1. Keinginan atau Keharusan

91 19 0
                                    

Setiap orang memiliki kesulitan dalam hidupnya dengan takaran yang berbeda-beda dan setiap kesulitan itu pasti ada solusinya. Prinsip seperti itu lah yang selalu dipegang oleh gadis manis yang sedang duduk di warung lontong sayur itu.

"Kayaknya bulan ini nggak bisa ngirimin ambu uang. Apalagi harus bayar cicilan kontrakan yang udah dua bulan nunggak lagi. Tapi gimana ya untuk kebutuhan adik sekolah?"

Senja sedari tadi memperhatikan layar ponselnya, ia sangat rindu dengan ambu nya tetapi ia tidak berani untuk menghubungi karena takut tidak tega untuk memberikan alasan kepada ambu nya mengenai uang untuk bulan ini.

Lembayung Senja, gadis bertubuh kecil dengan tinggi tubuhnya sekitar seratus lima puluh centi meter saja. Usianya yang masih terbilang muda untuk merantau ke ibu kota, yaitu dua puluh satu tahun saat ini. Saat ia mulai merantau dari Bandung ke ibu kota yaitu masih usia sembilan belas tahun. Mungkin kebanyakan pada usia itu, orang-orang masih menempuh jenjang pendidikan perkuliahan. Dia termasuk gadis yang berprestasi, tetapi keadaan ekonomi keluarga lah yang sangat tidak memungkin untuk melanjutkan pendidikan kembali, oleh sebab itu ia memilih untuk merantau saja, agar bisa membantu perekonomian keluarganya. Apalagi saat ini adiknya membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk kelulusannya kelak.

"Ya ampun, kenapa susah gini ya dapatin penghasilan yang benar-benar cukup untuk membantu ambu juga. Aku nggak ada pekerjaan lain lagi," keluh Senja.

Semua beban hidup ini sudah dipikul oleh gadis itu, sebab ia hanya memiliki orang tua tunggal semenjak sekolah menengah pertama, karena abah nya sudah meninggal dunia. Terkadang ia ingin mengeluh terhadap hidupnya yang seperti ini, tetapi rasanya percuma saja. Mengeluh semakin membuatnya lelah, maka sebaiknya ia menjalani hidup ini dengan usaha yang lebih keras lagi. Apalagi sekarang mengingat usia ambu yang tidak muda lagi dan tentunya hal itu akan berpengaruh untuk prosesnya bekerja yang akan semakin menurun.

"Berapa lontong sayurnya, bu?" sambil mengeluarkan selembar uang berwarna hijau.

"Sepuluh ribu aja kayak biasa, neng." tangan Senja langsung mengulurkan uang tersebut dan pedagang itu langsung memberikan kembaliannya.

Langkah kecil Senja kembali menyusuri bagian trotoar untuk menuju ke halte. Hari ini ia akan datang lebih awal ke Emelia's Petshop. Emelia's Petshop adalah sebuah tempat untuk perawatan, penitipan, dan penjualan baik itu makanan maupun bahan-bahan perlengkapan untuk hewan, terutama untuk kucing. Ia juga sudah hampir satu tahun lebih bekerja di sana.

Selama dalam perjalan, hanya terlihat gedung-gedung pencakar langit yang menjadi pemandangannya. "Semoga saja suatu hari nanti aku bisa bekerja di salah satu gedung mewah itu," bisiknya dalam hati sembari berharap kalau semua itu menjadi benar-benar terjadi nantinya.

Senja memiliki banyak mimpi besar untuk hidupnya, dan rasanya semua itu hanya suatu hal yang mustahil. Ingin bekerja di gedung pencakar langit, bisa mengirimkan ambu nya uang tepat waktu, bisa menyekolahkan adiknya setinggi-tingginya, membeli rumah mewah, dan sepertinya masih banyak lagi hal yang ia inginkan. Kalau memikirkan itu rasanya Senja ingin tenggelam saja, agar ia tidak bisa melihat fakta yang sesungguhnya. Semua itu sangat sulit, bahkan sangat tidak mungkin baginya yang hanya lulusan SMA saja.

Sesampainya di tempat bekerjanya, salah satu satpam langsung menyapanya. "Pagi banget Neng Senja, datangnya?"

"Kalau udah siang nanti rezekinya dipatuk ayam, pak." Senja memang terkenal dengan berbagai macam guyonannya di mata para pekerja di sini.

"Bisa aja Neng Senja," balas Satpam yang bernama Taufik itu sambil terkekeh.

"Bapak nggak percaya ya?" timpal Senja.

"Enggak tuh neng," jawah pak Taufik.

"Saya juga nggak pak, hahaha." Setelah itu Senja langsung berlari masuk ke dalam toko tersebut.

Sebatas Formalitas जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें