3. Trauma Pernikahan

57 13 0
                                    

Gadis yang masih tergelung cantik dalam selimut tebal itu tampaknya sangat enggan untuk bangun, rasanya tidurnya kali ini sangat berbeda dari biasanya. Terasa lebih nyaman dan aman. Hal itu karena ia belum menyadari di mana ia berada saat ini.

"Masih malas bangun, rasanya aku tidur di tempat yang begitu nya-man," suara khas bangun tidur jelas terdengar dari gumaman gadis itu. Ia menggeliat dengan begitu pelan, rasanya tempat tidurnya saat ini sudah berganti, bahkan sangat lembut. Wangi khas kamar ini juga sangat menggelitik indera penciumannya.

Matanya masih setia terpejam sambil menarik selimut tebal itu kembali. Cukup lama terbuai dengan rasa nyaman itu, ponselnya berdering dengan cukup keras. Salah satu kebiasaan gadis itu, nada dering ponsel yang hampir terdengar satu rt.

Ia langsung meraba-raba nakas di samping, tetapi ia tidak menemukan benda yang berbunyi itu. Ia menyadari langsung keanehan di sini, biasanya ia meletakkan ponselnya di atas nakas dan kenapa pagi ini nakas di sampingnya itu terasa lebih sama rata dengan kasurnya?

Ia langsung membuka matanya dan terbelalak kaget saat melihat di sekitarnya. Aku di mana sekarang? Pikirannya langsung melayang pada kejadian semalam, bisa-bisanya ia melupakan kejadian itu? Ia langsung mengintip ke bagian dalam selimutnya dan ia bernapas lega karena masih menggunakan pakaian yang lengkap.

"Enggak mungkin aku dibawa sama mereka ke sini?" Pikiran gadis itu masih tertuju pada preman-preman semalam. Ia belum mengingat kedua lelaki yang menolongnya, bahkan ia tidak akan bisa mengingat hal itu.

Ia langsung mengambil tas nya yang tergeletak bebas di sampingnya itu. "Siapa yang sudah menolong aku semalam, siapa orang-orang baik itu? Apa tempat milik salah satu dari mereka?" Tanya gadis itu saat memikirkan orang yang menolongnya.

Saat ponsel itu sudah berada dalam genggamannya, gadis itu langsung menghubungi rekan kerjanya karena tidak bisa masuk kerja hari ini. Rasanya percuma untuk datang karena sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. "Kenapa aku bisa senyaman ini tertidur di tempat asing ini? Apa mungkin karena efek samping tidur di kasur empuk, selimut yang lembut, tebal, dan kamar ber-ac ini?" monolog gadis itu dengan senyuman manis terukir di wajah kecilnya.

Rasanya ia tidak ingin beranjak dari ruangan itu, ia ingin tidur seharian di sini tanpa ada yang mengganggunya. Tetapi rasanya semua itu hanya sebuah khayalan saja, saat ini ia harus kembali ke tempat yang seharusnya ia tempati, yaitu kos-kosan yang berada di gang sempit itu.

Sebelum ia beranjak pergi, ia kembali merebahkan tubuhnya dan menutup sampai ke ujung kepalanya dengan selimut itu. Ia menghirup aroma khas dari selimut itu dalam-dalam. "Semoga saja suatu saat nanti bisa kembali ke tempat ini."

Semakin lama menghirup aroma itu, Senja langsung tersadar, bahwa selimut yang ia gunakan saat ini  memiliki aroma parfum yang begitu khas. Terkesan lebih ke aroma milik seorang lelaki, begitu tenang dan elegan. "Aroma orang kaya emang beda," ucap gadis itu sambil terkekeh memikirkan ucapannya sendiri.

Setelah merasa yakin meninggalkan kenyamanan itu, Senja langsung duduk setelah itu ia beranjak untuk merapikan kembali tempat tidur yang ia tempati dari semalam. Saat semuanya selesai, ia baru menyadari ternyata ada secarik kertas di atas nakas sebelah kirinya, ia langsung mengambilnya.

"Setelah bangun tolong kasurnya dirapikan kembali, setelah itu anda boleh pergi dan lain kali jangan pulang sendirian kalau sudah larut malam. Ini nomor pin nya untuk keluar 1362****."

Senja hanya bisa mengangguk paham akan hal itu, sepertinya seseorang yang menolongnya semalam tidak terlalu suka basa-basi dan hal itu sangat membosankan.

Senja kembali mengingat kejadian semalam, hal itu benar-benar sangat memperlihatkan betapa cerobohnya dia. Beruntung saja masih ada orang-orang baik hati yang menolongnya dengan ikhlas.

Sebatas Formalitas Where stories live. Discover now