8. Sebuah Kebetulan

58 13 10
                                    

"Semalam itu lo mau bilang apa sih ke gue?" Tanya Arga.

Semalam Damian menghubungi Arga ada sesuatu hal ingin ia ceritakan, tetapi karena lelaki itu sibuk dengan wanitanya, makanya Damian mengatakan untuk hari ini saja ia sampaikan.

"Jadi gue kemarin nganterin Milly ke petshop langganan gue. Terus lo tahu gue ketemu lagi sama tuh cewek," ungkap Damian.

Arga yang mendengar hal itu tampak bingung dengan ucapan Damian. Cewek mana yang dimaksud sahabatnya itu? Mereka terlalu banyak bertemu dengan cewek.

"Cewek yang mana? Cewek yang di mau di jodohin ke lo atau cewek yang di atas ranjang?" Goda Arga dan hal itu membuat Damian secara naluriah langsung melemparkan bantal sofa yang berada di tangannya, dengan cukup kencang ke arah lelaki itu.

"Mana tahu lo ketemu sama salah satunya lagi," balas Arga dengan senyuman jahilnya.

Saat ini mereka berdua sedang berada dalam ruangan kerja milik Damian. Lelaki itu hanya menatap Arga  dengan kesal. Sebenarnya di sini Arga juga tidak salah, Damian saja yang tiba-tiba membicarakan hal yang berada di luar obrolan mereka. Bahkan perihal membicarakan seorang wanita, terlalu banyak wanita yang sudah mereka temui.

"Cewek yang mana sih, maksud lo? Kalau bicara itu yang detail."

Damian langsung berdecak kesal mendengarnya. "Cewek yang kita tolongin malam itu, yang gue ajak ke apartemen. Masih ingat nggak? Pikiran lo cuma wanita itu aja," sungut Damian.

Arga langsung mengerti mengenai pembicaraan mereka, siapa cewek yang dimaksud oleh Damian. Ia langsung tertawa mendengar ucapan akhir dari lelaki di depannya itu. "Lo ketemu di petshop itu? Dia kerja di sana atau cuma nganterin kucingnya juga?"

"Ternyata dia kerja di petshop langganan gue," Arga tampak curiga dengan Damian.

Hal yang membuat Arga curiga, dari kapan lelaki di depannya ini tertarik membicarakan perihal wanita, apalagi ini di kantor? Biasanya obrolan mereka tidak lepas dari kerja, kerja, dan kerja.

"Lo tertarik sama dia?" mendengar hal itu Damian menatap Arga dengan kesal. Apakah setiap membicarakan wanita, kita harus tertarik kepadanya? Pikir Damian.

"Kalau gue tertarik, lo cemburu?" pancing Damian dengan senyuman mengejek.

Tetapi bukannya merasa menang, malah Damian semakin dibuat kesal oleh Arga. "Yah, gue senang lah, ternyata lo gak homo," jawab Arga dengan senyuman liciknya.

Damian hanya menatap Arga dengan tajam. Bisa-bisanya lelaki itu mengatakan dia seperti itu. Kalau tidak dekat dengan wanita manapun, atau bahkan tidak memiliki kekasih, apa artinya orang itu homo? Padahal selama ini Arga tahu bagaimana sikapnya. Damian benar-benar kesal mendengarnya.

"Mau gue potong gaji lo?" ancam Damian.

Arga yang mendengar hal itu, langsung berdiri dan berlenggang pergi dari ruangan Damian. Sedangkan Damian langsung melonggarkan dasinya, rasanya suhu di ruangan itu terasa begitu panas. "Kenapa gue harus ngomongin itu cewek? Dan kenapa juga gue harus mikirin dia dari kemarin? Dia bukan siapa-siapa gue," monolog Damian dengan begitu kesal.

•••

Keesokan harinya, Senja masih terdiam dalam posisinya. Saat ini ia sedang berada di halaman samping petshop tersebut, ia baru saja mendapatkan panggilan telepon dari ambunya di kampung. Ambunya mengatakan, orang yang menagih hutang datang ke rumahnya dan memberi ancaman. Jika mereka tidak bisa melunasi hutang dalam waktu satu bulan ini, mereka akan mengusir ambu dan adiknya dari rumah itu. Apa yang harus ia lakukan saat ini?

Senja benar-benar tidak bisa membayangkannya, rumah itu satu-satunya peninggalan dari mendiang abahnya. Kalau sempat rumah itu diambil, ke mana ambu dan adiknya akan pergi? Sedangkan ia di Jakarta, hanya hidup serba kesusahan seperti ini, tinggal di kos-an kecil dan untuk makan saja terkadang susah. Tidak mungkin juga ia membawa mereka ke Jakarta dalam kehidupan sulit seperti ini.

Sebatas Formalitas Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu