AFSHEERA 01

157 7 2
                                    

♡♡

Tok.. Tok..

Suara ketukan palu yang membuat hatiku hancur, sudah ku tahan air mata itu untuk tidak mengalir tapi pertahanan ku goyah saat mendengar keputusan hakim bahwa orang tuaku resmi bercerai.

Tidak bisa ku jelaskan bagaimana hancurnya hatiku saat ini tapi seperti Anak-anak lainnya yang tidak rela kedua orang tuanya berpisah, apalagi perpisahan karna perceraian.

"its okey dear, kamu tidak sendiri ada paman yang selalu bersamamu"ucap paman yang berada disampingku seraya mengusap lenganku.

Saat aku terdiam seraya menyadari bahwa ini hanya mimpi tapi tiba-tiba bang radit berdiri dan berlalu pergi, yang membuat semua orang menatapnya dan aku melangkah mengejar abang.

"abang tunggu"panggilku saat berada di pintu persidangan.

Bang radit berhenti tanpa berbalik yang membuatku menghampiri nya dan menghadap kepadanya,
"abang mau kemana? "tanyaku.

"pergi"

"tapi bang"

"apa yang kamu tunggu dek? Kamu beranggapan ini hanya sebuah mimpi, tidak dek ini nyata dan untuk apa kita disini tidak ada gunanya"ucap bang radit yang membuatku diam menundukan kepala.

"semakin hancur dek jika kita masih disini"lanjut bang radit yang membuatku terisak, tiba-tiba ada dua tangan yang menopang pundakku.

"maafin abang dek"ucap bang radit setelah itu, abang benar-benar pergi dari dari hadapanku.

Aku menangis ditempatku saat ini sampai akhirnya dua keluarga yang dulu menyatu sekarang terpecah belah itu mengelilingi diriku yang masih terisak,
"maafin papih sayang"
"maafin mamih nak"

Ucap mamih dan papih yang membuat ku menatap pasangan yang saat ini sudah menjadi mantan dengan mata penuh air mata, tak bisa ku menatap mereka terlalu lama yang membuatku memutuskan untuk pergi dari gedung pengadilan agama itu.

"kita pulang pak"ucapku pada supir.

Disepanjang jalan ku hanya menatap jalanan yang tidak terlalu ramai, 15 menit aku pun sampai di rumah yang pernah terlihat harmonis tapi setelah hari ini rumah ini terlihat sangat senyi dan sepi.

Aku berjalan masuk kedalam rumah dan saat di ruang tengah aku melihat ada sebuah koper besar dengan motif Milan, suara langkah kaki yang membuatku menatap ke arah tangga disana ada bang radit yang sedang menuruni tangga dengan langkah cepat seraya membawa tas ransel nya.

"abang mau kemana? "tanya ku saat bang radit sudah berada dihadapanku.

"abang gak akan tinggal disini dek"jawab bang radit menatapku.

"bang adit mau ninggalin adek sendiri dirumah ini?"tanyaku kembali seraya berkaca-kaca.

"maafin abang dek, abang harus pergi sekarang"ucap bang radit seraya menarik kopernya dan berjalan menuju pintu utama.

Aku berlari untuk mencegah bang radit dan saat bang radit akan masuk kedalam mobilnya, dengan cepat ku cegah saat bang radit akan masuk kedalam mobil.

"abang gak boleh tinggalin adek, bagaimana dengan adek?"tanyaku yang sudah menangis dihadapan abang yang sangat menyayangiku, tapi mulai saat ini dia berubah menjadi abang yang tidak peduli akan adik kesayangan nya.

"adek akan baik-baik aja, abang yakin itu tapi maaf abang gak bisa disamping adek"jawab bang radit.

"tapi kenapa? "

"abang gak bisa tetap dirumah ini dek, abang harus pergi sekarang jaga diri baik-baik ya. Kamu harus tetep percaya bahwa abang sangat-sangat menyayangimu"ucap bang radit seraya mencium keningku lalu dengan cepat masuk kedalam mobil dan secera bersama beberapa mobil masuk ke halaman rumah.

Mobil bang radit perlahan kelur dari halaman yang membuatku mengejarnya dan terus mengetok-ngetok kaca  seraya terus memanggil bang radit,
"gak boleh ninggalin adek, abang"

"bang radit, adek mohon"

Saat mobil sudah benar-benar keluar dari halaman dan aku tidak bisa mengejarnya, aku pun teriak seraya terisak.
"jika abang sayang aku, abang gak akan meninggalkan ku sendiri"teriakku seraya terduduk di depan halaman yang membuat semua keluarga menatapku, sedangkan paman menghampiri ku dan langsung memelukku membawaku kedalam dekapannya.

Setelah aku tenang paman membawaku masuk kedalam rumah dan duduk diruang tengah dengan semua keluarga  yang juga ikut duduk, paman memberikanku air putih dan ku minum sampai habis.

"maafin papih nak"

"maafin mamih juga ya sayang, percayalah ini semua demi semuanya"ucap mamah yang membuatku menatap mereka.

"dek, ada yang mau papih bicarakan"ucap papih seraya menatapku membuatku menatap papih tanpa menjawab.

"maafin papih atas semua keputusan yang Papih ambil tanpa mendengarkan permintaan mu, tapi Papih yakin kamu akan mengerti nanti kenapa papih dan Mamihmu memutuskan untuk berpisah"ucap Papih membuatku tersadar bahwa ini memang bukan mimpi.

"papih memutuskan untuk menjual rumah ini dan kamu harus memilih untuk ikut tinggal bersama papih atau Mamih"lanjut papih membuatku terkejut.

"kenapa dijual? Jika papih dan mamih mau keluar dari rumah ini, keluar saja tapi jangan di jaul"jawabku.

"keputusan papih sudah bulat, rumah ini hanya penuh dengan luka dek"

"luka untuk papih dan mamih tidak untuk aku, intinya aku gak setuju rumah ini akan jual"ucapku penuh dengan tekanan disetiap katanya.

"gak ada yang bisa bantah ucapan papih, sekarang kamu tentuin akan ikut dengan siapa"jawab papih dengan suara tegasnya yang membuatku diam,ini kedua kalinya papih mengeluarkan kata tegas kepadaku.

"adek akan seperti abang, mandiri, hidup sendiri"

"nggak, papih gak izinin kamu masih kecil belum bisa hidup mandiri"ucap papih yang membuatku menatap papih.

"adek sudah besar pih tanpa papih tau bukan putri papih yang belakangan ini papih acuhkan sudah bisa berdiri dengan kaki sendiri tanpa bantuan orang lain, apa papih tau tidak bukan"

"Afsheera jangan bantah ucapan papih, kata papih tidak. Tidak! "ucap papih dengan keras membuatku terkejut karna ini pertama kalinya papih meninggikan suaranya kepadaku yang membuat hatiku hancur kembali.

"bang, jangan tinggikan suaramu kepada keponakanmu"

"dia putriku, jika kamu lupa"jawab papah yang membuat semua orang diam.

"cepat pilih mau tinggal bersama siapa? Lalu habis itu langsung bereskan barang-barangmu"

"adek.. "ucap omah seraya mengusap punggung tanganku.

"adek pilih mau tinggal bersama siapa, papih, mamih atau ikut tinggal bersama omah"lanjut omah yang membuatku menangis kembali seraya menggelekan kepalaku.

"nggak omah, adek gak setuju rumah ini dijual"

"ikutin ucapan papih mu ya, sekarang bereskn barang-barang kamu lalu ikut tinggal bersama omah"jawab omah membuatku diam dalam isakan tangisku.

"mah biarkan sheera memilih untuk tinggal bersama dengan siapa sendiri"ucap mamah.

"aku ikut dengan omah"jawab ku seraya pergi masuk kedalam kamarku.

♡♡

AFSHEERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang