Seventeen

890 153 56
                                    

Kemunculan Luca Huang sebagai pewaris Royal Boulevard milik Oscar Huang menjadi berita besar dalam dunia bisnis. Pasalnya Oscar Huang diketahui tidak memiliki sanak keluarga, lalu tiba-tiba muncul Luca Huang sebagai keponakan satu-satunya yang mewarisi kerajaan bisnisnya.

Dengan kedudukan dan pengaruh yang dimilikinya, Luca memanfaatkan hal itu untuk menyelidiki orang-orang yang terlibat dengan kematian keluarganya. Melalui identitas barunya ia berkamuflase, menjadi sosok pebisnis sekaligus mafia yang sangat ditakuti dan disegani oleh orang-orang dikalangannya. Terlebih, Luca diketahui memiliki kartu AS yang dapat menghancurkan karir dan hidup mereka dalam seketika. Tidak ada yang berani berurusan dengannya, hingga kemudian muncul Jason Lao yang berusaha untuk bernegosiasi, mencegah Luca agar tidak membocorkan skandal-skandal pejabat negara yang diketahuinya.

"Anda hanya perlu menyebutkan permintaan Anda, Tuan Huang. Kami pasti akan menurutinya."

Mata Luca memicing menatap Jason Lao yang duduk di hadapannya. Ia menyenderkan tubuhnya, kakinya menyilang sementara kedua tangannya terlipat diatas dada.

"Hmm ... entahlah. Tidak ada yang aku inginkan. Aku sudah memiliki segalanya tanpa meminta kepada kalian."

Menghadapi keangkuhan Luca. Jason Lao berusaha untuk tetap terlihat tenang dengan senyum tipis di bibirnya.

"Lalu, apa tujuan Anda menyimpan data tersebut?"

"Tentu saja untuk kepentinganku. Dengan data itu aku bisa memanfaatkan bahkan menghancurkan mereka bila aku merasa terusik dengan eksistensinya."

"Bila seperti itu ... Anda bisa terkena hukuman terkait pelanggaran hak privasi."

"Privasi? Sudah jelas yang mereka lakukan adalah kejahatan. Kegiatan prostitusi, narkotika, dan kegiatan ilegal lainnya. Apakah pantas pejabat negara melakukan itu semua?"

"Itu bukan urusan Anda, Tuan Huang. Anda hanya seorang pebisnis, maka berjalanlah sesuai jalur Anda."

"Bagaimana jika aku ingin menjadi seorang pahlawan? Aku ingin membasmi tikus-tikus seperti mereka dari negara ini."

"Maka Anda memilih musuh yang salah."

***

Seorang pengawal datang menodongkan pistol ke arahku, tatapannya sangat syok melihat David Zhong lalu beralih padaku. Aku menelan saliva, mengangkat kedua tanganku lalu maju selangkah menghampirinya.

"KU BILANG JANGAN BERGERAK!" Bentaknya, kedua tangannya yang menodong lurus ke arahku terlihat gemetar, caranya memegang pistol itu menunjukkan bahwa ia seorang amatir.

Perlahan aku menggeleng. "Aku tidak melakukannya," ujarku berusaha untuk tenang dan diam-diam mendekatinya, aku berusaha mengalihkan perhatiannya melalui tatapan mataku.

"Kau membunuhnya! Aku sudah melaporkannya kepada polisi!"

"Tidak. Aku dijebak."

"Aku bilang jangan bergerak atau kau akan kutembak!" Ketika ia hendak menarik pelatuk, dengan gerakan cepat aku menangkis pistol itu menggunakan tangan kanan, tangan kiriku merebut pistol tersebut darinya.

Aku melangkah mundur seraya menodongkan pistol tersebut ke arahnya, satu tanganku memberi perintah agar tidak mengikutiku. Begitu aku menemukan jalan keluar aku lantas berlari sekencang mungkin untuk meninggalkan villa tersebut.

***

Hal pertama yang mucul dibenakku adalah untuk kembali ke rumah sebelum para polisi datang ke sana. Begitu sampai, keadaannya sangat kacau seperti ada yang menggeledah rumahku. Aku menggerang frustasi, untuk marah saja rasanya sudah tidak bisa. Aku panik, seakan dikejar oleh waktu, aku buru-buru memasukkan uang tunai dan barang-barang penting ke dalam tas jinjing. Ku pakai topi dan menutupinya dengan tudung jaketku.

DANGER 2: Love and War ✔️Where stories live. Discover now