Setelah dari kampus Theo, kini Ruza dan Theo pergi ke mall besar di kota itu. Hari ini Theo dan Ruza mengenakan pakaian couple. Namun saat di kampus tadi Ruza memakai cardigan panjang sehingga tidak ada yang tau jika baju mereka couple. Tadi pagi Theo bingung memilih baju karena ia membawa sangat sedikit baju. Alhasil Ruza yang memilihkan, berakhirlah dengan baju couple berwarna cream- hitam.
Ruza berjalan di depan Theo sedangkan Theo berjalan di belakang Ruza, Theo sudah seperti pengawal Ruza. Gadis itu tiba-tiba berhenti berjalan.
"Kenapa?" tanya Theo.
"Kakak lemot, sini Ruza gandeng."
Theo hanya diam saat Ruza meraih tangannya. Saat ini satu tangan Ruza sibuk menggeledah isi tasnya, mencari kacamata milik Theo. "Pekek tidak?" tanya Ruza sambil menunjukkan kacamata itu.
"Iyaa."
Ruza tersenyum dan memakaikan kacamata itu. Ruza tau jika Theo sangat menyukai kacamata, ke mana-mana cowok itu selalu memakai kacamata, katanya untuk menyembunyikan wajah yang terlampau manis.
"Mau ke mana dulu?" tanya Theo membenarkan kacamatanya.
"Ke baju kakak dulu gimana? Nanti aku lama milihnya."
Theo mengangguk-angguk. "Pilih sendiri ya, gue tunggu di sana," ucap Thao sambil menunjuk sebuah tempat.
Ruza mendengus kesal. "Yaudah, terserah," kesal Ruza, berjalan pergi meninggalkan Theo. Dari semenjak ia SMP Theo selalu saja hanya menunggu saat berbelanja. Katanya terlalu lelah berdiri lama.
"Jangan lama," ucap Theo, memberi peringatan.
"Iya, iya."
Theo duduk menunggu sambil bermain ponsel. Matanya mengamati orang-orang yang berlalu. Secepatnya ia akan mengajak Ruza untuk kembali mengunjungi Hades karena sudah hampir 5 bulan mereka tidak mengunjungi Hades.
Ia tau bahwa harapan Ruza untuk kakaknya bangun sudah berkurang hampir 60%. Begitupun dengannya, harapannya juga menurun begitu drastis.
"Kak, udah," ucap Ruza datang sambil membawa dua tote bag.
Theo berdiri, menghampiri Ruza dan mengelus kepala Ruza. "Sekarang ke mana?" tanya Theo.
"Baju Ruzaa," ucap gadis itu dengan semangat sambil mengangkat satu tangannya seakan terbang. Ruza lalu meluncur menuju lokasi yang akan ditujunya. Sementara Theo mengikuti dari belakang.
Namun saat di perjalanan tiba-tiba Ruza berhenti.
"Kenapa lagi?"
Gadis itu termenung selama beberapa saat, menatap seorang wanita yang sedang memilih baju.
"Kak, Ruza pengen baju kayak dia, yang sama persis."
Theo mengamati arah pandang Ruza. "Dia?" tanya cowok itu.
"Iya."
"Masih adakan uangnya? Nggak cukup?"
Ruza menggeleng. "Bukan gitu. Ah kakak ga paham, yaudah kita ke sana aja."
Saat memilih baju, mata Ruza tidak berhenti mengamati wanita itu. Ruza bagaikan mata-mata yang terus melirik wanita itu. "Cantik banget ya kan kak?" gumam Ruza.
Theo menghela napas dan melihat wanita tadi. Menurutnya memang cantik. "Iyaa," ucap Theo menanggapi Ruza.
Ruza menyenggol bahu Theo. "Pacarin kak, Ruza dukung."
"HALEY!" teriakan seseorang yang memanggil wanita itu membuat Theo termenung seketika.
Haley? Cantik?
Shittt. Mungkinkah itu Haleya yang dimaksud anak-anak. Theo mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang untuk mengikuti Haleya, tentunya tanpa Ruza ketahui.
Setelah beberapa saat wanita itu pergi. Wajah Ruza langsung lesu.
"Yah, kakak cantiknya pergi."
Theo sedikit merunduk dan menatap wajah Ruza, menatap dua bola mata Ruza secara bergantian. "Dia nggak cantik. Lebih cantik lo, sayangnya lo belum seusia dia," ucap Theo.
"Hahaha. Tumben kakak muji Ruza, biasanya dikatain anak bebek Ruzanya."
Theo memeluk Ruza, dan mencium puncak kepala Ruza. "Dia bener-bener nggak cantik Zaa. Ruzanya kakak lebih cantik. Jauh." Ia tidak mau suatu saat Ruza menyesal dengan perkataan dan pujian gadis itu pada Haleya setelah tau siapa wanita itu. Ia akui wanita itu sangat cantik, melebihi Ruza. Jika benar wanita yang dilihatnya tadi adalah Haleya, maka perkataan anak-anak Deluc tentang wanita itu tidak dilebih-lebihkan. Haleya memang sangat cantik, jujur wanita yang dilihatnya tadi adalah wanita tercantik yang pernah ia jumpai.
"Kakak kenapa peluk-peluk giniiii." Ruza berusaha menyingkirkan Theo yang memeluknya. Ruza malu dilihat oleh pegawai-pegawai disana.
"Lusa kita ngunjungin Hades. Gimana?" Theo melepaskan pelukannya dan mengelus rambut Ruza. Entah apa yang ia pikirkan. Hatinya terasa risau saat melihat Ruza terpesona oleh wanita itu. Ia takut jika hati Ruza hancur saat tau perlakuan Haleya pada kakaknya. Ia takut Ruza menyesal pernah memuji Haleya cantik, memuji orang yang menyakiti kakaknya.
"Iyaaa," jawab Ruza, dengan lesu.
Saat Ruza sedang memilih baju, Theo pergi ke kamar mandi, menenangkan pikirannya yang terus merasa risau tidak jelas. Di depan pintu kamar mandi tiba-tiba saja tangannya ditarik seseorang, masuk ke dalam lift. Dan ternyata tangan yang menariknya adalah tangan wanita yang ia duga Haleya.
Tatapan mata Theo langsung berubah tajam saat memandang wanita itu.
"30 miliar kalau Hades bangun. Gimana?" pinta wanita itu, memojokkan Theo ke dinding lift.
Theo hanya diam.
Wanita itu mendekatkan bibirnya ke telinga Theo. "Hades cinta mati ke gue, lo ga mau nyewa gue sebentar buat bangunin dia? Siapa tau bisa. Atau lo coba putar suara gue di samping dia."
Lalu Haleya menatap berulang dua bola mata Theo, mancoba mayakinkan Theo. "Jagain adiknya, kalo lo gamau dia jadi kayak kakaknya," ucap Haleya, mengelus wajah Theo.
Wanita itu tertawa saat melihat wajah polos Theo, lalu wanita itu menjauh dari Theo dan membuang secarik kertas.
"Nomer gue. Lo anak orang kaya, gue yakin 30M bukan apa-apa dibanding kebahagiaan bocah lo itu."
Wanita itu berhenti melangkah dan berbalik. "Dan tarik orang yang lo suruh ngikutin gue."
Setelah mengatakan itu wanita tadi keluar dari lift. Sementara Theo tetap diam di tempatnya. Pikirannya terasa kosong. Ia duduk di lift itu sejenak. Tangannya terulur mengambil kertas yang dijatuhkan Haleya.
Teringat sesuatu, Theo langsung menekan tombol lift kembali ke lantai tiga, berjalan cepat menuju Ruza
"Za," panggil Theo.
"Ya ampun kaget Ruza," ucap Ruza sambil memegang dadanya.
"Kenapa kak?"
"Belanjanya nanti ya, gue ajarin lo naik mobil. Kita ambil emas sama mobil di rumah gue kayak waktu lo masih kecil dulu."
"Hah?"
"Udah, ikut aja." Theo menarik Ruza dan membayar cepat belanjaannya tadi.
Percobaan, ia akan mencoba mendengarkan ucapan Haleya. Siapa tau Hades bisa bangun hanya dengan suara, tidak ada yang tidak mungkin.
Entah siapa itu Haleya dan bagaimana Haleya tau tentangnya, yang terpenting Hades bangun. 30M adalah jumlah yang besar, jika tidak berhasil mencuri di rumah kakeknya, ia akan memohon pada kakek, agar kakeknya memberikan uang itu.
__________
Instagram: @lilylayu.story© THEORUZ by Lily Layu
YOU ARE READING
THEORUZ
Teen Fiction- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru juga" __________ Antheo Killian, cowok yang sudah berulang kali dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke...