5. Kembali

68 13 2
                                    


Dengan berat hati, Inggrit hari ini harus mengakhiri masa liburannya di rumah Uti.

Sebenarnya ia ingin sekalian merayakan tahun baru, tapi ia tidak enak hati membiarkan Bapak Ibunya yang ada di Surabaya bakar-bakar jagung cuman berdua, karena Rama tentu saja akan stay di rumah Uti sampai nanti akhirnya dia yang mendapatkan giliran cuti tahun baru yang memungkinkannya untuk gantian mampir ke Surabaya.

Jadi pilihannya hanya satu, bagi tugas. Rama tetap disini bersama Dian menemani Uti, dan Inggrit kembali ke rumah Surabaya.

Ia menatap ransel gunung biasa ia gunakan untuk muncak, kini beralih fungsi menjadi tempat isian baju karena tidak mungkin ia membawa koper jika kembali menggunakan KRL. Semua plan Inggrit untuk muncak akhir tahun bisa dikatakan hancur total, apalagi semenjak Uti mendeklarasikan akan mengenalkannya lebih dekat dengan Saka tempo hari setelah insiden membeli minyak gosok bersama, ia seakan terus dibuat mau tidak mau bertemu dengan sosok lelaki itu, entah disuruh nganterin gorengan di rumah Tante Retno lah, ngasih lebihan lauk yang dimasak lah, dan lain sebagainya.

Ini yang kemarin katanya Uti gak seserius itu? Kok bercandanya keterusan gini ya?

Bisa ia tebak sebenarnya Saka sepertinya mulai merasa ilfeel kepadanya.

"Tauk lah" sekali lagi Inggrit berdecak sembari mengecek barang bawaan serta tiket KRL yang menunjukkan akan berangkat jam 8 malam nanti, agak malam karena hanya ini yang bisa ia dapat mengingat semua tiket hampir terjual habis karena memasuki h-2 tahun baru.

"Nggrit, udah selesai beres-beres?" Suara Dian dari daun pintu kamarnya yang ia biarkan sedikit terbuka.

"Iya mbak, udah. Ada apa?"

"Bisa tolongin gue ngeganti lampu depan gak? Lama banget nungguin Mas lo bilangnya dari kemaren-kemaren gak dibenerin sampe sekarang"

Tanpa diminta dua kali Inggrit mengangguk, menemani iparnya keluar dan mendapati lampu atas garasi mobil sudah mati total. Kalau begini mah ada maling ambil motor gak bakal keliatan dari CCTV kalo pas malem.

Dulu RT nya Uti sini sempet heboh maling musiman, makanya dipasang CCTV di depan sama Rama.

"Ini mah gak bakal nyampe tongkatnya mbak" keluh Inggrit mencoba meraih bola lampu dengan tongkat khusus, plafon khusus garasi mereka memang dibuat cukup tinggi.

"Ya itu makanya, ini gue bawa kursi. Minta tolong lo pegangin kursinya, biar gue yang ganti"

Inggrit langsung menggeleng, mendapati itu ide buruk mengingat jalanan garasi yang agak menanjak "Jangan ngaco lo pake naik-naik segala, bahaya. Gue aja yang naik"

"Yaudah kalo gitu, gue pegangin"

Tanpa disangka ternyata tinggi Inggrit masih belum maksimal membuatnya kesusahan memasangkan tongkat ke bola lampu, "Ini gak ada kursi yang lebih tinggi apa Mba, kurang dikit banget buset"

"Ada tinggi lagi kursi plastik tipis itu Nggrit, ngeri kalo patah" jawab Dian, mencoba memegangi kaki adik iparnya saat ia terlihat tetap berusaha berjinjit memutar tongkat bola lampu.

Butuh hampir 10 menit dengan susah payah Inggrit menjaga keseimbangan agar tidak jatuh, sampai lampu itu terlepas, "Dah mana ini yang baru?"

Dian menoleh ke sekitar, mencari keresek putih yang rasanya tadi ia bawa. "Bentar eh keknya gue taruh di kamar deh hehe, bentar gue ambilin dulu"

Inggrit memutar bola matanya malas. Memutuskan tetap di posisi ini sembari melihat pagar coklat tertutup yang ada di depannya, bisa Inggrit lihat dari atas sini kalau Rubicon Saka masih ada di teras carport rumah itu, jadi keknya itu orang juga belum balik ke Surabaya buat masuk kerja.

Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora