Assalamu'alikum guys.
Masih ada yang bangun gak sih?
Atau masih ada yang baca cerita ini gak di jam segini? Hehe.
Aku gabut gak bisa tidur, jadi yaudah nulis part selanjutnya aja deh.
Thanks ya buat suport kalian. Kalau ada kesalahan damam part ini baik ejaan atau ada yang memang kurang tepat penggunaan katanya, tandai aja.
Happy Reading:)
****
Galang menunggu dengan gusar. Sampai pintu ruang UGD itu terbuka. Galang berjalan cepat mendekati dokter yang menangani Thea.
"Gimana keadaan istri saya dok?".
"Alhamdulillah. Tidak ada luka serius. Hanya saja mungkin istri bapak mengalami syok berat. Kita tunggu 5 jam ke depan. Jika istri bapak belum bangun juga, makan kami akan melakukan tindakan".
Galang menghembuskan napas panjang. Ia tak tahu harus lega atau tidak. Dokter tak menemukan luka fisik pada Thea. Tapi mungkin mental Thea terganggu karena kejadian itu. Thea pasti syok saat menyaksikan mobil itu hampir melindasnya.
"Saya bisa jenguk istri saya dok?".
"Bisa pak. Tapi tunggu istri bapak dipindahkan ke ruang rawat inap".
"Baik dok terimakasih".
"Sama-sama pak. Kalau gitu saya permisi".
Galang menjatuhkan bokongnya di kursi depan ruang UGD. Ia mengusap kasar wajahnya. Ia merasa gagal menjaga Thea. Jika saja ia tidak datang cepat tadi, mungkin Thea tetap akan terserempet meskipun Rara sudah mendorongnya sedikit menjauh.
Aziz yang saat itu tidak fokus dengan teman-temannya. Ia sibuk bertukar pesan dengan Rara yang mengatakan akan balik ke Bandung. Aziz berusaha menahan Rara namun Rara tak menjawab pesan darinya. Gadis itu hanya me-read pesan darinya. Sampai pesan yang membuat jantung Aziz berdetak cepat.
Rara
Maaf Ziz. Galang kecalakaan. Aku dapat telpon dari orang yang ada ditempat kejadian, dia pakai hp Galang. Jalan xx.
"Sial. Ada yang gak beres Lang. Ponsel lo mana?" Tanya Aziz.
Galang yang ditanya begitu menatap bingung Aziz. Ia merogoh saku celana sekolahnya. Memang ia tidak mengganti celana sekolah nya tadi sebelum pergi ke markas.
"Ada lang?".
"Gak ada. Memang kenapa?" Tanya Galang bingung.
"Rara bilang ada yang telpon dia pakai hp lo dan bilang lo kecelakaan. Kita ke jalan xx sekarang!".
Mendengar itu mereka semua bergegas cepat menuju tempat yang Aziz sebutkan. Jantung Galang berdetak cepat. Tak tahu kenapa ia merasa khawatir. Meski Aziz menyebut Rara tapi yang ada dipikirannya saat ini justru Thea.
Galang memacu motornya cepat. Ia tidak perduli teriakan protes orang-orang. Ketakutan Galang terjadi saat ia melihat Thea dan Rara berdiri di pinggir jalan. Galang bisa melihat mereka seperti adu argumen. Laki-laki itu segera berlari cepat mendekati mereka. Jantung Galang berdetak tak karuan saat melihat mobil truk kuning itu melaju dengan kecepatan tinggi mengarah kepada Thea dan Rara.
"THEA AWAS!".
Sret.
Brak.
Galang bisa melihat wajah syok Thea yang saat ini berada di dekapannya. Jantungnya hampir berhenti berdetak jika saja ia telat maka Thea akan celaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu ( END)/ Terbit
Science Fiction"Jika aku bisa membalikkan waktu,aku akan mencintai kamu dengan tulus Hiks...Hiks" "Se-semoga a-apa ya-yang kamu bi-bilang terjadi" "Enggak, lo gak boleh mati!"