17. The New Lover

103 11 0
                                    

Taylor Swift — Lover

______

SETELAH hampir dua puluh menit bertarung dengan drama perjalanan, akhirnya Insan menghela napas lega saat ia menginjak rem lalu menarik persneling. Kali ini ia menjemput Rere di stasiun kereta, bukan di kampus. Lantaran perempuan itu menghadiri acara seminar di Tangerang.

Mobil yang dikemudinya berhenti di tempat parkir.
Tanpa mematikan mesin, laki-laki itu melirik sekitar lalu menurunkan kaca jendela. Tangan kirinya mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celana, lalu ia menarik socket pemantik. Setelah rokoknya terbakar, ia meraih ponsel yang tergeletak di dashboard jendela, mengabari pacarnya jika ia sudah sampai.

Rokok yang sudah tinggal setengah batang langsung ia matikan begitu melihat sosok bondol yang mendekati mobilnya bersama rombongan perempuan— yang ia yakini sahabat dekat pacarnya.

"San!" seruan Rere yang disertai lambaian ceria, membuat Insan membuka pintu mobil.

Lantas ketiga perempuan di dekat Rere menaruh perhatian pada Insan. Laki-laki itu tersenyum ramah seraya menjabat tangan Luna, Tiara, dan Aca bergantian.

Rere mengusap pelan kepala perempuan bermata sipit di sampingnya. "Aca sama aku dari SMA udah bareng. Kuliah bareng lagi."

Insan manggut-manggut. "Berarti lo kakak kelasnya Diana juga ya?"

"Iya."

Insan terkekeh, menutupi perasaan risih mengobrol dengan banyak perempuan. "Sempit juga ya dunia?"

"Sebenernya dunia ini gak sempit, cuma kitanya aja ya San yang males keliling." Rere menimpali.

Setelah berbasa basi singkat, ketiga dari mereka berpamitan. Sempat Rere mengajak Luna ikut mobil Insan, lantaran hari ini kekasihnya berhalangan jemput. Namun, perempuan itu menolak karena memilih ikut mobil Tiara.

Jadilah Insan dan Rere hanya berdua di mobil. Begitu mendapati lampu merah di depannya, Insan meraup paperbag huruf M dari jok belakang.

"Itu tadi aku beliin cheeseburger sama coke." Rere yang tadinya fokus pada ponsel langsung menoleh ke Insan ketika mendapati sebuah paperbag berada di atas pangkuannya.

"Kamu beliin aku?"

"Iya," Insan menjawab kalem. "Pasti balik ngampus kan laper. Ya gak sih?"

"Makasih ya!" Rere langsung semringah.

Insan mengangguk dengan senyum simpul. "So, gimana hari ini?"

Sembari mengunyah makanannya pelan-pelan, Rere menceritakan hal-hal yang terjadi di hari ini. Mulai dari saat di perjalanan menuju kampus melihat drama antar sopir angkot di jalan raya, hingga melihat Aca berdebat dengan dosen yang memberinya nilai C.

Disela keseruannya bercerita, sesekali Rere menyuapkan kentang goreng pada Insan. Padahal Insan menggeleng di awal, karena ia memang sudah makan duluan. Tetapi, Rere tetap memaksa. Akhirnya Insan mengalah dan membuka mulutnya setiap kali Rere menyodorkan kentang.

Selama mendengarkan, Insan tak dapat berhenti tersenyum. Terutama saat mendapati raut muka dan intonasi yang berbeda-beda pada perempuan itu.
Bahkan terkadang laki-laki itu menggeleng saking gelinya saat mendengar pacarnya berseru "Yakan yakan?!!" beberapa kali.

Dalam hati, Insan begitu mensyukuri kehadiran Rere di hidupnya. Sebelum ada Rere, hanya ada suara musik dan penyiar radio yang menemaninya selama di dalam mobil.

Dan, sekarang tidak lagi.

Insan tak dapat menahan tawanya saat melihat Rere yang saking antusiasnya bercerita sampai muncrat. Anehnya, pemandangan ini sama sekali tidak membuatnya risi atau ilfeel.

Real TalkWhere stories live. Discover now