08 || Sakit

38 2 1
                                    

Arika yang sudah tenggelam dalam tidurnya sehabis menangis itu bermimpi. Dalam mimpinya ada sesosok wanita yang menghampirinya, Arika tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Karena cahaya menutupi wajah wanita tersebut. Dalam mimpinya wanita itu muncul, hilang, muncul dan hilang terus seperti itu.

Dan tiba-tiba wanita itu ada tepat disamping kiri Arika. Sembari tersenyum wanita itu menyebutkan nama 'Chara', yang tak lain adalah nama belakang Arika yaitu Dineschara. Arika langsung mengetahui siapa wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya, Bela.

Bela terus menyebutkan nama 'Chara' membuat Arika ketakutan setengah mati. Ketika suara Bela sudah hilang, Arika masih ketakutan dan tiba - tiba Bela muncul didepan mukanya sembari berkata 'Kenapa kamu tidak mencariku?' Ucap Bela dalam mimpi Arika. Arika yang ketakutan berlari sekencang mungkin sembari berteriak 'Stop manggil Arika, Chara!'

Sagara dan Vino yang mendengar Arika berteriak dalam kamarnya, segera berlari menuju kamar Arika yang ternyata terkunci.

"Kamarnya dikunci!" Ucap Vino yang panik.

"Helena bawa kunci cadangan kamar Arika! Cepat!" Perintah Sagara pada Helena.

Mereka berdua terus berusaha mengetuk pintu sembari memanggil nama Arika dan menunggu Helena mengambil kuncinya.

"Ini tuan." Ucap Helena sembari memberikan kuncinya pada Sagara. Setelah pintu terbuka dengan cepat Sagara berlari kearah Arika dan kemudia membawa Arika kedalam pelukannya, berharap Arika bangun dari tidurnya.

Dengan napas yang terengah-engah, mata tertutup, dan air mata yang masih mengalir Arika langsung mendekap erat tubuh Sagara. "Stop panggil Arika, Chara." Ucap Arika yang masih terisak-isak dan terus memukul. Arika terus menerus mengatakan hal yang sama.

"Suttt, gak akan ada lagi yang panggil kamu itu. Kamu tetap Arika." Ucap Sagara menenangkan Arika sembari mengelus rambut Arika.

Dekapan Arika pada Sagara sudah tidak seerat tadi, suara Arika yang sedari tadi berbicara pun sudah terhenti. Tapi Sagara masih dengan setia terus mendekap Arika. Vino yang melihat Arika menangis seperti itu merasa kasihan, ia tidak suka melihat adiknya menangis.

Merasa bahwa Arika sudah tenang, Sagara mulai membaringkan tubuh Arika. Namun ketika Sagara sedang merapihkan anak rambut yang menutupi wajah Arika, Sagara berhenti dari aktivitasnya karena Arika ternyata demam napasnya pun memanas dan begitu lemah.

Sagara lalu menengok kearah Vino dan Helena. "Kenapa?" Tanya Vino dengan tatapan khawatir.

"Arika." Ucap Sagara sembari menunduk. Vino yang melihat kemudian menghampiri Sagara dan menggeser tubuh Sagara. Dengan penuh hati - hati, Vino menyentuh kening Arika. Tubuhnya begitu panas, napasnya berat dan lemah.

Dengan segera Vino memerintahkan Helena untuk menyiapkan mobil. Vino menggendong Arika hati - hati untuk dibawa kerumah sakit. Waktu menunjukkan pukul setengah dua malam. Vino dan Sagara membawa Arika ke UGD, karena kondisi Arika yang demam dan napasnya yang lemah membuat keduanya panik.

"Gue takut Arika kenapa-napa." Ungkap Vino sembari memandangi pintu ruangan dimana Arika berada.

"Gue lebih takut Papah tau." Sahut Sagara yang membuat Vino refleks menengok.

"Maksud lo?" Tanya Vino.

"Papah takut kalau salah satu diantara kita sakit dan masuk rumah sakit. Apalagi ini anak kesayangan Papah yang sakit." Jelas Sagara. Memang betul Arika adalah anak kesayangan Bramantya tapi sekaligus anak yang paling kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. Anak kesayangan namun kurang kasih sayang? Bagaimana maksudnya?

Dokter yang menangani Arika keluar dari ruangan dimana Arika tengah diperiksa. "Gimana dok keadaan adik saya?" Tanya Vino.

"Adik tuan bai -baik saja. Untungnya tadi segera dibawa kesini. Nona Arika sepertinya kecapean. Karena kecapean, nona Arika terus mengingau." Jelas sang dokter.

CircleDonde viven las historias. Descúbrelo ahora