SATU (sudah revisi)

63.9K 4.3K 151
                                    

Assalamu'alikum guys. Sebelum baca cerita ini. Aku mau bilang panggil aku May, jangan Author ataupun Thor, biar gak kayak orang asing kita nya, ya walaupun kita sebenarnya orang asing. Cerita ini fiktif belaka. Mungkin cerita time travel udah banyak kali ya, jadi kalau ada kesamaan nama tempat, tokoh, dan alur mohon maaf. Tapi semua karya aku real hasil pemikiran sendiri.

Kalau ada kata-kata kasar yang gak sopan dan mengganggu kalian boleh kritik, tapi itu semua aku buat hanya untuk kepentingan cerita. Karena gak semua orang sopan di dunia ini, bahkan kata kasar sering digunakan dalam pertemanan kan. Jadi mohon kerja sama nya, nanti jangan berpikir ini cerita ada genre islami nya tapi ucapannya kasar, walau ini cuma dunia halu, tapi sebisa mungkin aku buat kayak dunia real.

Itu aja, Happy Reading:)

***

Ruangan remang-remang yang khas bau debu itu sangat menggangu indra pernapasan.

Gadis yang sejak tadi terikat di tiang penyanggah rumah itu membuka matanya perlahan.

"Khuk...Khuk. Gue dimana?" Tanyanya lemah. Matanya melihat sekitar yang tampak asing.

"Akhirnya lo udah sadar juga!"

Gadis itu mendongak dan menatap orang yang sangat ia kenal.

"Mau apa lo?!" Tanya nya menatap tajam orang di depannya.

"Thea Ayla Syahnaz. Gue mau bunuh lo!"

"Lo gila!" Bentak Thea.

"Nyawa di balas nyawa bitch! Gara-gara lo kakak gue mati! Sekarang giliran lo yang harus mati!"

Thea menggeleng takut. Ia tidak menyangka semuanya akan seperti ini. Harusnya Thea tidak membunuh Thalita. Harusnya Thea tidak mencintai Gilang. Harusnya Thea tidak buta akan cinta. Harusnya ia cukup mencintai suaminya saja. Tapi semua hanya ada penyesalan sekarang. Tidak ada yang bisa ia lakukan.

Kriet.

Pintu ruangan itu terbuka. Membuat cahaya lampu dari luar menjadi penerangan tambahan dalam ruangan ini.

"Gilang!" Panggil Thea, menatap sendu laki-laki ber wajah dingin yang kini menatapnya.

"Gue kira lo udah bunuh dia, kenapa gak langsung aja?!" Tanya Gilang datar.

"Gue nunggu lo dulu, kali aja lo juga pengen lihat dia menahan sakit sebelum kematiannya"

Gilang mengambil pistol yang terletak di meja yang ada di ruangan itu.

"Mau gue dulu atau lo?"

"Bareng aja, gue pengen bidik jantungnya"

Pelatuk itu meraka tarik. Thea memejamkan matanya, siap menerima kematiannya. Mungkin ini memang takdirnya. Ia bahkan tidak sempat meminta maaf kepada semua orang yang sudah ia sakiti, termasuk suaminya.

Dor.

Dor.

Bruk.

Thea membuka matanya, saat sesuatu jatuh, namun ia tak merasakan sakit.

"GALANG!" Teriak Thea histeris,mendapati Galang yang tersungkur di depannya.

"Angkat tangan!"

Banyak polisi mengepung tempat ini.Para pelaku sudah di borgol dan di tangkap. Begitupun Thea yang sudah dilepaskan ikatannya.

Thea bersimpuh di lantai. Dia terisak sambil memangku kepala Galang.

"Ja-jangan na-nangis" Ucap Galang,tersendat-sendat. Tangannya terulur menghapus air mata Thea.

Mesin Waktu ( END)/ TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang