4. First Movie

7.8K 406 101
                                    

"Luke, ayo pulang sekarang!"

Luke dan Lane serempak menengok ke arah sumber suara. Terdapat seorang cewek yang memakai seragam yang sama dengan Luke berdiri di dekat mereka. Namun Lane tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena cewek tersebut mengenakan masker.

"Lane, ntar gue telpon lo, ya," kata Luke.

Lane mengangguk. "Gue duluan ya. Kak Xandrine juga udah beres kayaknya. Da-ah," kata Lane sambil melambaikan tangannya lalu memutar badan dan melangkah ke arah mobil. Sampai akhirnya Ia menghela napas panjang saat berhasil duduk di dalam mobil.

"Gak jadi beli minum nya lo, Dek?" tanya Xavier karena tadi Lane bilangnya ingin membeli minum. Namun ketika kembali, Lane tidak membawa apapun.

Lane menggelengkan kepalanya dan matanya menatap lurus ke arah depan.

Xavier tahu kalau ada yang tidak beres dengan adiknya itu. Maka sebelum pulang ke rumah, ia menjalankan mobilnya ke arah McDonald's. Xavier memilih pemesanan via take away.

Setelah mendapatkan apa yang telah dipesan, Xavier kembali menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah. Dan oh, jangan lupakan Xandrine yang dari tadi bersenandung kecil di kursi belakang sambil mengenakan headset-nya.

Sesampainya dirumah, Lane mengambil McFlurry oreo dan juga kentang berukuran besar miliknya. Lalu Ia melangkahkan kakinya ke atas untuk ke kamar sambil menyeret tas ranselnya dengan sangat malas.

Siapa sih itu cewek yaelah, baru sehari sekolah udah dapet gebetan aja si Luke, batin Lane.

Tapi kemudian Lane berpikir bahwa Ia tidak memiliki hak sama sekali untuk melarang cowok itu untuk dekat dengan perempuan lain. Toh mereka hanya berteman, bukan?

So she said 'what's the problem, baby?'
What's the problem? I don't know
Well, maybe I'm in love (love)
Think about it everyt--

"Halo?"

Oh ternyata lantunan lagu milik Counting Crows tadi merupakan ringtone dari ponsel Lane yang sengaja tidak di silent jika ia sedang berada di rumah.

"Hai! Lagi apa?" suara ceria mirik Luke terdengar.

"Lagi mau makan kentang. Ada apa lo telpon?" tanya Lane acuh tak acuh.

"Whoa, galak amat, Mba. Gue mau bilang maaf kalo tadi temen gue udah ganggu. Sialan banget dia emang," balas Luke dari seberang sana.

"Temen yang mana? Yang tadi make masker? Sok penyakitan," tukas Lane.

Ralat, The Sassy Lane.

"Well yes, namanya Lea. Just in case you curious," jawab Luke berusaha menaruh nada humor di dalamnya.

"Bodo amat! Mau Lea, atau Leopard sekalipun gue gak peduli," balas Lane.

"Ah! Lupain soal Lea. Hari Sabtu ini jalan, yuk. Ada film bagus buat ditonton."

Lane menarik sudut bibirnya keatas. "JALAN? BOLEH, BOLEH!" jawab Lane kelewat bersemangat.

"Diajakin jalan aja semangat, dasar! Gue jemput ntar ya, hari Sabtu. Sekarang gue mesti ngerjain PR dulu. Lo jangan lupa kerjain tugas-tugas lo. Semangat! See you soon."

Luke mengatakannya dengan lancar seolah telah direncanakan dan hal tersebut berhasil membuat Lane salah tingkah.

Gila. Gue di semangatin Luke, batin Lane saat Ia telah mengakhiri percakapannya bersama Luke via telepon itu.

*

Luke mengetuk pintu di depannya tiga kali. Tak berapa lama, Ia telah melihat Lane yang sudah siap untuk pergi. Cewek itu kali ini menggerai rambutnya.

"Ready to go, girl?" tanya Luke.

"Sok banget lu," sahut Lane sambil memukul lengan milik Luke.

Dan tepat tiga puluh menit kemudian, mereka telah sampai di bioskop dan tiket sudah ada di tangan mereka.

Waktu bersama Luke selalu terasa sangat cepat bagi Lane. Karena kini mereka tengah makan siang di salah satu restoran.

"Gimana sekolah lo? Temen-temennya cocok gak?" tanya Luke.

"Gue belum merasa sangat cocok, sih. Abisnya baru semingguan sekolah. Kalo lo gimana? Pasti banyak cewek yang ngedeketin," tanya Lane balik lalu terkekeh.

"Kalaupun banyak yang deketin gue, gue bakal tetep deket sama lo, kok. Don't worry," balas Luke meyakinkan sambil tersenyum dan menatap Lane right in the eyes.

Lane yang bingung harus menjawab apa, hanya menganggukkan kepalanya.

"Eh iya, ini udah sore. Lo bisa anter gue pulang sekarang? Gue mau nganter Mama buat ke supermarket abisnya," kata Lane sambil melirik ke arah jam tangannya.

Luke mengangguk. "Tapi lo janji, ya. Mau sering jalan bareng gue atau sekedar bantuin gue ngerjain PR."

"Janji," jawab Lane mantap.

*

"Ma, apel nya beli berapa banyak?" tanya Lane kepada Ibunya.

"Kira-kira aja. Buat kamu sama Xandrine," balas Tamara pada anak bungsunya.

Ketika Lane sedang sibuk memilih apel, Ibunya kembali berbicara padanya.

"Lane, nanti kalau kamu punya pacar, pilihnya yang kayak gitu, tuh," kata Tamara sambil menunjuk cowok yang sedang mendorong troli bersama Ibunya.

"Emang kenapa, Ma?" ujar Lane masih sibuk memilih apel yang akan dibeli.

"Ini malem Minggu, tapi dia lebih milih temenin Mamanya ke supermarket dibanding ngabisin waktu bareng temen," balas Tamara.

"Yang mana, sih, Ma?" tanya Lane, kini Ia celingak-celinguk melihat sekitar. Kemudian Tamara menunjuk cowok yang tadi.

Lane hanya tersenyum kecil saat tahu kalau yang dimaksud Ibunya adalah Luke.

***

A/n:

Ternyata Luke adalah tipe cowok idaman mertua ya... HAHAHA doi juga ada di multimedia. Tinggi amat dah

Maaf kalo mungkin gak seru abisnya masalahnya emang belum muncul. But I'll do my best! Dan sebenernya di chapter ini ada karakter yang lumayan berperan penting sih, hehe.

P.s: Chapter ini dedicated to Widya abisnya ada lagu kebangsaan kita YA GAK HAHAHA. Percayalah kita suka joget kalo dengerin lagu Accidentally in Love. ((atau mungkin cuman aku yg joget))

2 April 2015

Stand on the GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang