4. Tidak Pernah Akur

50 13 0
                                    

"Pi," gadis cantik itu masih setia dengan posisinya sambil mengerucutkan bibirnya. Ia sangat bosan dengan situasi sekarang ini.

"Papi kan udah bilang, Cia nggak usah ke sini. Papi lagi banyak kerja dan nggak bisa nemenin, Cia." Mendengar hal itu gadis yang biasa di panggil Cia itu menghentak-hentakkan kakinya.

"Tapi Cia bosan di rumah sendirian aja, sekarang kan hari Sabtu kenapa papi sama mami masih kerja?" rasanya papi Deon kesal mendengar penuturan putrinya itu.

Sudah pasti karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, walaupun ini hari Sabtu tetapi yang namanya pekerjaan harus segera diselesaikan.

Putri dari papi Deon itu bernama Delicia Aditomo yang biasa dipanggil Cia, yang saat ini berusia dua belas tahun. Ia merupakan anak kedua dari papi Deon dan adik tiri dari Damian. Ya, papi Deon memiliki dua istri yang sampai saat ini hubungannya dengan kedua istrinya tersebut masih terbilang baik-baik saja. Papi Deon sampai saat ini berusaha selalu bersikap adil terhadap kedua istri dan anak-anaknya.

Papi Deon melepaskan kaca matanya dan menatap putrinya dengan begitu intens, senyuman hangat langsung terbit di wajah lelahnya. Ia tidak menyangka bahwa ia masih bisa mempertahankan semuanya, walaupun ia merasa sakit saat melihat sosok Damian menjauh darinya, apalagi semenjak kehadiran gadis di depannya ini.

"Sini," ucap papi Deon yang lebih jelas seperti sebuah perintah.

Delicia yang masih kesal hanya menundukkan kepalanya, sambil menuju ke arah papi Deon. Sesampainya Delicia di depannya, papi Deon langsung mengusap pipi gadis itu.

"Coba Cia ke ruangan Bang Damian, mana tahu dia lagi kosong," bukan tanpa sebab papi Deon mengatakan hal itu, ia tahu putrinya itu sangat menyayangi Damian tetapi Damian selalu bersikap cuek kepada Delicia. Ia juga yakin pasti Damian saat ini sedang kosong, karena Damian selalu menyelesaikan pekerjaannya hingga hari Jum'at.

Delicia langsung menggelengkan kepalanya, ia semakin tidak berminat atas saran yang diberikan oleh papi Deon. Ia memang sangat menyayangi Damian, tetapi lelaki itu jelas tidak suka dengan dirinya. Jadi untuk apa dia harus ke tempat itu, malahan ia akan semakin dibuat kesal saja.

"Enggak papa, Cia ke sana ya atau mau papi yang anterin ke sana?" tawar papi Deon dengan lembut.

"Tapi pi, papi tahu sendiri kalau abang itu nggak suka sama, Cia. Jadi ngapain lagi kesana? Kalau ujung-ujungnya cuma dimarahin terus dicuekin lagi," kesal Delicia dengan tatapan tidak terima nya dengan semua itu.

"Cia, kalau kamu semakin menjauh malah nanti abang juga akan seperti itu sama kamu. Abang itu sebenarnya sayang sama kamu, perhatian sama kamu. Cia masih ingat waktu Cia sakit di sekolah, abang malah bela-belain jemput Cia dan bawa Cia ke rumah sakit. Abang rawat Cia dengan baik sampai papi dan mami datang."

Delicia tampak berpikir sambil memainkan jari-jarinya, kemudian ia langsung menatap papi Deon. "Ya udah Cia ke sana deh, kalau abang sibuk papi nggak boleh kerja harus nemenin Cia pergi main," papi Deon langsung menjawabnya dengan sebuah anggukan dan senyuman.

"Hati-hati, dan ingat harus tanya Bang Arga dulu baru boleh masuk ke ruangan, abang ya?"

"Oke pi," jawab Delicia sambil mengacungkan jempolnya.

Delicia yang sudah menjauh pergi, papi Deon langsung menyenderkan tubuhnya. "Setidaknya Cia dapat menyayangi Damian dan Mami Areta," monolog papi Deon.

Masih ingat siapa Areta? Wanita itu adalah mami kandung dari Damian.

•••••

Delicia langsung berhenti di depan meja milik Arga, sekretaris Damian. Hal ini sudah menjadi aturan dari Damian, siapa pun yang ingin masuk ke dalam ruangannya harus menghubunginya terlebih dahulu melalui Arga. Tanpa terkecuali, walaupun itu keluarganya sendiri.

Sebatas Formalitas Where stories live. Discover now