

Farrel mulai menggesekkan senar gitar itu dengan pick gitar yang menimbulkan suara bernada, "Satu.....dua..tiga.."

Spontan Ara memegang tangan Farrel kemudian melepaskannya kembali ketika suara gitar itu berhenti. Jangan harap jika ada adegan tatap-tatapan, you know-lah itu drama banget. "Jawab dulu," ucap Ara memaksa.

Farrel tersenyum miring, dengan tatapan agak sulit untuk di artikan. Wajahnya mendekat di samping telinga Ara, "Gue akan jadiin lo pemenang, dan lo bisa balas dendam," bisiknya kemudian menarik kepalanya lagi seperti semula.

Ara bergidik ngeri saat Farrel berbisik di sebelah telinganya. Ada sensasi geli yang menjalar hingga perut, dan membuat dirinya menahan tawa. Tapi wajah Ara masih tegang tuh, gimana?

"Lo siapa?" tanya Ara masih dengan wajah tegang.

____________________

Ara's LifeWhere stories live. Discover now