2. Tak Sengaja

69 12 1
                                    

Seperti biasa, pagi setelah subuh waktu Inggrit dihabiskan dengan memandangi barisan pegunungan yang ada di dekatnya.

Udaranya benar-benar segar, minim polusi, sungguh pilihan yang selalu cocok untuk dijadikan natural healing ala Inggrit yang tiap harinya harus usel-uselan dengan jutaan penghuni kota metropolitan.

Namun rencana pagi Inggrit hari ini tidak hanya berdiam di rumah. Ia memutuskan untuk gowes sepeda pagi mengingat masih belum memungkinkan dirinya untuk naik gunung.

Jadi disinilah ia sekarang, menyiapkan sepeda milik Mas-nya yang ia ketahui dianggurkan di samping rumah Mbah Uti. Sebenarnya ada dua sepeda disini, sepeda lipat dan sepeda gunung. Yang tentu saja Inggrit auto memilih sepeda gunung yang terlihat lebih kece karena warna merahnya.

"Inggrit mau kemana?"

Inggrit menoleh, mendapi Utinya sudah segar seperti dirinya. "Mau sepedaan Uti, nyari angin"

"Loh katanya minggu ini mau dirumah aja? Nanti kalo ada tamu gimana?"

Inggrit masih heran sebenarnya sepenting apa tamu yang merupakan tetangga depan rumah itu buat Mbah Uti-nya, tetapi Inggrit memutuskan untuk menurutinya saja. "Iya kan ini Inggrit nggak muncak Uti, cuman mau sepedaan aja kok di deket-deket sini. Nanti jam 8an mungkin udah balik, capek banget aku ti di rumah terus" Inggrit mulai memasang wajah memelas, salah satu kelemahan Uti nya yang bikin gak tega.

Iyalah, cucu perempuan satu-satunya.

"Ya udah kalo gitu, nanti beli sarapan aja sekalian di luar ya soalnya Uti sama Mbak Dian belum masak juga sekarang"

Inggrit langsung memberikan dua jempolnya pada Uti, dan kembali membenarkan sadel sepeda gunung milik masnya untuk diturunkan. Maklum ini sepedanya udah tinggi, sadelnya tinggi, jadi kaki Inggrit mungkin gak bakal nyampe ke tanah kalau gak diturunin.

"Udah bilang Mas Rama belum Nggrit?"

Inggrit menatap Utinya, cengengesan. "Hehe belum ti, kemarin mau ijin pinjem pedanya Mas dianya udah molor duluan, sekarang keknya juga belum bangun..."

"Ya udah gak papa nanti Uti bilangin. Hati-hati pokoknya soalnya itu sepedanya udah lama dianggurin sama mas mu"

"Siap Uti! Makasih banyak ya, Inggrit berangkat dulu" setelah berpamitan mencium tangan Uti nya, Inggrit langsung tancap gas mengayuh sepeda gunung dengan santai.

"Inggrit kemana ti?" Tak lama Rama muncul dari daun pintu dengan muka yang masih beler, sempat mendengar Utinya membuka pintu pagar dan berbicara dengan Inggrit.

"Oh itu tadi dia gowes pake sepedamu, kemarin lupa gak sempet ijin kamu jadi minta Uti nyampein"

Rama hanya mengangguk paham sembari menguap, sampai ia menoleh menyadari hanya sepeda lipatnya yang tersisa di bagasi samping rumah. "Loh ti..."

"Kenapa?"

"Itu sepeda yang dipake Inggrit gampang loss rantainya..."

"

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum