17× - 3 = -3

2.2K 321 46
                                    

Rafael, menggenggam kuat tablet yang ada di genggaman kedua tangannya. Baru saja dia mengecek suatu hasil dan menampilkan sebuah gambar.

Tanpa di sadari saking fokus terhadap tablet. Ada seseorang yang sejak tadi ikut mengintip dari arah samping.

"Lesu amat muka lu." Bagas merangkul leher Rafael. "Gue yang dapat nilai jelek santai. Semangat, dong."

Rafael menghela napas kasar dan mematikan layar tablet. Ia tersenyum dan tidak ingin merusak suasana hati sahabatnya.

"PARTNER SEJARAH!" Seseorang dari arah belakang tiba-tiba memanggil dan di tujukan kepada Rafael.

Merasa tidak asing, Rafael diikuti Bagas menoleh ke belakang. Mendapati perempuan berwajah sok kenal. Melambaikan tangan setinggi mungkin, lalu berlari menghampiri mereka.

"Jadi, belajar bareng?"

Belajar Bareng

Tiga cangkir cappuccino di atas meja. Di bawah atap kafe favorit anak muda. Tiga remaja enam belas tahun duduk di meja yang sama. Di bagian ujung belakang. Dekat jendela transparan. Dengan satu kursi kosong.

Lea duduk duduk berhadapan dengan Rafael dan di sebelah ada Bagas. Meja coklat muda berbentuk persegi panjang menjadi pembatas jarak di antara mereka.

Bagas sembari melipat tangan di dada dan duduk bersandar. Menyaksikan dua orang di sekitarnya sibuk sendiri. Sahabatnya menjelma jadi guru yang begitu sabar menerangkan materi pelajaran ke satu murid.

"Xia, Shang, Zhou, Qin, Han, Tang, Sung, Yuan, Ming, Qing."

Lea memperhatikan cara Rafael berbicara dengan saksama. Sampai tak berkedip, melongo, dan melipat tangan di meja.

"Dinasti Xia. Pada masa pemerintahannya, memberikan tonggak penting dalam peradaban Cina. Dinasti Qin atau Chin, awal mula terbentuknya pemerintahan pusat. Sedangkan, dinasti yang paling lama berkuasa adalah-"

Bagas dengan malas menyela. "Dinasti Zhou."

"Dan, dinasti terakhir sekaligus—"

"Qing." Belum selesai Rafael menambahkan. Lea menyela dengan tatapan menyimak.

Rafael menjentikkan jari. "Benar! Dinasti Qing, sekaligus penyebab runtuhnya pemberontakan Taiping, pemberontakan Boxer, dan pemberontakan—"

"Kacang!" celetuk Lea tersenyum percaya diri.

"Hah?" Bagas tidak terima pun protes dan menaruh kembali cangkir kopinya.

"Iya, kan. Benar?" Lea mengangkat tangan dan menghitung. "Pemberontakan Taiping, pemberontakan Boxer, dan pemberontakan Kacang."

Bagas menatap tidak suka. Sedangkan Rafael terkekeh, memijat pangkal hidungnya, dan meluruskan. "Wuchang. Bukan kacang."

"Nah, itu maksud gue." Tidak merasa bersalah sama sekali malah manggut-manggut.

Bagas menghela napas kasar sambil melipat tangan di dada. Ia mengedarkan pandangan ke arah lain.

"Ngomong-ngomong soal peradaban Cina. Tembok Besar Cina itu di dirikan pada masa dinasti apa?" tanya Lea penasaran.

IngeniousWhere stories live. Discover now