12. Ingin Memeluk

105 38 3
                                    

Berterima kasihlah kepada orang yang telah memberimu luka.
Karenanya kamu tau bagaimana rasanya terluka, dan selalu berpikir terlebih dahulu sebelum kamu memberikan luka untuk orang lain.
$tg

⚠️⚠️saya meminta maaf apabila ada kekeliruan dalam kepenulisan.

"Ini rumah Chafa?" Gadis dengan outfit serba pink, serta rambut hitam pekat yang dibiarkan terurai, menatap sebuah rumah kecil yang tepat berada di hadapannya.

Chafa menatap Deja dengan tatapan sinis. "Bukan!, ini rumah keong!, ya iya lah rumah gue, kenapa?, kecil?, emang!"

"Hhehhe, maaf Deja ga-" Belum sempat gadis itu menyelasaikan kalimatnya, jari telunjuk Chafa sudah lebih dulu mendarat di bibirnya.

"Gue lo!"

"Gu-gue?" Deja, gadis itu mengerutkan keningnya, jujur ia masih merasa asing dengan itu.

"Ya udah yuk masuk aja!" Chafa menarik pergelangan tangan Deja, kemudian melangkahkan kakinya menuju dalam rumahnya.

"Duduk dulu ya!, gue ambilin minum bentar," ucap Chafa, yang kemudian pergi meninggalkan Deja.

Tak perlu waktu lama Chafa sudah kembali dengan membawa nampan yang berisi dua gelas air. "Chafa sendirian ya di rumah?"

"Iya."

"Orang tua Chafa kemana?"

"Mereka udah cerai tiga tahun yang lalu, dan semenjak mereka cerai gue tinggal sendiri, dan sejak saat itu juga gue ga tau mereka kemana,"

"Lah katanya kemarin pas mau ngembaliin uang Deja, katanya Ayah Chafa baru gajian?"

Chafa tampak berpikir garis-garis tergambar jelas didahinya. "Ouh itu sebebarnya gue yang baru aja gajian, kan gue orangnya ga mau orang lain terlalu tau tentang lehidupan gue."

"Tapi sekarang Deja tau."

"Kan sekarang kita friend!!"

"Friend?, sekarang Deja punya temen baru!"

"Ok kita friend!!"

"FRIEND!!"

~🌻🌻~

"Dari mana?" seseorang menoleh ketika mendengar suara tanya tersebut. Ia mendapati pria tua yang menatapnya dengan tatapan intimidasi.

"Kampus." Anzel segera memalingkan wajahnya, kemudian mengambil lamgkah untuk segera meninggalkan pria tersebut.

Baru tiga langkah Anzel berjalan, ia merasakan sebuah hantaman yang begitu kuat pada bagian belakang kepalanya. Ia mengernyutkan dahinya ketika pening menghampirinya. Bau anyir juga tercium pada rongga hidungnya.

Tangannya terangkat mengusap kepala bagian belakangnya, ia melihat tangan yang telah menyentuh kepalnya. Terdapat cairan merah pekat. Darah.

Anzel merasakan ada yang menarik kerah bajunya, badannya terdorong, hingga punggungnya menyandar pada dinding. Sekarang ia merasakan panas pada bagian lehernya. Dada serta tenggorokannya begitu sakit untuk dimasuki oksigen.

Form His Diary | Haechan (end)Where stories live. Discover now