Pointless

239 54 2
                                    

Suasana rumah ramai mbak Rhea gak membuat Ayu canggung sama sekali, ia disambut dengan sangat ramah oleh Rhea dan Sadam. Bahkan Kiran yang tahu kalau Ayu berkunjung ke rumahnya langsung melompat ke arah Ayu dan meminta untuk digendong. Gak lupa Ayu memberikan barang bawaan untuk Rhea. Berupa bibit tanaman tomat, karena bunda bilang kalau tante Rita dan Rhea sangat suka berkebun.

Ia sengaja datang lebih dulu dari Aga, karena lelaki itu bilang ia ada rapat dahulu paginya dan kemungkinan akan menjemput ibu dan papanya dulu dari Tangerang.

"Kok gak bareng Aga datengnya, Yu?" Tanya Rhea.

Ayu mengangkat tubuh Kiran yang sudah minta digendong, "Katanya ada rapat dulu, terus mau jemput tante Rita sama om ke Tangerang, jadi aku dateng duluan aja, sekalian bantu-bantu dulu hehe."

Rhea sengaja bilang pada Ayu untuk berbicara santai padanya, gak seperti hubungan antara guru dengan orangtua murid. Toh, yang ada di pikiran Rhea, Ayu akan menjadi calon adik iparnya, meskipun berkali-kali Aga membantah akan menyetujui perjodohan ini.

Tangan Rhea menarik pinggang Ayu untuk masuk ke dalam rumahnya, "Bantu-bantu apa? Udah selesai, Yu, semuanya. Kamu gak usah repot-repot segala. Kan kamu tamu di sini."

Ayu hanya memberikan cengiran canggung dan benar saja di meja makan dapur Rhea, makanan sudah tersaji lengkap dan rapi.

"Bu Ayu, itu Loki!" Kiran menunjuk pada seekor kucing berwarna putih yang berjalan ke dekat kaki Ayu.

Oh... Ini toh kucing yang makanannya ditanyain pak Aga.

Ayu menurunkan Kiran dan membiarkan gadis kecil itu bermain dengan kucing.

"Ayu, kamu duduk aja dulu di sofa." Teriak Rhea dari dapur.

"Iya mbak."

Ayu berjalan ke ruang tengah, duduk di sofa dan memangku tas selempangnya. Ia memberikan cengiran pada Sadam yang baru turun dari tangga.

"Astaga... Ini toh ternyata Ayu yang selama ini ibu cari. Dulu tuh lo dipanggilnya Jingga sama ibu gue, Yu." Sapa Sadam dan duduk di sofa yang bersebrangan dengan Ayu.

Ayu hanya mengangguk singkat, karena Sadam pasti juga mengenalnya. Tapi, Ayu gak mengenal Sadam saat dulu ia masih kecil.

"Lu pasti gak inget ya sama gue? Dulu ya... Karena lu lebih bandel dari Aga, gue yang ketar-ketir jagain kalian berdua. Karena pasti ditinggal dikit aja, si Aga udah lu bikin nangis."

Ia sangat tertarik dengan cerita Sadam, tubuhnya menegak dan kakinya ia tutup rapat, fokus mendengarkan Sadam bercerita, "Iya... Aduh sayang banget aku gak terlalu inget pas kecil dulu gimana."

"Kacau banget! Lu tau kan bekas luka yang ada di tangan Aga? Itu gara-gara gue tinggal sebentar ke kamar mandi, pas gue balik tiba-tiba Aga udah tengkurep di jalanan, nangis keras banget, darah dari sikunya ngucur, sedangkan lu cuma berdiri ngeliatin dia doang."

Sadam dan Ayu tertawa puas. Ayu jadi ingin kembali ke dua puluh tahun lalu, ia ingin menyaksikan sendiri bagaimana bisa ia senakal itu?

Rhea datang dari dapur, membawakan nampan berisi cangkir dan ia letakkan di depan Ayu dan Sadam. Ayu yang merasa gak enak berdiri sedikit, tapi Rhea suruh untuk duduk kembali.

"Udah aku bilang, Yu, duduk aja. Santai... Tenang..." Rhea menggerakkan tangannya, memberikan gestur pada Ayu agar bersikap santai saja di rumahnya dan Rhea ikut duduk di sebelah Ayu.

"Yang gue inget tuh dulu... Ayu yang selalu jagain Aga, karena si Aga kan anaknya pendiam. Pemalu lah istilahnya, nah setiap ada anak yang gangguin Aga, langsung mau dipukul sama Ayu."

end gameWhere stories live. Discover now