Btari Kiran Aruna

449 64 2
                                    

Sagara

---

"Ga, tolong jemput Kiran di daycare."

Adalah pesan terakhir dari bang Sadam yang gue terima.

Terkadang gue kesal dengan abang gue yang satu itu, dia bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam lalu menikahi pacarnya juga yang sama-sama berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan. Oke... Mungkin bagi lo semua kombinasi profesi dari pasangan dokter spesialis itu sebuah idaman, karena nggak lain dan nggak bukan pasti duit mereka banyak. Itu mungkin alasan pertama. Kedua, mereka akan menghasilkan generasi yang tentunya dengan otak yang cerdas. Oke, gue akui keponakan gue yang berusia tiga tahun itu memang cukup cerdas. Dia sudah bisa membaca dua kosa kata, bahkan sangat nyambung jika gue ajak mengobrol.

Tapi, di balik kelebihan-kelebihan itu, ada gue yang kerepotan di sini. Gue kira jadwal mereka hanya bolak-balik operasi dan konsultasi di poli. Tapi, nyatanya tidak, terkadang mereka harus menghadiri konferensi di luar negeri. Dan itu artinya, mereka akan meninggalkan anak semata wayangnya itu pada gue seorang.

Bukannya gue nggak ikhlas. Gue senang mengasuh Kiran yang nggak terlalu rewel, tapi jadwal padat gue sebagai dosen harus terganggu. Belum lagi, gue kesal ketika gue akan dikira bahwa gue adalah bapak dari satu anak.

Pacar aja gue nggak ada, gue mau bikin anak sama siapa?

Yang penting, sehabis mengasuh Kinan, bang Sadam juga akan memberikan gue upah.

Di pesan berikutnya, bang Sadam juga sudah mengirimi kontak guru daycare Kiran. Nomer yang berbeda dari sebelumnya.

Pesan yang gue balas ke bang Sadam juga hanya centang satu. Artinya pesawatnya sudah take off.

Gue heran kenapa gurunya Kiran suka gonta-ganti. Yang dimana ini ikut memenuhi daftar kontak di hp gue. Mau nggak mau gue harus menghapus nomer guru yang sebelumnya dan menambahkan nomer kontak itu lagi.

Sialan, guru yang satu ini menyebut gue dengan sebutan "ayah" yang dimana dia pasti mengira gue adalah ayahnya Kiran. Perasaan display picture gue juga nggak keliatan tua-tua banget. Masih okelah, nyatu sama muka laki-laki yang baru nginjak 20 tahun.

Sabar, Ga.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
end gameWhere stories live. Discover now