Pulang sekolah, mobil ungu milik Theo dihadang oleh beberapa motor. Theo sudah menduga bahwa hal semacam ini akan terjadi. Walaupun banyak yang setuju dengan usulannya kemarin namun tetap saja banyak yang tidak terima. Apalagi dia dengan citranya sebagai pencopet. Dalam hatinya ia akan berjanji mengganti uang semua orang yang pernah di copetnya. Akan ia ganti, titik.
Theo berdiri di atas mobilnya. "MINGGIR!" teriak cowok itu.
Yang diteriaki minggir sama sekali tidak minggir, malah turun dari motor menuju arah mobil Theo.
"WAH, BANGSAT LO SEMUA." Theo melepas jaket dan baju sekolahnya, menyisakan kaos hitam tipis. Juga melempar kacamatanya. Theo lalu meloncat keluar dari mobil.
Theo menghajar sebelum di hajar. Tangan cowok itu kini memegang kerah baju seorang cowok yang berada di baris paling depan. Theo menduga cowok baris paling depan itu adalah pemimpinnya.
"KEMARIN UDAH GUE BILANG!! LO BERANI SAMA GUE, LO YANG ANCUR!!" Sebenarnya jika di keroyok ialah yang akan hancur. Namun untuk menakuti lawan dan menaikan harga diri, ia harus besar omongan.
Theo melempar orang yang ia pegang kerahnya. Lalu dirinya di tonjok dari samping hingga terhuyung.
"Shitt bangsat. Cari mati lo semua."
Theo bertarung dengan beberapa orang sekaligus. Dalam pertarungan itu Theo terus menjauh dari mobilnya, agar mobilnya tetap aman. Masalahnya mobil itu keluaran terbaru dan baru dibeli kemarin oleh kakeknya. Di rumah nanti ia bisa ganti dihajar jika mobil itu rusak.
Lengan Theo terkena benda tajam semacam silet. "ANJING!!" umpat Theo sambil memegang lengannya. Cowok itu berjalan mundur.
"Serang!" perintah Theo dengan nada malas, cowok itu mengangkat satu tangannya. Dengan cepat beberapa orang berpakaian hitam yang merupakan pengawal kakeknya mengamankan para pemuda itu dan menghubungi polisi.
"Anjir, di kroyok berapa puluh orang gue. Bangsat emang tu orang pada." Theo memegang bibirnya yang sedikit berdarah. Untung saja kakeknya selalu menyuruh pengawal mengawasinya walau dari jauh. Jadi ia bisa antisipasi jika ada kejadian seperti ini. Salah satu alasannya sayang kakek adalah karena kakek perhatian.
"Shitt bangsat. 7 orang masih sabi. Lah ini? 15 orang lebih. Emang bangsat tu bocah-bocah." Ia tidak sehebat itu hingga bisa melawan 15 orang, 10 orang saja sudah agak ketar-ketir
Theo melihat wajahnya di kaca mobil, sedikit menekan lukanya. "Bangsat," umpat cowok itu, lagi.
Hari ini ia tidak akan datang ke tempat Ruza. Lebih baik bersantai di club.
"Kakak?"
Sebuah panggilan yang seakan ditujukan padanya, membuat Theo melihat ke arah sumber suara. Siapa sangka jika yang memanggilnya adalah si bocil Ruza. Ia baru membatin tentang Ruza, bocil itu sudah muncul saja, panjang umur.
"Hmm," sahut Theo.
"Kenapa ada disini?" Tanya Theo, memperhatikan Ruza yang memakai pakaian SD.
Ruza menunjuk sebuah gang di dekat sana. "Di gang itu sekolah Ruza. Kakak kenapa disini?" Ruza balik bertanya.
Theo menatap gang tersebut, sekilas.
"Jemput lo!" bohong Theo.Ruza mendekat ke arah Theo. "Kakak berdarah?"
Theo tidak menanggapi pertanyaan Ruza, cowok itu masuk ke mobilnya.
"Masuk, mau pulang gak?" tanya Theo pada Ruza sambil membuka pintu mobilnya.
"Kakak jawab dulu!"
"GUE BILANG MASUK YA MASUK ANJIR!!" sentak Theo. Theo khawatir jika ada yang melihat dirinya dengan Ruza. Bisa-bisa bocil itu kena imbas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORUZ
Teen Fiction- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru juga" __________ Antheo Killian, cowok yang sudah berulang kali dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke...