13. Mimpi Buruk

102 30 3
                                    

Cinta itu aku dan kamu!.
Kalau aku saja namanya mencintai.

⚠️⚠️saya meminta maaf apabila ada kesalahan dalam kepenulisan

Helaan napas terdengar dari pria yang sedang duduk di kursi belajarnya, ia menatap lembaran kertas yang jelas tertulis no '2'. Kemudian matanya beralih menatap tumpukan buku serta laptop yang ada di depannya. Ia kembali menghela napasnya berat.

"Kenapa ya gue mau aja disuruh jadi kandidat gini ya, ntar kalau gue sibuk, Deja gimana?" Anzel, pria itu berbicara dengan dirinya sendiri.

"Pengen ngundurin diri, tapi gue juga pengen sih jadi pengurus HIMA, tapi gue juga ga mau jadi ketua!!"

"Kalau gue ngundurin diri dari kandidat tapi gue jadi pengurnya aja gimana?"

"Tapi kalau malah dikeluarin sekalian gimana?"

"Tapi kalau gue tetep nyalon jadi ketua, gue juga ga akan kepilihkan?, lagian disana gue juga ga banyak kenalan, palingan ntar yang kepilih Arion, diakan ambis, pinter, ganteng, pokoknya good locking deh."

"Tapi gue males kalau gue harus pidhato depan umum, gue kan orangnya gampang tremor." Anzel berdecak, ia tengah kalut dengan pikirannya sendiri.

Gininih contoh orang kalau mau apa-apa ga mikir dua kali.

Anzel, pandangannya teralihkan menuju handhhonenya yang tadi sempat berbunyi, ia segera mengambilnya kemudian tatapannya berubah jadi murung ketika ia mendapati pesan dari Dokter Raza.

Ia menatap handhhonenya yang bertuliskan pesan
'Dokter Raza

Malam Anzel!
Hai! Masih disimpen ga nih nomernya dokter Raza.
Anzel udah lama ga kesini.
Kapan mau kesini?
Katanya mau sembuh.
Kamu udah ga minum obat pereda nyeri lagi kan?
Anzel!
Secepatnya kesini ya!

Saya lagi sibuk dok
Kapan-kapan aja ya.
Saya cuma minum obat dari dokter doang kok
Obat pereda nyeri jarang paling sehari sekali, kalau lagi umat!
Hehehe
Kapan-kapan aja deh dok
Saya sibuk sama tugas kuliah
Terus saya juga.
Apa ya?
Pokoknya kapan-kapan aja deh
Saya capek mau tidur.

Itulah isi chat dari dokter Raza. Beberapa detik setelahnya handhhone Anzel berbunyi. Bukan, bukan dokter itu tapi Marchel.

Anzel menekan ikon berwarna hijau, kemudian mendekatkan handhhonenya ke telinganya.

"Hallo kenapa?" ucap Anzel malas.

'Anjir lo di telpooon dari tadi ga di angkat kenapa?' Suara Marchel membuat Anzel sedikit menjauhkan handphonenya dari telinganya yang terasa berdengung.

"Kan gue barusan ngerjai tugas gue sama tugas lo!" Anzel kini memaki Marchel.

'Heheh thank's ya, btw udah selesai?"

"Udah!"

'Yuk keluar, gue lagi muak banget nih di rumah!'

"Yang ada yang bisa?"

'Ga ada, Arion lagi sibuk mau jadi kandidat ketua HIMA kalau yang lain gue telpoooon ga diangkat, anjir banget ga sih!'

Form His Diary | Haechan (end)Where stories live. Discover now