3. Yang Tak Terduga

56 15 1
                                    

Sudah hampir setengah jam Saka masih terdiam di mobil setelah tadi pamit mengangkat telpon kantor.

Saka tidak tahan berlama-lama berada di rumah dengan cat warna coklat khas joglo modern yang ada di depan.

Bukan karena Saka yang ogah ketemu penghuni rumah yang sedikit tidak asing bagi Saka karena hanya sedikit yang ia ingat sebagai tetangga terdekat sejak jaman almarhum kakek neneknya ada.

Melainkan karena perkataan Ibu dan Ayah Saka yang tadi subuh tidak sengaja ia dengar setelah balik dari jamaah;

"Coba kita kenalin Saka ke cucunya Uti Sum Yah, kemarin Ibu baru sempat ketemu sama dia, pangling soalnya udah gede dan cantik"

"Yakin Buk? Takutnya Saka makin jaga jarak sama kita...."

"Udah berapa tahun ini Yah, dalam hatinya juga pasti udah ikhlas. Jadi kenapa gak dicoba?"

"Siapa tau cocok, kan?"

Saka mengusap wajahnya sedikit kasar, mengetahui arah maksud pembicaraan mereka setelah tadi sedari awal bertamu, orang tua Saka terutama Ibunya gencar-gencarnya mengulik beberapa kebiasaan Saka di depan orang-orang rumah tersebut, secara tidak langsung mempromosikan diri Saka, secara baik-baik.

Saka yang sedari tadi berada di tengah obrolan menahan diri untuk tidak segera pergi karena ia masih menjaga baik adab dan sopan santun sebagai seseorang yang bertamu di rumah orang yang lebih tua.

Sampai ajaibnya Jovan menelpon lelaki itu, menjadi penyelamat Saka karena ia sejenak bisa berpamitan keluar meskipun pembicaraan mereka sudah selesai sekitar lima belas menit yang lalu.

Senin depan Saka akan memberinya dua kardus apel Malang khusus bagi lelaki itu sebagai ucapan terima kasih.

"Ya Allah kapan benjotnya kempes!"

Saka menolehkan pandangan dari pengemudi di depannya, mendapati seorang gadis yang sedang berkaca di kaca spion mobilnya sembari mengelus-elus dahi.

Sepertinya dia tidak sadar jika di sebrang pada area pengemudi terdapat orang di dalamnya.

Saka memperhatikan, meskipun wajahnya terhalang kaca mobil yang cukup gelap namun ia merasa cukup familiar dengan wajah dan suaranya.

Ini kan mbak-mbak ngawur yang nabrak Saka saat gowes tempo hari?

"Kempes gak lo" guman gadis itu lagi setelah mengoleskan salep dari kresek berlogo apotek yang ada ditangannya.

"Potong poni dora aja apaya biar ketutupan?"

Benar, itu memang gadis ngawur yang menabraknya sampai lengannya membiru ketika sampai rumah.

"INGGRIT!"

"Eh ampun gue gak budek ya mas!"

Saka melihat seorang pria yang tadi berkenalan dengannya sebagai cucu pemilik rumah ini keluar dari pagar, sembari menuntun sepeda motornya menghampiri gadis yang ada di samping mobil Saka.

"Lo beli salep ke Cappadocia apa gimana? Lama banget"

"Lo yang larang gue pake sepeda atau motor lo, gue jalan kaki 2 kilo asal lo tau, 2 kilo!"

Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang