06. the pregnancy

7.6K 1K 122
                                    

update langsung besok kalau tembus 400 like.

**

Kalau ditanya seperti apa perasaan Jeff selama istrinya positif hamil dan lambat laun perutnya membesar, maka jawaban dia adalah : nano-nano.

Nano-nano artinya semua perasaan bercampur jadi satu. Ada senengnya, ada susahnya.  Banyak kejadian yang bisa dia ceritakan satu-satu.

Contohnya ketika hari dimana kantor sedang sangat hectic, tentu aja Jeff pulang dengan wajah keruh. Lelah luar biasa sudah tampak jelas bahkan di detik pertama dia keluar ruangan kantornya.

Seperti biasa, setiap kali ia pulang, ia akan mendapati sang istri berada di dapur atau di meja makan, entah masih sedang memasak, atau sedang menyiapkan piring. Pemandangan manis itu pula yang jadi alasan Jeff jadi melengkungkan senyumnya, secapek apapun dia seharian ini, seberat apapun permasalahan yang dia hadapi di kantor.

"Hi, Babe. I'm home," kata Jeff sembari meraih pinggang Hanna, memberinya kecupan di pelipis sebelum kemudian menaruh tas yang ia bawa dan melepas dasi yang terasa mencekik. "Makan apa kita hari ini?"

"Cumi balado, suka?"

Jeff manggut-manggut. Toh masakan apapun yang dimasak sang istri, tak pernah gagal memuaskan lidahnya. Hanna belajar banyak semenjak menjadi istri Jeff. Memasak adalah salah satu bakat dan minat perempuan itu saat ini, sekalipun dia kadang tak punya waktu untuk berada di dapur karena dia baru keluar dari kantor di pukul empat.

"Smell yummy."

"It is," Hanna mendorong pundak Jeff yang wajahnya sedari tadi mengejar bibir Hanna, menginginkan sebuah ciuman. "Mandi. Aku tunggu disini."

"Kamu udah mandi?"

"Udah, dong."

"Dih, curang." Jeff menggerutu.

Sayangnya Hanna tak berminat menanggapi. Perempuan itu hanya menepuk-nepuk pipinya, kemudian mendorong Jeff agar segera ke kamar dan membersihkan diri.

Pria itu kembali gak lama kemudian. Jeff kembali dengan wajah lebih segar, wangi sabun yang menguar, juga pakaian santai ala rumahan.

"How's your day?" Jeff bertanya sembari mengamati istrinya yang menuangkan air ke gelas. "Is all good?"

Hanna sampai hafal dua kalimat yang selalu muncul dari bibir sang suami setiap kali pulang dari kantor. Yang pertama, baby i'm home, yang kata Jeff dia tak akan mengganti kalimat itu karena Hanna memang rumahnya. Hanna tempat ia pulang.  Sementara yang kedua, pertanyaan how's your day, karena Jeff suka mendengarkan suara Hanna saat bercerita seperti apa harinya berjalan. Dia tak ingin ketinggalan satu momenpun yang dilalui perempuan itu. Tidak setelah empat tahun lebih dia pernah kehilangan Hanna.

"Hm, not at all. Tadi di kantor kena marah Mbak Erica."

Jeff mendelik. "Berani-beraninya dia marahin istriku?!"

Hanna memutar bola mata. "Salahku juga, sih. Soalnya aku numpahin kopi ke kemejanya. Kopi panas. Hehe. Dia pas mau meeting gitu. Jadi double, deh, emosinya."

"Kenapa kamu bisa numpahin kopi?"

"Gak sengaja. Tiba-tiba pusing."

Jeff langsung meletakkan sendoknya demi menyentuh kening dan leher sang istri.

"Kamu sakit?"

"Enggak."

"Tapi kok anget badannya?"

imperfect.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora