11. Mencari Cara

68 10 3
                                    


Saka sebenarnya bingung.

Harus dengan cara apalagi agar gadis itu bisa mengerti jika Saka ingin dirinya menjauh dari segala sela hidup Saka.

"Mas, ini" tangan itu lagi-lagi menawarkam dua set rantang putih tanpa sungkan seperti biasa.

Sedikit dibentak seperti kemarin ternyata tidak berefek lama pada Inggrit.

"Kamu gak perlu terus-terusan ngirim saya makanan, saya bisa beli"

"Ya ngomong sendiri ke ibukku dong mas, kan aku cuman kurir" elak gadis itu, mengekorinya seperti biasa menuju lift apartemennya dan dibiarkan oleh Saka.

"Mas Saka selain gak suka asem-asem kek lemon, ada yang lain gak?"

Gak suka ama kehadiran lo.

"Mas?" Tanya gadis itu lagi memaksa Saka untuk menjawab.

"Pare, kembang turi"

"Ohhh gak suka makan yang pait-pait berarti, sama kek mas Rama" cerita Inggrit tanpa diminta.

"Mas tau namaku gak?" Pertanyaan random gadis itu membuat Saka menjejakkan kakinya keluar lift dengan sedikit menoleh.

"Ya tau"

"Siapa?"

"Inggrit"

Inggrit tersenyum tak kala mendengar Saka mengucap namanya dengan jelas kali ini, "Sebenernya panggilan Inggrit itu baru kepake pas aku SMP, dulu biasanya orang panggil aku Lana. Pas sebelum itu aku sering sakit, kata Uti mungkin keberatan nama panggilan jadinya dicoba ganti panggil Inggrit, eh beneran gak sering sakit lagi dong"

Sebenarnya cerita Inggrit barusan sama sekali tidak penting bagi Saka. Alih-alih mendiamkannya, Saka malah makin dibuat bingung menerima uluran tangan gadis itu sebelum tangannya sampai di knop pintu apartemennya.

"Mau kenalan lagi gak mas? In a proper way, aku Inggrita Lana Dwi Fauziah, kepanjangan kan jadi panggilnya Inggrit, umur 22 mahasiswa akhir yang lagi skripsian. Kalau mas?"

"Saka" jawab Saka tanpa minat dengan salaman yang singkat pula.

Inggrit sedikit menatap sebal ketika punggung lelaki itu malah meninggalkannya di daun pintu, "Yang lengkap dong mas, masa namanya di KTP Saka doang sih"

"Arsaka"

"Tok?"

"Arsaka Fairuz Yunanda"

"Noted! Umur?" Tanya Inggrit lagi, sembari tetap mengekori Saka ke dapur.

"29 tahun"

"Suka kucing gak mas?" Alih-alih bertanya perkejaan, gadis itu malah semakin membuat Saka heran dengan pertanyaan randomnya.

"Biasa aja"

Inggrit hanya mengangguk, berarti kalau jawabannya begitu Saka juga gak anti kucing seperti Ibunya dirumah.

Baguslah. Lampu ijo.

"Kalau udah selesai nanti pulangnya jangan lupa tutup pintunya, mau beres-beres dulu" ucap Saka sebelum melenggang meninggalkan Inggrit di dapur, mungkin ia juga menghindar dari pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

Inggrit segera memindahkan makanan dari rantang seperti biasa. Menyusun beberapa sekenario pertanyaan apalagi yang sekiranya bisa ia lontarkan kepada Saka.

Sampai matanya tanpa sengaja melirik bingkai foto diatas laci yang tak jauh dari posisinya.

Ia mendekat.

Ada foto Saka dan seorang gadis tersenyum lebar menghadap kamera.

Ini... Siapa?

Inggrit belum sempat memperhatikan lebih jelas foto yang mulai memudar itu ketika langkah kaki Saka terdengar akan kembali ke dapur. Inggrit kembali ke posisinya semula.

Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang