26

636 110 73
                                    

Warning Typo

Perth dan Saint langsung kembali ke Bangkok pagi harinya. Orang tua mereka meminta Saint segera di bawa pulang karena mengkhawatirkan anak dan menantunya yang sedang hamil besar. Awalnya Saint tidak setuju, ia bahkan meminta Perth kembali sendiri ke Bangkok dan Saint lebih memilih untuk liburan di Phuket selama satu minggu. Dengan susah payah Perth membujuk bahkan ibu Saint menelpon merayu anaknya agar segera pulang. Perth sebenarnya tidak masalah menemani Saint di Phuket tapi keadaan Perusahaan sedang mendesak. Ia pun mendapat kabar dari Sun jika si pelaku penggelapan uang di Perusahaan sudah di ketahui. Di dalam pesawat Saint bermuka masam, ia hanya memandang jendela tanpa mau mempedulikan suaminya.

"Aku janji, setelah masalah perusahaan selesai kita akan liburan bersama". Ujar Perth agar Saint tidak marah lagi.

" Hem, aku tidak mau liburan bersama mu. Semuanya pasti selalu gagal". Ketus Saint masih tidak menoleh pada Perth.

"Jangan begitu sayang~".

" Di Jerman kau menghancurkannya bersama Phi Keenan. di Phuket, sudah benar aku berangkat seorang diri. Kau menyusul dan membawaku pulang".

"Perusahaan sedang tidak baik, orang tua kita pun mengkhawatirkan mu". Ucap Perth sehalus mungkin. Saint sedang dalam moodswing nya. Perth akan mencoba sebisa mungkin untuk sabar menghadapinya.

" Hiks~~~". Tiba-tiba Saint menangis dan Perth panik langsung merengkuh tubuhnya. "Kenapa keinginan tidak pernah terwujud. Hiks~“. Saint menangis di dalam pelukan Perth.

" Maafkan aku~ aku janji setelah semua ini apapun akan aku lakukan ". Perth menjauh tubuhnya lalu menangkup kedua pipi Saint. Terlihat wajah yang memerah dengan mata yang sembab.

" Aku hanya ingin berlibur~hiks, tidak lebih phi~". Cicit Saint.

"Ya, kita akan berlibur. Aku janji, tapi kau harus sabar na". Perth menghapus sisa lelehan air matanya.

Mereka berdua akhirnya sampai di Bangkok. Supir yang menunggu mereka kini sedang membawa si tuanya menuju rumah keluarga mereka. Mood Saint sudah membaik, ia bahkan berkata tidak sabar untuk bertemu dengan orang tuanya.

"Apa mae dan pho ada dirumah kita Perth?". Tanya Saint dengan tiang sambil bersandar di dada bidang suaminya.

" Orang tuamu, orang tua ku. Mereka menunggu kita di rumah". Perth mengecup dahinya.

"Perth". Panggil Saint sambil menggigit bibir bawahnya.

" Ada apa sayang?".

"Apa orang tua kita akan memarahi ku karena kabur dari rumah?". Cicit Saint hingga Perth tertawa.

Saint melongo melihat Perth tertawa lepas. Ia heran apa yang salah dengan pertanyaannya. Melihat Saint terdiam Perth tersadar lalu diam sejenak.

" Tidak akan, mereka mengkhawatirkan mu. Kenapa kau berpikir akan di marahi??". Perth penasaran di balik alasan Saint bertanya seperti itu.

"Karena aku kabur dari rumah tanpa pamit. Aku merasa seperti anak sekolah yang pergi begitu saja saat marah. Aku tidak pernah melakukan hal itu, mungkin saja Mae akan memarahi ku". Perth mengulum senyum mendengarnya. Melihat wajah Saint sangat menggemaskan.

" Mereka tidak akan memarahi mu. Mereka hanya akan memarahi ku, karena kau adalah tanggung jawab ku. Seharusnya aku bisa menjagamu". Saint merasa menyesal dan bersalah.

heart beat ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang