02 || 7 boy's

52 9 0
                                    

Didalam satu ruangan besar, berisikan 7 orang laki - laki yang tengah asik bermain game. Namun, berbeda dengan Harsa dan Jayden. Mereka berdua asik dengan handphonenya masing-masing.

"Bang awas dong lo, ah ngalangin." Seru Si Bontot Riki.

"Ya maaf Rik." Ucap Saguna. "Btw guys gue mau cerita deh." Lanjut Saguna yang membuat fokus mereka kini pada dirinya.

"Apa? Apa?" Ujar Si Bontot kepo.

"Jadi dikelas gue ada murid baru." Ucap Saguna. "Cewe cantik banget." Lanjutnya.

"Cantik banget bang?" Kali ini bukan Si Bontot Riki yang tanya, melainkan Juna.

"Banget spec bidadari deh." Jawab Saguna dengan excited. "Terus kalian pada tau gak?" Lanjutnya lagi yang membuat penasaran yang lainnya.

"Apaan lagi tuh bang?" Tanya Riki dan Juna bersamaan.

"Itu cewe duduk berdua sama Jay." Jawab Saguna yang langsung membuat semua mata tertuju pada Jay.

"Apaan sih? Ngapain ngeliatin gue kaya gitu?" Tanyanya risih.

"Abang cewenya cantik kah?" Tanya Riki polos.

"Biasa aja." Jawab Jayden cuek.

"Gak usah munafik deh lo, cewe itu cantik kan?" Kali ini yang menyahut adalah Sehan.

"Kalau Harsa bilang itu cewe cantik, baru gue mau bilang kalau itu cewe cantik." Ucap Jayden sambil berlalu pergi.

"Yah anaknya ngambek." Ujar Jakenan. "Lagian lo pada sih." Lanjut Jakenan sembari berlalu pergi menyusul Jayden.

Tersisa tinggal Harsa, Sehan, Saguna, Juna, dan Riki. Mereka masih membicarakan tentang murid baru itu yang tak lain adalah Arika.

"Emang itu cewe pindahan dari mana?" Kali ini Harsa yang membuka suara.

"Gatau, Ms. Airin gak bilang dia pindahan dari mana." Jawab Saguna.

"Abang nama cewenya siapa? Ada Instagram nya gak ya?" Tanya Riki sembari mengeluarkan handphone miliknya.

"Gatau sih ya, coba nanti gue tanya Abey. Cuman kalau namanya gue tau. Namanya itu Arika Bramantya Dineschara." Jawab Saguna mantap.

"Bramantya?" Suara serak nan berat menyahuti jawaban Saguna, yang tak lain adalah Mahatma.

"Eh ayah." Ucap Saguna kikuk.

"Siapa itu?" Tanyanya.

"Murid baru dikelas Sehan ayah." Sehan membantu menjawab pertanyaan ayahnya.

"Rasanya aku tidak asing dengan nama itu, apa itu anak perempuannya Bramantya?" Gumamnya pelan.

"Kenapa yah? Sudahlah ayah tidak usah difikirkan. Itu tidak akan ada sangkut pautnya dengan masa lalu ayah." Ujar Harsa menenangkan Mahatma. "Lebih baik ayah perhatikan kembali kesehatan ayah." Lanjutnya.

"Iyaa, tapi satu pesan ayah. Jika kalian bertemu dengan salah satu anak dari Bramantya beritahu ayah ya." Ucapnya sembari berlalu pergi meninggalkan anak-anaknya.

CircleWhere stories live. Discover now