13. Kelabu

123 10 11
                                    

"Berarti gue udah fix bawa sambel sama selang elpiji ya"

"Sekalian gasnya dong, Nggrit"

"Ngabrut lo, mau taruh mana? Gue berangkat sepeda motoran neteng gas ditilang mau bayarin heh?!"

Saras menyipitkan matanya, "Gue bilang apa, mending sewa pick up satu"

"Kita ini gak di danai ya alig, torok terus dong" Haidar memberi argumen setelah menyeruput es kopinya, di sampingnya Ravi mengangguk menyetujui.

"Gue kata sih mending minjem mobilnya mas Yudha, itu muat kalo diisi barang" Satya yang sejak tadi ikut berpikir akhirnya menyuarakan pendapat.

"Tapi dia ikut apa nggak aja belom pasti" Inggrit kembali menambahi, membuat ke lima orang lain di meja kafe itu menghela napas.

Dua jam lebih duduk di Haru membuat keenam orang dengan kepala yang mulai puyeng itu semakin berasap ketika masih menemui jalan buntu perihal kegiatan rutinan mereka untuk merayakan secara 'kecil-kecilan' hari jadi Mapala Universitas.

Ya nggak kecil-kecil banget sih, mengingat bawaan mereka nyatanya lebih masuk akal jika di bawa pick-up dari pada diapit berboncengan motor seperti biasa.

"Gue nanti tanyain anak fakultas sebelah deh, siapa tau ada yang punya carteran nanti minta diskon" Satya lagi-lagi memberi ide, sesungguhnya dia juga tidak yakin mengingat mahasiswa fakultas sebelah-sebelahnya itu masuk kaum borjuis.

Gak jaman punya pick up, sikatannya udah minimal Pajero se anggota keluarganya.

"Pesenannya kak Inggrit dan kawan-kawan!"

Inggrit meninggalkan kursi tak kala suara Mbak Juli menginterupsi mereka, ia kembali mengambil minuman yang sudah mereka pesan untuk kloter kedua.

"Mbak nanti notanya jadi satu sama yang pertama aja ya sekalian" Inggrit memperhatikan Juli yang sedang menata 6 gelas dengan rapi, sembari menambahi beberapa toping.

"Oke nggrit"

"Btw, mas Wira libur mbak? Kok gak keliatan dari tadi" komen Inggrit celingukan ketika mendapati batang hidung Wira tidak keliatan sejak awal ia dan teman-temannya kesini, yang ada hari ini hanya mbak Juli dan seorang lelaki yang pernah diceritakan Wira sebagai part time barista bernama Andre.

"Kulak biji kopi nggrit ke Jember, berangkat dari subuh tadi"

Inggrit sedikit terkejut, "Heh?! Jauh bener sampe ambil sendiri ke Jember mbak"

"Biasanya sih dia ambil dari Malang, tapi katanya harganya lagi turun disana, kan lo tau sendiri bos gue itu agak mata duitan ya langsung berburu sendiri deh" ejekan Juli membuat Inggrit terkekeh, gak bos gak karyawan sama-sama nyablak.

"Mungkin sekalian main ke rumah orang tua pacarnya" celetukan informasi dari Juli sedikit membuat Inggrit tertarik.

Inggrit baru tau kalo bentukan Wira punya pacar.

Ia kira Wira udah jadi homoannya Dana karena dua sejoli itu selalu menempel layaknya sudah di lem kayu, walau 95% kegiatannya cuman adu jotos.

"Wow, baru tau mbak. Pacarnya biasanya kesini mbak? Pengen liat bentukannya yang mau sama lambe cor kek mas Wira"

Kali ini gantian Juli yang tergelak, "Nggak, dia kerja di Jember juga soalnya masih tinggal sama orang tuanya. LDR beda kota, tapi emang kadang main kesini"

Inggrit hanya manggut-manggut, melirik kebelakang melihat teman-temannya yang masih sibuk bertukar ide, tak menggubrisnya meski belum kembali membawa minuman.

Jadi Inggrit memutuskan disini lebih lama, toh tak ada antrian juga dibelakangnya. "Kalo mas Saka tau nggak mbak, ada pacar apa belom?"

"Mana ada yang mau pacaran sama bentukan kek Saka, Nggrit" jawaban Juli tanpa ragu tersebut membuat Inggrit mengulum bibir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang