05

320K 38.2K 1.2K
                                    

"Kebetulan memang ada, namun tidak semua hal adalah kebetulan. Mungkin beberapa sudah terancana"

- Hades Lucian -
________

Ruza menghampiri motor Theo dan mendorong motor Theo dengan keras. Berharap Theo akan terjatuh.

Namun Theo malah menatapnya sambil tertawa.

Ruza balik menatap Theo, merasa aneh. Tidak paham apa yang ditertawakan oleh cowok itu.

Sedangkan Theo kini sedikit menunduk dan menatap mata Ruza. Theo tersenyum meremehkan bocah itu, tangan Theo mengangkat Ruza dan mendudukkan Ruza di motornya.

Ruza memberontak turun dari motor, gadis itu takut di jual oleh Theo.

"Diem, ga jadi gue jual. Gue beliin lo cireng terus nanti gue minta ganti rugi sama Hades. Biaya beli cireng sama biaya bonceng lo," ucap Theo, menatap Ruza tajam.

Bibir Ruza cemberut. Gadis itu menyilangkan tangannya dan menatap arah lain, berlagak sok marah.

"Yaudah, ayok ke kakak!" perintahnya.

"Oh.., jadi lo adeknya Hades?" tanya Theo yang curiga dengan panggilan kakak dari Ruza pada Hades. Dari tadi Ruza terus memanggil Hades kakak, ia sangat curiga.

Ruza langsung menutup mulutnya dengan tangan. Karena marah tanpa sengaja Ruza berkata seperti itu.

"Kalo iya emangnya kenapa?" tanya Ruza dengan keras dan menantang.

Theo mengangkat kedua alisnya. "Gapapa, lo-nya aja sewot. Bocah tengil," ejek Theo,.

Ruza menggigit bibirnya. Gadis itu sungguh sebal dengan kakak tua di depannya.

"Udahlah ayo kita ke kak Hades!" pintanya sambil terus cemberut.

"Ck," decak Theo. Cowok itu melajukan motornya menuju penjual cireng dan membeli cireng. Lalu melajukan motornya ke lokasi balapan.

Disepanjang perjalanan Ruza terus cemberut sambil memegang cirengnya. Gadis itu sangat kesal dengan Theo. Sungguh sangat-sangat kesal.

"Itu Theo kan?" tanya anak Deluc pada teman Theo.

Mata Hades melihat ke arah yang dilihat temannya. Cowok itu memutar bola matanya malas. Hades sampai lupa jika tadi adiknya bersama Theo.

Theo datang ke kumpulan temannya sambil menggendong Ruza dan mengajak tos satu persatu anggota Deluc. Pandangan para anggota Deluc tertuju pada gadis bertopeng yang digendong oleh Theo. Mereka merasa tidak wajar jika membawa anak kecil ke tempat balapan seperti ini.

"Bukan pesta topeng. Kenapa lo pake topeng sama bawa bocah anjir," ucap salah satu anggota Deluc yang bernama Galih.

Theo menatap Ruza, cowok itu menyinggungkan senyum melihat bibir cemberut Ruza. Entah mengapa ia lebih suka Ruza cemberut daripada Ruza dengan mode wajah datar.

"Bukan sembarang bocah ni bocil," balas Theo, menatap Hades sambil berjalan mendekat pada Hades. Theo hendak menyerahkan Ruza pada Hades.

"Kak," panggil Ruza dengan pelan, sedikit takut dengan ekspresi kakaknya.

Hades tidak menanggapi dan pergi mengambil helmnya. Lebih memilih menghindari adiknya.

"Gue duluan yang maju. Nanti lo, anak baru," ucap Hades sambil menatap tajam Theo.

Theo balas mengangguk-anggukan kepalanya. Kali ini ia sangat antusias untuk melihat kemampuan ketuanya itu.

Ruza menatap kanan kirinya dan melihat kakaknya yang akan mulai balapan. Gadis itu menghela napas lalu membuka bungkus cirengnya. Ia baru pertama kali berada di tempat balapan. Namun ia sudah sering balapan sepeda, jadi kurang lebih sama, menurutnya.

"Hades, Hades, Hades." Suara sorakan dari anggota Deluc dan beberapa fans Hades menggema. Cowok yang memiliki nama panggilan 'tuan Hades' itu adalah penguasa jalanan. Sebelumnya Hades tidak pernah kalah balapan dan juga tidak pernah kalah bertarung.

Theo duduk dan menatap Ruza yang asik makan sendiri.

"Aaaaa," ucap Theo, membuka mulutnya agar Ruza menyuapinya.

Ruza mengerutkan keningnya menatap Theo. Karena Theo sudah mengantarnya menuju kakaknya maka Ruza mau membagi cirengnya dengan Theo.

Akhirnya tangan kecil Ruza menyuapi Theo.

Nil yang melihat hal itu menggelengkan kepala dan menepuk bahu Gavin. "Temen lo jadi kek gitu njir," ucap Nil dengan sangat pelan.

Gavin menepuk bahu Bagas dan Janu. "Temen lo," ucap Gavin sambil menunjuk Theo yang duduk memangku Ruza dan disuapi cireng oleh Ruza.

"Siapa anjir tu bocil?" tanya Janu pada Gavin.

Gavin mengedikan bahunya lalu mengambil rokoknya. "Mau?" tawar Gavin pada teman-temannya dan anggota Deluc, beberapa orang menerima rokok yang Gavin tawarkan. Memang cara terbaik membangun pertemanan adalah memberikan rokok.

"Buat pengalihan aja keknya tu bocil. Dapet dari mana gitu. Tu liat." Janu menunjuk mobil yang ia ketahui milik keluarga Theo.

Nil menghela napas. "Ga paham lagi gue sama si kakek. Gitu amat sama cucu. Masa muda cucu lo woi," keluh Nil sambil menghisap rokok.

"Anjir, gue masih belum bisa pindah dari Pertiwi njir," sahut Gavin, ikut mengeluh. Awalnya Gavin tidak ingin pindah, namun karena teman-temannya pindah, jadi ia ingin ikut pindah.

Janu memejamkan mata. "Suruh Theo berubah dikit. Kita nanti bisa pindah dan nyusul ke Merah Putih."

"Merah Putih? Jadi kita ngikut Hades? Dibawah dia?" tanya Nil.

"Lo ga mau? Kita kan udah gabung Deluc," ucap Janu.

Nil mengangguk-anggukan kepalanya. Ia hanya takut jika nantinya mereka akan dianggap lebih bawah dari yang lainnya.

"HAHA."

Sebuah tawa singkat yang keluar dari mulut Theo membuat keempat teman Theo mengalihkan perhatian. Kini Theo sedang mencubit pipi gadis kecil di pangkuannya.

Mereka tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Theo. Entah Theo hanya berpura-pura agar pengawal kakeknya tidak curiga atau Theo benar-benar tertawa dan bersikap tidak biasa.

"Hades, Hades, Hades." Suara sorakan kembali terdengar saat Hades hampir sampai di garis finish. Theo berdiri dan menggandeng tangan Ruza.

Balapan kali ini sudah dapat dipastikan dimenangkan oleh Hades. Suara sorakan Deluc semakin keras saat Hades sampai di garis finish.

Theo membawa Ruza menghampiri Hades. "Adek lo," bisik Theo, menepuk bahu Hades dan menyerahkan Ruza pada Hades.

Hades melepas helmnya, turun dari motor lalu menatap adik semata wayangnya itu. Cowok itu berdecak kesal.

"Giliran lo, gausah malu-maluin Deluc," ucap Hades dengan ketus, merasa kesal sendiri karena Theo dan Ruza.

Theo tertawa. "Slow bro, gue ga kalah sama kemampuan lo. Jagain aja tu bocil."

Ruza menatap kakaknya dengan sedikit memelas. Melihat mata adiknya yang seperti itu, Hades hanya bisa menghela napas lalu menggendong Ruza. Ruza tersenyum senang dan mengedipkan sebelah matanya pada Theo. Jika tadi ia kesal pada Theo namun kali ini ia senang pada orang itu. Dan ia akan mendukung orang itu.

Ruza menatap Hades yang sedang fokus pada Theo. Gadis itu memegang rahang Hades hingga Hades menatapnya. Ruza tersenyum dan menawarkan cirengnya.

Hades menghela napas lalu membuka mulutnya. "Dibeliin sama tu orang?"

Ruza mengangguk cepat.

Interaksi antara Ruza dan Hedes menjadi fokus orang-orang di sana. Dan hal itu menjadi topik baru untuk mereka. Dalam hati, musuh dan fans Hades bertanya-tanya siapa gadis bertopeng yang tangah makan di gendongan Hades.

Dan mereka juga bertanya-tanya siapa cowok yang balapan kali ini. Cowok bertopeng yang tadi datang bersama gadis kecil itu. Banyak dari mereka yang tidak tau jika cowok itu adalah Antheo Killian.

________
Instagram: @lilylayu.story

© THEORUZ by Lily Layu

THEORUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang