bagian : 4

5K 718 63
                                    

Renjun terbangun, ia mengerjapkan matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam netra, ia sudah berada di kamarnya, Renjun berdiri namun sedetik kemudian tubuhnya kembali terduduk.

Perutnya sakit sebap belum di isi apa-apa dari kemarin, ia kembali berbaring dengan posisi meringkuk, bahkan ia tak tau ini sudah jam berapa, sial sekali nasibnya.

"Jika Injun tak diberi makan kenapa tak mengantar Injun pulang, Injun bisa mati huwaaaa."

Tok tok tok

Mendengar itu Renjun segera berpura-pura tidur, kemudian ia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

"Bangun!" Tak ada sahutan, kemudian orang itu kembali mengguncang tubuh anak itu, tetapi juga tak ada sahutan, dan tak ada pergerakan, kemudian Jeno mencoba mengecek nafas anak itu.

"Tidak ada? Jangan main-main denganku!"

Setelah Jeno menjauhkan jarinya Renjun perlahan membuang nafas, agar tak diketahui.

"Bangun!!" Bentak Jeno kedua kalinya.

"Paman panik?" Tanya renjun polos dan tersenyum geli menatap Jeno.

"Kau mau mati sungguhan?!" Teriak Jeno geram, bisa-bisa ia di kerjai anak kecil.

"Tidak Renjun masih mau sekolah." Balas Renjun.

"Ini makan dulu." Jeno mengambil makanan yang sempat ia taru di meja kemudian menaruhnya di hadapan renjun.

"Ini tidak di beri racun kan?" Lagi-lagi Renjun bertanya dengan wajah polosnya.

"Jika tak mau akan aku bawa kembali."

"Jangan, Injun hanya bercanda." Renjun terkekeh, ia bangun dan duduk kemudian mulai menyendok makanan yang Jeno berikan, beruntung Renjun masih di beri makanan yang layak.

"Inwi jwam bwapa?" Tanya Renjun dengan susah payah sebab mulutnya terisi penuh, bisa di telan dulu Renjuun.

"Jam empat sore." Jawab Jeno jujur.

"Hwabisss." Renjun menaruh piring di lantai, hanya nasi yang di habiskan anak itu, lauk pauk masih tersisa banyak, apalagi dengan ayam goreng seperti hanya di gigit sekali, habis macam apa itu.

"Mau tambah nasi?" Tanya Jeno

"Kenyang." Ucap Renjun sembari meminum air putih hangat.

Jeno mengingat anak itu hanya makan sedikit dan katanya kenyang, kecil sekali lambungnya.

"Paman?"

"Daddy, panggil Daddy."

"Daddy? Renjun ingin sekamar bersama Daddy saja, ini kasurnya tipis badan Renjun sakit dad~" Renjun menatap Jeno memelas, sementara yang di tatap hanya melongo saat bibir itu memanggil nya dengan sebutan 'Daddy'.

"Banyak maunya, Yasudah." Jeno menarik pelan lengan kurus Renjun kemudian membawa nya ke kamar miliknya, Jeno jadi gemas sendiri dengan bocah itu.

"Daddy ini beneran?" Tanya Renjun memastikan.

"Jika tak percaya kembali sana!" Jeno mendengus.

"Terimakasih Daddy." Renjun memeluk leher Jeno, walaupun masih berjinjit tapi ini cara Renjun berterimakasih.

*Cup

"Sayang Daddy!" Renjun me-nyengir setelah mengecup pipi Jeno.

Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Jeno saat ini, jantungnya berdegup tak karuan, baru kali ini ada yang berani menciumnya, Jeno berusaha menetralkan degup jantungnya agar kembali normal.

Drttt drttt...

"Ada apa?" Tanya Jeno pada seseorang di seberang sana.

"Ada yang memata-matai area markas, banyak obat-obatan terlarang yang mereka ambil."

"Sialan! Cepat cari pelakunya dan habisi dia, suru Yuta untuk melacak markas mereka kemudian ledakan!" Titah Jeno kemudian mematikan ponselnya.

"Daddy membunuh o-orang?" Tanya Renjun takut-takut.

"Kenapa? Kau mau kubunuh juga?" Renjun menggeleng kuat kemudian memeluk Jeno erat

"Kan hiks Renjun bilang hiks Renjun masih mau sekolah." Jeno kembali di buat tidak tega dengan anak itu, alhasil Jeno membalas pelukan erat tersebut






TBC

[✓] HITMAN | NorenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang