8. Kenal (2)

75 14 2
                                    

Mungkin jika ditanya, apa salah satu hal yang membuat lo bersyukur di masa muda?

Inggrit mungkin akan menjawab; waktu yang ia habiskan untuk beradaptasi dengan banyak orang baru yang ia temui saat selasar ngalor ngidul.

Bukan ganti kulit atau sering masang muka baru, bukan.

Melainkan karena kegiatannya yang rutin ngebolang di sela waktu amburadulnya itu, membuatnya secara alami memiliki kepribadian yang lebih terbuka untuk berinteraksi dengan orang-orang baru dari segala latar belakang.

Karena Inggrit sadari, tidak hanya sekali dua kali ia membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan jalan-jalan favorinya terutama pas muncak, mau tidak mau ia harus pintar-pintar berinteraksi agar tidak 'kesusahan' saat diperjalanan. Itu juga alasan kenapa gunung menjadi destinasi paling favorit baginya, karena selain orang-orangnya lebih ramah saat dimintai bantuan, ketika pulang setidaknya ia membawa satu atau dua orang kenalan baru.

Ya meskipun sirkel pertemanmya tidak seluas Satya (yang mungkin tiap kecamatan di Indonesia juga ada temennya itu anak), tapi ia akui jika kemampuannya untuk bergaul dengan orang lain lebih meningkat tak kala ia mulai dibebaskan mblakrak sana sini oleh Ibunya saat di bangku kuliah.

Tak terkecuali sirkel pertemanan barunya saat ini,

"Lah lo anak Mapala?!"

Inggrit yang sedari tadi hanya memperhatikan Wira memasang kabel keyboardnya hanya mengangguk, "Iya Mas Dan, kenapa?"

"Mangkane mukanya gak asing. Gue beberapa kali ikut selasarnya Mapala Univ loh"

Inggrit terkejut, "Oh ya? Kok gue gak pernah keliatan lo ya, apa karena gue yang jarang ikut event pusat? Soalnya gue lebih sering selasar kalo sama anak diklat fakultas gue sih mas..."

"Wajar sih lo jarang ketemu gue" Dana menghentikan aktifitasnya mengelap stik drum kesayangannya, "Gue sebenernya anggota slundupan, cuman beberapa kali nunut temen gue anak Mapala kalo misal selasar lewat sungai atau pantai yang bis buat mancing, kayak yang di kaki Gunung Lawu ituloh"

Inggrit hanya mengangguk paham, "Oh ngerti-ngerti, jadi lo gak sampe ikut ke puncak dong?"

"Cuman beberapa kali sih, gue gak kuat. Pas kuliah dengkul gue udah mulai osteoporosis keknya, kebanyakan nyaduk drum"

"Lagian lo aneh Dan, orang mancing mah nyari tambak, atau gak ke Jatim Adventure Fishing tuh, malah ke gunung" sindir Wira akhirnya. Setelah beberapa hari, baru Inggrit sadari jika tittle 'lelaki anteng' itu hanya berlaku di awal pertemuan mereka. Karena sejauh ini Wira ternyata lebih banyak ngoceh daripada Dana, sangat kontras dengan wajahnya yang terlihat lugu.

Memang, don't judge a book by cover.

"Ya kan biar gak bosen, nyari suasana baru. Kalo tambak doang mah di Jawa Timur udah gue kelilingi semua dari jaman sekolah"

Inggrit terkekeh geli. Ia sebenarnya masih tidak menyangka bisa seakrab ini dengan teman-teman Saka ━daripada si Sakanya sendiri, di waktu yang relatif singkat. Karena kalau di ingat-ingat, sebenarnya dia cuman seongok mahkluk asing yang tiba-tiba muncul ditengah pertemanan mereka dengan membawa embel-embel 'yang katanya mau dijodohin sama Saka' yang mulai tidak ia pedulikan juga sebenarnya, karena mau pake atau nggak, dia tetap senang jika memiliki kenalan yang meskipun beberda umur, tetapi tetap asik abis seperti anak-anak Nemdino.

Kecuali si Saka sih.

Serta Jovan yang hanya baru dua kali ia temui, mereka belum memiliki kesempatan berbincang lama sehingga Inggrit masih belum tahu apakah lelaki itu setipe tiga orang yang lain, atau malah seperti Saka, mengingat fakta bahwa mereka seumuran, ━atau para sesepuh kalau Dana nyebutnya.

Most Beautiful Part [DAY6 Sungjin]Where stories live. Discover now