Reckless

257 48 16
                                    

"Maaf pak Aga, saya agak terlambat. Bapak udah pesen?" Dengan nafas yang sedikit terengah, Ayu langsung duduk di hadapan Aga dan mendapat tatapan bingung dari lelaki itu.

Detik berikutnya dahi Aga mulai berkerut, menyaksikan Ayu yang dengan santai meraih buku menu yang tergeletak di atas meja dan masih dengan polosnya menelusuri makanan apa yang akan ia pesan hari ini.

"Bapak pesen apa?" Ayu mendongak sedikit pada Aga.

"Sebentar— kamu manggil apa tadi?"

"Bapak? Pak Aga?" Mata Ayu mengerjap lucu beberapa kali.

Aga hanya menganggukkan kepalanya dan hembusan nafasnya yang kasar bisa Ayu dengarkan. Ia hanya menggidikkan bahunya melihat reaksi Aga yang seperti ingin mengintrogasinya saat itu juga.

Satu tangan Aga terangkat, memanggil waitress yang langsung disambut hangat.

"Saya pesan nasi goreng tinta cumi satu. Minumnya teh manis hangat. Kamu pesen apa Yu?" Ia lalu melirik pada Ayu yang dengan polos dan santainya membalas pandangannya.

"Saya mau kwetiau seafood deh mbak, minumnya es milo aja."

Selagi waitress itu mencatat, Ayu membereskan buku menu yang ada di hadapan Aga dan memberikannya pada waitress. Aga melipat tangannya di atas meja, posisinya sama persis jika ingin berdiskusi dengan mahasiswanya.

"Ayu." Panggilnya dengan nada sedikit mengintimidasi.

Jujur, di satu sisi Ayu juga takut mendengarnya, tapi di satu sisi ia juga gak ingin ketinggalan momen mengerjai Aga seperti ini.

"Kenapa pak? Marah ya gara-gara saya telat? Sorry, tadi beneran ada orangtua murid yang mau ketemu jadi saya—"

"Yu, kamu gak inget sejak kemarin kita ini—" Aga menggantungkan kalimatnya.

Ayu tahu, tapi ia pura-pura tidak mengerti dan kalau ia sadar sedang pacaran dengan Aga, pasti permainannya berakhir. Ia akan mengikuti alurnya dahulu.

"Kita apa pak?"

"Kamu gak habis ketabrak mobil? Gak ada riwayat amnesia?"

Ayu memegangi keningnya dan alisnya berkerut, "Gak ada tuh. Emang kenapa sih?"

"Ya sudah kalau kamu gak ingat." Aga menyenderkan tubuhnya pada kursi dan langsung memainkan ponsel, mengacuhkan Ayu yang sedang menahan tawa karena gemas.

"Bapak ini gak jelas deh. Gimana sih masa yang kayak gini aja gak mau kasih tau? Lagi PMS ya?"

Mata sipit itu menatap Ayu datar dan satu alisnya terangkat, di kepalanya penuh dengan kebingungan. Apa semalam ia kurang jelas menyatakan bahwa mereka sudah resmi menjalin hubungan? Pun sesampainya Aga di apartemen tadi malam, ia dan Ayu masih berkomunikasi lewat telefon sampai tengah malam.

Lalu, tadi siang juga Ayu masih baik-baik saja merespon ajakannya untuk bertemu di restoran dekat apartemennya sendiri. Kenapa sekarang perempuan itu malah lupa kalau panggilan "Aga" yang sejak kemarin terdengar, kini hilang.

"Yu, kamu gak inget kita udah pacaran?"

"Pacaran? Kita berdua?" Ayu menunjuk ganti dirinya sendiri dan Aga.

"Kamu sendiri yang bilang mau nunggu saya semalam sampai pulang dari Papua."

Mata Ayu melirik ke atas, berpura-pura mengingat apa yang Aga bilang, detik berikutnya ia mengangguk pelan seolah baru sadar, "Oh... Iya sih. Inget kok."

"Lalu?"

"Lalu... Ya... Kita pacaran." Dengan santainya Ayu mengonfirmasi hubungan mereka.

"Kamu masih manggil saya pake sebutan bapak?"

end gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang