Kembali

160 14 0
                                    

Jangan lupa satu detiknya


     Setelah mengangkat telepon Arya masuk ke ruang kerjanya sampai dua jam belum keluar sedangkan Sheila menonton TV, namum pikirannya bercabang ia melihat jelas nama kontak tadi perempuan sibuk dengan lamunannya sampai tidak sadar bel sedari tadi berbunyi.

Ia pun tersadar lalu membuka pintu dan muncul kurir pengantar makanan Sheila mengucapkan terimakasih lalu menutup pintu.

"Baru tadi aku akan buka pintu, kakak pikir kamu tidur?"kata Arya yang sudah keluar dari ruang kerjanya.

"Ah, tidak kak tadi aku sedikit asik dengan filmnya sampai tidak dengar bel, maaf."

"Tidak masalah makanlah, kakak keluar sebentar,"

"Kemana?" Bukanya Sheila lancang tapi ia ingin tau kemana perginya suaminya.

"Bertemu teman,mungkin pulang nanti malam,"katanya sambil berdiri mengusap kepala Sheila lalu pergi.

Sheila memandang pintu sambil menghela nafas panjang lalu melihat makanan yang di pesan Arya tadi.

"Kak Arya pasti sudah memiliki pacar,"

Sheila yang tadi lapar menjadi malas untuk makan seharusnya ia sadar diri Arya hanya menganggapnya adiknya dan Arya hanya bertanggung jawab atas kaburnya Arka dari pernikahan ini.

"Baiklah Sheila kau sekarang harus sadar diri kak Arya hanya bertanggung jawab atas ulah adiknya yang seharusnya menjadi mempelai pria, tidak apa sekarang harus aku sadar posisi dan menjalankan. kewajiban ku," Sheila memaksakan senyumannya berusaha baik baik saja.

Malam hari

Jam sudah menunjukkan pukul 19:30
Sheila sudah memasak dan sekarang ia duduk di sofa sambil memandang pintu Arya sudah seharian ini belum pulang, bahkan tidak mengabarinya atau mungkin handponenya lowbat.
Wanita itu lagi lagi menunduk percuma berharap.

Namun suara pintu terbuka Sheila menegakan tubuhnya.

"Kak sudah makan aku memasak!"  Sheila berdiri di depan Arya berkata dengan semangat Arya membalas mengusap kepalanya dan tersenyum.

"Kau bisa memasak? Bila lelah tidak usah memasak,"

"Itu sudah menjadi tugasku tidak apa,"kata Sheila sambil menarik tangan Arya.

"Sebentar kakak mandi dulu, okey."

"Baiklah," ucap Sheila melihat Arya yang masih memakai baju tadi pagi ia sampai tidak sadar.

Selagi Arya mandi Sheila memanaskan makanan supaya hangat dan tidak lupa menyediakan teh hangat untuk Arya.

Selesai makan malam Sheila mencuci piring piring kotor setelah selesai ia melihat Arya duduk sambil memangku laptopnya sambil di temani teh buatan Sheila.

"Pekerjaan kakak banyak yaa?" Kata Sheila duduk di sofa singel.

"Kenapa duduk di sana? sini."kata Arya sambil menepuk sofa sampingnya. Sheila berdiri duduk di samping Arya dan melihat diagram yang tidak ia ketahui.

"Ada masalah dengan pembangunan resort, padahal sudah hampir selesai dan sepertinya harus kakak yang menanganinya sendiri,"

Sheila yang tidak mengerti hanya memiringkan kepalanya sambil melihat wajah Arya,
Arya yang gemas lalu merangkul pundak Sheila dan kepalanya bersandar pada dada bidang suaminya,

"Kakak harus kembali ke Singapura, pertanyaan kakak kamu mau ikut atau disini saja?" Sheila yang tadinya senang menjadi sedih tapi ia langsung mengubah raut wajahnya dan melihat Arya menaikan satu alisnya Sheila yang mengerti langsung berkata.

"Aku lebih baik disini tapi, aku ingin kembali bekerja apa boleh?"

"Bekerja di cafe kemarin?" Sheila hanya menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Kita pikirkan besok, sekarang sudah malam waktunya kita tidur," arya membereskan berkas juga menutup laptopnya.

Sheila keluar dari kamar mandi melihat Arya duduk bersandar di tempat tidur king size tadi memangku laptop sekarang melihat iPad sungguh orang yang sibuk ia merebahkan tubuhnya mencoba tertidur membelakangi Arya, gerakan di belakang mendekat sepertinya Arya juga akan tidur.

"Kenapa tidur berjauhan bukannya kau yang menyuruh kakak untu tidur di sampingmu."seraya menarik tubuh Sheila berhadapan dengannya lalu memeluknya "good night little wife"
Sheila tersenyum lalu memeluk pinggang Arya dengan erat.

Byee salam hangat

SheilaWhere stories live. Discover now