CHAPTER 32

2.6K 278 15
                                    

SELAMAT MEMBACA
^^
----

"Rika mana?" Tanya Anessa yang masuk ke dalam kelas XI IPS-1. Gadis itu berdiri di depan pintu dengan angkuh dengan tatapan tidak bersahabat pada Zeni.

"Nggak sekolah," Jawab Revan sang ketua kelas yang lagi bermain game dengan yang lainnya.

"Ke mana sih tuh orang?" Tanya Anessa pada dirinya sendiri.

"Munafik!" Kata itu keluar dari mulut Anessa yang masih berada di depan pintu kelas XI IPS-1 saat Zeni berjalan menuju keluar.

Sontak gadis itu berhenti tepat di samping Anessa, dan membuat Anessa menoleh yang langsung berhadapan dengan Zeni. Karena tidak tahu siapa yang di bilang munafik Zeni menaikkan satu alisnya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Lo... Munafik!!" Ulang Anessa dengan penuh penekanan.

"Yang munafik itu teman Lo bukan gue," Ucap Zeni dengan muka datar.

"Alah, gak usah ngeles deh Lo, kalau munafik ya munafik aja!!" Ucap Anessa dengan nada ngegas. "Sumpah, gue nyesel pernah temenan sama orang munafik kayak Lo, pembohong, bermuka dua. Ihh nyesel nyesel nyesel!" Tambah Anessa yang memancing emosi Zeni di pagi ini.

Zeni berusaha menahan emosinya, kalau yang di depannya bukan Anessa mungkin sudah habis di tangan gadis itu. Ia masih menghargai Anessa sebagai sahabatnya. "Terus, Lo pikir gue peduli?" Tanya Zeni menggeleng lalu pergi dari hadapan Anessa.

Anessa kesal, ia menarik tangan Zeni dengan kasar membuat gadis itu hampir terhuyung ke belakang, untung saja Zeni bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Dasar gak tau diri, udah merusak hubungan orang dan membuat hubungan dengan keluarga orang tidak baik-baik saja, sekarang apa lagi yang mau Lo lakuin??" Tanya Anessa dengan emosi yang memuncak.

Semua itu tidak lepas dari pandangan teman sekelas Zeni, mereka hanya menjadi penonton tanpa mau ikut berdebat. Sama halnya dengan anggota RESPECT yang hanya menyimak, mereka sama sekali tidak tahu apa permasalahannya. Mereka juga tidak terlalu khawatir kalau kedua gadis itu membuat keributan, karena mereka tau Zeni tidak akan main tangan jika lawannya perempuan.

"Oh, jadi dia udah cerita sama Lo. Sayang banget ya, Lo percaya sama omongan sampah!!"

Plak.

Semua membulatkan matanya, Anessa menampar pipi Zeni membuat gadis itu menoleh ke samping. Tanpa rasa bersalah sedikitpun Anessa tertawa. "Lo nggak usah sok jagoan deh, yang sampah itu Lo bukan Rika. Lo itu nggak lebih dari sampah yang seharusnya di buang!!"

Dengan pipi yang memerah, Zeni menatap tajam Anessa membuat nyali cewek itu sedikit menciut. "Lo dengar baik-baik, Lo tau gue kan? Gue nggak suka hidup gue di usik, Lo masih ingat saat gue buat siswi masuk rumah sakit karena berusaha bully gue? Gue nggak segan-segan membuat siapapun yang ganggu hidup gue menderita. Jangan sampai Lo selanjutnya Anessa!!!" Ucap Zeni tajam, dingin dan penuh penekanan. Membuat Anessa terdiam menahan nafas, ia tidak akan pernah lupa dengan kejadian waktu kelas 10. Dimana Zeni yang sudah muak dengan kelakuan Sela yang selalu membully kaum lemah. Zeni meneror habis-habisan Sela yang notabenenya adalah kakak kelas mereka. Membalas dengan tangan saat cewek itu main kekerasan, dan membuatnya masuk rumah sakit akibat pukulan dari Zeni. Dan juga jiwanya sedikit terganggu akibat teror yang di lakukan gadis itu.

Keadaan cewek itu sangat mengenaskan saat bertengkar hebat dengan Zeni di kantin. Zeni menghajar dengan membabi buta, ia sudah muak dengan pembullyan yang di lakukan Sela dan teman-temannya. Hal itu membuat Zeni di skor selama satu bulan. Mulai dari situ tidak ada yang berani dengan Zeni, baik kakak kelas maupun adik kelas. Dan dari situ pula tidak ada lagi yang namanya pembullyan di SMA BHINNEKA. Mereka takut nasib mereka akan sama dengan Sela. Apalagi masih ada Zeni di sekolah ini.

ZENIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang