Day 2 - 🌞

43 15 0
                                    

Challenge diambil dari hasil gacha random tarot.com

com

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggal di perkampungan padat penduduk begini memang sangat berbeda dengan di perumahan elit yang akses keluar masuknya hanya dari satu pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggal di perkampungan padat penduduk begini memang sangat berbeda dengan di perumahan elit yang akses keluar masuknya hanya dari satu pintu. Apalagi untuk urusan bertetangga.

Rasa-rasanya nyaris tak ada hal yang bisa dirahasiakan. Perumpamaan tembok yang bisa mendengar benar-benar menjadi nyata, karena pembicaraan sebuah keluarga faktanya bisa didengar oleh keluarga lain di rumah sebelah.

Seminggu belakangan ini di kampungku sedang ramai membicarakan sebuah keluarga yang bisa dibilang sedang menanjak ekonominya, bahkan orang-orang menjulukinya OKB, orang kaya baru.

Keluarga itu menjadi buah bibir sejak anak gadis pertamanya bekerja. Baru minggu lalu membeli kulkas dan mesin cuci, hari ini membeli sepeda motor. Bahkan konon katanya sudah membeli toko di dekat jalan besar untuk usaha kelontong ibunya.

"Mama ini penasaran banget, sih? Lah memang rezekinya lagi mengalir lancar wajarlah kalau apa-apa dibeli," kataku memperingatkan ibuku yang mulai membicarakan gosip yang berkembang di kampung seputar keluarga itu.

"Bukan gitu, maksud Mama tuh, ya, kayak nggak wajar. Berapa sih gaji kerja kantoran buat lulusan SMK sebulan, empat juta, lima juta?" cerocos mama tak mau kalah.

Aku berbalik menatap ibuku sambil mengelus dada.

"Ya Allah, Ma, istighfar. Mama teh udah suuzan sama orang. Lagian sekarang mah gampang mau punya motor, DP sejuta juga udah bisa. Siapa tahu Mbak Hana itu udah lama menabung buat beliin barang-barang elektronik untuk ibunya," belaku.

Mama melafazkan istighfar. Lalu menatap tajam ke arahku.

"Neng, kamu kan temanan sama adiknya, coba sih tanyain. Habisnya Mama kan juga kasihan orang-orang pada gosipin Hana itu istri simpanan bosnya. Soalnya ada yang pernah lihat Hana pulang diantar mobil bagus."

"Aduh, Mama! Kayaknya Mama ini korban serial Layangan Putus. Sampai semua orang yang diantar mobil bagus dibilang istri simpanan," balasku sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Mama ini kan sedang berusaha cari tahu kebenarannya. Makanya kamu bantu Mama, ya," bujuk mama lagi.

Akhirnya aku terpaksa mengiyakan.

****

Keesokan harinya sepulang sekolah, aku sengaja menunggu Hani. Kami teman sekelas dan cukup sering berangkat pulang sekolah bersama-sama. Rumah kami hanya terpaut gang kecil, aku juga sudah beberapa kali main ke rumahnya.

"Han, gue mau tanya sesuatu, tapi lo jangan tersinggung, ya."

Aku membuka obrolan saat kami menunggu angkot di halte dekat sekolah.

"Nanya apa? Soal Mbak Hana?" tembak Hani.

Aku tentu saja terkejut sekaligus heran karena Hani tampak biasa saja menanggapi pertanyaanku. Seakan dia sudah sering mendengar pertanyaan yang sama.

"I-iya," kataku sambil mengangguk. "Banyak gosip di rumah kita kalau Mbak Hana itu istri simpanan. Apa benar?" tanyaku ragu-ragu.

Hani mengangkat bahunya lalu menatapku lekat.

"Lo tahu, panasnya cahaya matahari kan?" Hani balik bertanya.

Aku mengangguk lalu menaikkan sebelah alisku, menunggu penjelasan darinya.

"Matahari menunjukkan bahwa jawaban dari pertanyaan lo itu sangat jelas seperti cahaya yang bersinar. Hal terbaik adalah mendekatinya dengan tenang dan pada jarak tertentu, karena kebenaran bisa jadi justru membakar kita."

Aku dan Hani pun terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing sampai sebuah angkot berhenti dan mereka naik ke dalamnya.

-***-


02-02-202
Tanggalnya cantik

EMOJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang