9. Kepingan Saka

62 16 1
                                    

Akhir-akhir ini dunia terasa berjalan lebih cepat bagi Saka.

Beberapa tahun terakhir ia habiskan untuk menjalani kehidupan -like a normal independent man- dengan segala kecukupan di umurnya yang sudah akan bekepala tiga, tak peduli meskipun selalu dicibir oleh Wira yang mengatakan kalau hidup Saka itu sudah seperti hubungannya dengan pacar 5 tahunnya sekarang,

Monoton.

Jovan dan Dana yang notabenya adalah teman sekantor saja masih sempat terlihat menikmati hidup. Jovan dengan mengisi podcast aplikasi hijau di waktu senggang, dan Dana yang selalu menyempatkan diri untuk mancing di hari liburnya setelah latihan band.

Apalagi Bian dan Wira yang kehidupan kariernya lebih fleksibel daripada mereka, orang kalau tidak tahu pasti mengira mereka berdua masih mahasiswa karena sering keluyuran.

Saka bukan menyalahkan keadaan sih, ia toh tidak mengharapkan apapun untuk saat ini. Hanya ingin tidur cepat setelah berjibaku di kubikel kantornya, dan mendapat notif gaji dua digit di akhir bulan.

Tidak perlu yang lain.

Sampai ia mengerti kalau ketenangan hidupnya yang monoton terusik dengan kehadiran gadis yang sebenarnya ingin ia jauhkan dari segala sela kehidupannya.

Gadis yang sedang berjongkok di samping lobby masuk sembari mengelus mahkluk berbulu coklat. "Hih bukan jatahmu ini, cil. Makan yang ini aja!"

Inggrit menjauhkan rantang putih yang berada disampingnya ketika kucing berukuran lebih kecil mencoba mengendus, mungkin ia mencium bau ayam kremes di dalamnya. "Maaf ya mbak gak bawa wet food, gak tau kalau ketemu bocil di jalan"

Mungkin kalau Inggrit bukan orang yang dikenalinya, Saka akan menganggapnya orang aneh. Tapi untung saja, susana jalan dekat lobby di jam 9 malam sekarang sudah sepi, menandakan jika sebagian besar penghuninya sudah pulang dan langsung mengurung di bilik mereka.

"Ngapain?" Pertanyaan Saka membuat Inggrit mendongak.

Ia menunjuk rantang putih dengan dagunya sekilas, "Lauk, dari Ibuk"

Oh ya, Saka hampir lupa kalau tadi pagi ia mempersilahkan gadis itu untuk mengantarkan titipan ibunya lewat chat.

Ya, seperti diberi tekanan oleh keadaan dan orang sekitar, sekarang Saka maupun Inggrit harus saling menyimpan kontak.

"Tunggu sini, saya ganti rantangnya"

"Ya"

Entah Inggrit yang sudah tidak mengindahkan Saka karena sudah terlalu asik memberi makan kucing, atau memang ia yang sudah mengambil hati omongan Saka tempo hari lalu.

Saka berbalik melihat Inggrit yang masih setia merefil makanan kucing dari kotak kecil yang ia bawa, sepertinya Saka salah kalau membiarkan gadis itu tetap seperti orang hilang di dekat lobby, takut-takut ada satpam yang mengusir, dia juga ikut malu.

"Kamu ikut aja"

Inggrit mendongak, menatapnya bingung. "Apart saya di lantai 25, saya gak jadi mau bolak-balik"

Lah anjing.

Dan berakhir Inggrit yang terjebak dengan Saka di lift yang membawa mereka dalam diam.

Inggrit tahu kalau tempat tinggal Saka tidak terlalu jauh dengan kampusnya, sampai tadi siang ia ia mendapatkan alamat apartemen Saka yang ternyata masih satu kompleks dengan Namira, cuman beda gedung.

"Kamu kenapa gak ke Haru"

Inggrit menoleh saat Saka membuka suara, kembali bingung sebenernya itu pertanyaan atau pernyataan.

Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang