SEPULUH(sudah revisi)

17.8K 1.8K 31
                                    

TERIMAKASIH

SUDAH MAU MEMBACA

HAPPY READING GUYS:)

****

Galang saat ini duduk bersama anggota Aodra. Thea sudah tidur pulas di dalam kamar yang ada di rumah itu. Mereka sudah meminta izin untuk pulang malam kepada Mama dan Papa, Galang.

"Jadi sejak kapan lo nikah?"

Leon menatap Galang serius. Bukan hanya Leon yang penasaran, namun semua anak-anak Aodra juga sama penasaran.

"Di awal bulan Juli"

"Kenapa wajah mereka mirip? Bos gak nikah sama cewek itu cuma karena punya wajah yang sama sama dia kan?!" Tuding Aziz.

Galang terdiam. Mungkin siapapun akan berpikir begitu, jika melihat wajah perempuan yang pernah dekat dengan Galang dulu, dengan wajah Thea. Mereka bagai pinang di belah dua. Awalnya Galang sudah mencari tahu apakah mereka saudara kembar, namun ternyata tidak. Ternyata kata-kata yang menyatakan manusia memiliki kembar tujuh di dunia ini benar. Buktinya saja Thea dan perempuan yang saat ini masih terbaring koma.

"Kalau lo nikahin dia cuma karena Rara koma, bagaimana setelah Rara bangun? Lo bakal ceraikan dia?" Tanya Leon.

Galang menatap tajam Leon. Cerai adalah satu kata yang haram bagi nya. Ia tidak akan pernah menceraikan Thea apapun yang terjadi.

"Gak usah ikut campur urusan gue! Gue gak akan cerai sama Thea" Ucap Galang dingin.

Leon menghela napas panjang. Ia hanya tak ingin predikat bajingan benar-benar pantas dimiliki Galang nantinya.

"Jangan bermain api, atau lo akan terbakar sendiri!"

Setelah mengucapkan itu, Leon bangkit dan berjalan menuju dapur Ntah apa yang ingin dia lakukan, mungkin ia hanya ingin menghindari Galang.

***
Laki-laki itu menatap sendu foto berukuran sedang ditangannya.

"Gue akan balaskan dendam untuk lo kak. Gue akan buat Galang menderita, seperti apa yang dia buat ke lo. Bahkan gue akan buat lebih dari rasa sakit yang lo terima!"

Tangan Aga mengepal. Ia sangat membenci Galang. Mungkin jika tidak terjadi ke jadian itu, sampai saat ini mereka akan menjadi sahabat. Tapi Galang terlalu berengsek untuk di sebut sebagai sahabat.

***

Thea menggeliat karena merasa terusik dalam tidurnya. Ia merasa seseorang terus menciumi pipi nya.

"Bangun"

Thea mengerjap cepat. Ia menoleh dan mendapati wajah Galang yang sangat dekat dengan nya.

"Jam berapa?"

"Udah jam sepuluh"

"Aku udah tidur dua jam"

"Gak papa. Kita mau pulang, atau nginap disini?" Tanya Galang.

"Pulang aja"

Sebenarnya Thea masih mengantuk, tapi dia akan lebih nyaman tidur di kamar mereka berdua.

"Yaudah ayo!"

Mereka keluar dari kamar itu. Berpamitan kepada anak Aodra yang masih ada disana, baru Galang meninggalkan markas baru mereka.

Thea memeluk Galang erat. Menyandarkan kepalanya di punggung lebar Galang. Hanya ada kesunyian yang mengisi perjalanan mereka sampai tiba di rumah.

"Habis dari mana?" Tanya Mama Erin,  saat Galang dan Thea memasuki rumah.

Mesin Waktu ( END)/ TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang