10. Satu per Tiga

71 15 5
                                    


"Salah"

"Kamu itu gak denger revisi saya kemarin? Kalau saja saya lagi dikantor udah kelar kamu"

"Ya nanti kirim ke saya, paling lambat jam 3 sore"

Saka menutup telponnya agak kasar. Matanya kembali fokus kepada layar 14 inch yang seharusnya hari ini jadwalnya ia tinggal di kamar.

"Kenapa lagi tuh orang?"

"Biasa, PMS soalnya akhir bulan"

Saka tau kalau Dana dan Wira menggunjingnya terang-terangan di konter kafe. Buktinya kupingnya masih dengan jelasnya mendengar kicauan mereka sedari awal ia mendudukkan bokong di kursi.

"Tumben gak liat Inggrit, biasanya hari Jumat gini udah stan by dari pagi buat nonton kita nanti malem" celetukan Dana membuat tangan Saka berhenti mengetik sesuatu di laptopnya.

"Udah beberapa hari gak kesini dia, pamit ngejar revisian bareng sama nyiapin event annivnya Mapala"

"Oh pantes di IG kemaren sempet seliweran twibbon adek tingkat, anniv toh"

Saka sebenarnya ingin memotong percakapan Wira dan Dana, memaksa mereka agar setidaknya hari ini tidak menyebutkan nama itu.

Nama yang seharusnya tidak memiliki salah apa-apa pada Saka, tetapi akhirnya terseret menjadi bumerang di perdebatan terakhir dirinnya dengan Ibunya.

"Ibu sama Ayah cuman pengen liat kamu seneng Mas, dan Inggrit orang yang tepat buat itu. Apa salah kalau Ibu nyoba memperbaiki semuanya, buat kamu, buat keluarga kita?"

"Ibu egois kalau ngerasa semuanya bakal balik seperti sedia kala dengan kedatengan Inggrit di hidup Saka. Saka udah bukan orang yang sama dengan 5 tahun yang lalu, kapan Ibu dan Ayah bisa sadar?"

"Kehadiran Inggrit gak bakal berefek apa-apa sama hidup Saka Bu, gak akan pernah"

Saka ingat mengatakan kalimat terakhir dengan perasaan tersayat ketika air mata akhirnya jatuh dari kedua mata Ibunya.

Perasaan Saka yang bertahun-tahun ia coba tahan akhirnya sempat terpancing.

Dan itu kepada Ibunya, dia benar-benar merasa menjadi anak durhaka sekarang.

Tapi mau diapakan lagi, toh dia dan keluarganya sudah lama berada di dalam keadaan seperti ini, hancur.

Kehadiran Inggrit pun pasti tidak bisa membuatnya utuh kembali. Kalau memang se sederhana itu, pasti Saka tidak akan berakhir menjadi dirinya yang seperti sekarang kan?

"MISI PAKET!!!"

"Mas Jo tolong bantu angkat kesini ya"

Lamunan Saka buyar ketika melihat gadis yang tadi menjadi omongan Wira dan Dana muncul tiba-tiba dari pintu kafe, kali ini sembari meneteng dua karton kardus di tangannya, dan ia tidak sendiri.

Tunggu, ngapain dia keluar dari mobil Jovan?

"Lo kok sama Inggrit bang?" Tanya Dana ketika lelaki jakung itu selesai mengangkat 2 kardus dari bagasi mobilnya.

"Tadi gue ada urusan di deket kampusnya, eh ketemu dia lagi angkat-angkat box banyak banget dari container sama temen-temennya. Yaudah dia akhirnya nebeng, sekalian ngasih oleh-oleh ke kita katanya"

"Lo beli apaan sih lagian ini banyak banget?" Tanya Wira.

"Lemon! Kemarin gue survey lokasi buat event anniv pasan di Malang lagi panen lemon, gila murah-murah banget soalnya yang ini buah reject, tapi gak busuk kok cuman visualnya aja agak damage kek omongannya mas Wira" jelas Inggrit excited.

Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Where stories live. Discover now