17.1. Math Quiz

5.5K 205 70
                                    

[ sip bgt Luke di multimedia kayak punya dua jakun ]

Selamat baca!

*

Luke menggoreskan tinta pulpennya pada selembar kertas berisikan soal matematika yang Mr. Fred-guru matematikanya-berikan. Sudah hampir enam puluh menit kuis dadakan berlangsung dan yang Luke tulis sedari tadi bukanlah jawaban maupun cara untuk penyelesaian soal, namun kalimat-kalimat yang tidak ada hubungannya dengan mata pelajaran ini sama sekali.

Seperti !!susah contohnya.

Sekeras apapun dirinya mencoba untuk fokus dan mengerjakan kuis matematika yang lebih terasa seperti ulangan ini, pada akhirnya Luke tetap gagal dan lagi-lagi menulis kata-kata keluhan menggunakan pulpen hasil pinjaman dan menghapusnya lagi-juga memakai tipe-x pinjaman.

Pikirannya berlarian kemana-mana dan rasanya Luke ingin memiliki ability untuk mengendalikan mereka. Karena nyatanya, memiliki masalah pribadi dan keharusan untuk mengerjakan soal yang sama sekali tidak dimengerti oleh, membuat cowok itu merasa kalau rambutnya bisa jadi habis dalam kurun waktu dua hari.

Jika bukan karena selembar post-it tidak penting yang ia temukan, mungkin dirinya setidaknya telah menggali ide untuk mengerjakan soal ini.

Soal matematika adalah musuh nomor dua bagi Luke setelah Axello Wexler menduduki peringkat pertama. Luke berpikir kalau keberuntungan tidak pernah berpihak padanya karena ia merasa setidaknya ada satu hal yang menghubungkannya dengan seonggok Axel.

"Tiga menit terakhir, anakku tersayang!" ujar Mr. Fred pada seisi kelas.

Tiga menit terakhir dan kertas milik Luke hanya berisikan coretan tipe-x yang bertebaran di setiap sisi.

Anjir bantuan mana bantuaaan, cowok itu menjerit dalam hati.

Menyadari kalau yang sedari tadi ia lakukan hanyalah memikirkan hubungan antara Lane dan Axel dulu, cowok itu memutuskan untuk mengesampingkan pemikiran tidak penting itu dan mulai melancarkan aksinya.

Luke merobek kertas kecil dan menuliskan beberapa kata di dalamnya sesaat sebelum melipatnya hingga terlihat lumayan kecil.

Bisnis anjeng bisnis, isi secarik kertas tadi.

Luke melemparkan pandangannya pada Mr. Fred yang terlihat sedang berkutat dengan ponselnya kemudian mendorong bangku Violet pelan-cewek itu duduk di depannya-dengan kaki kanannya kemudian menyimpan secarik kertas tadi di bangku bagian belakang yang di duduki oleh Violet.

Luke lebih memilih berbisnis bersama Violet dibanding Calum karena cowok itu paham betul kalau Calum sama bodohnya dengan dirinya-setidaknya di mata pelajaran ini. Sementara Violet atau Vio Pantat terbilang cukup pintar dan dapat dengan mudah mencerna materi yang guru-guru berikan.

Beda halnya dengan Luke. Rasanya sangat memalukan bahwa fakta Luke-bodoh-matematika itu nyata. Padahal Liz yang notabene-nya adalah guru matematika sekaligus ibu dari seorang Luke Hemmings, kerap kali membantunya belajar.

Ya udah sih, emang kalo misalnya nyokap gue guru matematika, guenya harus jago gitu? Adopsi aja anak olim kalo gitu caranya. Gue bakal cari Mama lain, Luke membatin dengan dramatis.

"Kumpulkan sekarang!"

Luke lantas tersentak mendengar dua kata yang sebenarnya normal itu. Cowok itu terlihat panik dan menatap sekitar dengan gusar. Teman sekelasnya yang kebanyakan adalah anak dengan IQ di atas rata-rata, telah selesai mengerjakan dan juga mengumpulkan jawaban mereka.

Luke menarik-narik rambut Violet dari belakang seraya berkata, "Vi anjing, Vi ini gimana?"

Violet terlihat menyelamatkan rambutnya dari tarikan manusia bernama Luke Hemmings kemudian menarik kertas dan juga pensil milik Luke secara paksa.

Stand on the GroundWhere stories live. Discover now