18. Real Love

108 10 1
                                    

Rhye — Count To Five

______

USAI menge-klik submit tugasnya, Rere menutup flip laptop dan menghela napas lega. Perempuan yang duduk di meja belajar itu menatap kosong gorden jendela abunya yang tersibak.

Disela lamunannya beberapa detik, ponsel ber-case peach yang tergeletak di samping laptop tiba-tiba berdenting. Ada pesan masuk. Rere masih ingin melamun. Perempuan itu enggan melirik layar benda pipih itu.

Tak sampai lima detik, benda itu kembali berdenting lagi. Otomatis tangan kiri Rere meraih benda itu dan mengembuskan napasnya.

Bunda: jangan lupa solat

Realita Kusuma: iyaaa

Tangan kanan perempuan itu meraih tumblr hitam di meja, dan meneguk mineral yang awalnya masih terisi setengah hingga habis. Kemudian Rere beralih ke kolom obrolan dengan pacarnya.

Realita Kusuma: San minum air putih

Insan Bakti: siap cantik❤️

Sebelah ujung bibir Rere tertarik membentuk senyum, perempuan itu membayangkan sosok di seberang pasti sedang rebahan sambil scrolling random.

Insan Bakti: udah selesai nugasnya?

Realita Kusuma: udah dwonk

Insan Bakti: what you gonna do then?

Realita Kusuma: hmm mau skincarean sama Isya sih

Insan Bakti: yaudah isya dulu baru skincarean

Gadis berkaos oblong putih itu meletakkan ponselnya di meja lalu beranjak ke toilet. Usai dengan urusannya, ia keluar dan kembali ke kamar untuk menggelar sajadah dan melaksanakan sholat hampir lima menit.

Selang beberapa detik setelah Rere melipat mukenah dan sajadah, ponselnya berdering. Ia segera berdiri, meraup benda itu dan menjawab panggilan.

"Halo?"

"Udah isyanya?" Suara Insan terdengar lembut.

"Udah nih," Sahut Rere. "Baru aja. Kamu udah?"

"Aku tim gercep sih. Selesai adzan banget."

"Boong! Daritadi Insan mabar sama gue!" Suara laki-laki asing yang tiba-tiba terdengar membuat Rere mengernyit. Ia langsung tahu jika Insan sedang mengaktifkan mode loudspeaker.

Rere ikut mengaktifkan mode loudspeaker dan melempar ponselnya ke tengah kasur. Kemudian ia melangkah ke arah meja rias, mengambil kapas dan botol micellar water sebelum duduk di kasur.

"Jangan dengerin orang mabok ya, sayang."

"Siapa sih itu?" Tanya Rere. Ia menggosok lembut wajah dan leher dengan kapas yang sudah dibasahi micellar.

"Raka," sahut Insan. "Skincare-nya udah?"

Rere ingat beberapa potongan cerita Insan tentang Raka— sahabat karib Insan yang lumayan nyeleneh. Meski belum pernah lihat foto sosok itu atau bertemu, Rere langsung bisa menilai sosok Raka sesuai dengan apa yang Insan ceritakan.

"Ini lagi double cleansing."

"Bedanya sama triple cleansing apa?" Lagi-lagi Raka menyeletuk.

"Najis dih Si Raka sok asik banget sama kamu?" Meski tak melihat secara langsung, Rere yakin jika Insan tengah menyeringai di seberang.

"Dih? Kan gue sama Rere bentar lagi jadi bestie! Yakan Re?" sahut Raka tak mau kalah.

Kedua laki-laki itu lanjut mengobrol random, pembahasannya mulai dari rumor gaji yang sebentar lagi naik hingga membahas tentang game yang Rere tak mengerti. Rere tak keberatan atau merasa dikacangi sama sekali, malah seru mendengar obrolan mereka.

Real TalkWhere stories live. Discover now