8

515 59 5
                                    

•┈┈┈┈┈┈୨♡୧┈┈┈┈┈•༶

✎ Happy Reading ✎

༶•┈┈┈┈┈┈୨♡୧┈┈┈┈┈•༶

Pagi menyapa, cuaca sangat lah cerah disertai awan yang bersinar. Sepertinya halnya Putra dari Adulkittiporn. Dirinya selalu bersinar setiap saat. Bahkan ketika wajahnya sangat murung, seperti saat ini.

Tidak ada hal lain di pikirannya, ia hanya melangkahkan kaki menuju tempat yang harus ia tuju. Tidak ada semangat diwajahnya, seperti bisa. Namun kali ini wajahnya jauh lebih murung.

Mengacuhkan seluruh tatapan tanya, kagum, dan lapar dari setiap manusia. Dirinya terus melangkah tanpa mempedulikan sekitar.

Kakinya melangkah dengan lebar, dan saat didepan kelasnya ia berhenti. Matanya menatap kearah lain, pintu yang jaraknya tidak jauh dari ia berdiri.

Ruangan tersebut nampak ramai, ia hendak kesana. Namun ia urungkan dan masuk kedalam kelasnya. Didalam tanpa basa-basi ia langsung duduk di kursinya.

Siswa/i sudah tau wataknya, dan tidak terlalu ambil pusing. Namun wajahnya hari ini nampak lebih murung, sepertinya ia banyak pikiran?

Tidak seperti biasanya. Ia akan menutup semua yang ia rasakan melalui wajah tenang dan datarnya. Namun kali ini, ia dengan terang-terangan menunjukkan wajah murungnya.

Dua anak ada di sebelahnya saling tatap. Satu pria yang bernotabene sebagai sepupunya hanya bisa mengidikan bahunya acuh, pria berkulit tan disebelahnya hanya mampu geleng-geleng kepala. Apa lagi yang terjadi? Pikirnya.

Mungkin sekitar 2 jam, bel istirahat akhirnya berbunyi. Ia bangkit dari duduknya dan keluar dari kelas begitu saja.

Menuruni tangga, saksi dimana ia pertama kali bertemu dengan pria mungil yang tak sengaja menabraknya. Seperti dejavu, ya? Setahun yang lalu ia yang menabrak. Lalu saat itu ialah yang ditabrak.

Hahhh, tidak usah diingat, nanti ia akan semakin kepikiran. Kini ia ada di satu tempat yang tengah ramai. Kantin, ia mengedarkan pandangannya dan melangkah menuju satu tempat.

Sayup-sayup Indra pendengarannya menangkap pembicaraan tak masuk akal, namun membuat mereka tertawa. Ia duduk di satu kursi dan meraih handphonenya.

Gun mungil
Kak, bisa ketemu? Gun ada ditaman

Tidak tau, tapi hatinya berkata bahwa ia harus membicarakannya sekarang.

Kalau tidak sekarang kapan lagi? Ia tidak ingin masalah ini dibiarkan begitu saja, dan tidak diselesaikan dengan baik-baik.

"Off, kemana?" Sahut Mond, saat melihat pria jangkung tersebut bangkit dari duduknya.

"Taman," Sahutnya singkat dan berlalu pergi.

Mata tajamnya menyusuri jalanan yang ia lalui. Tidak ada yang menarik perhatiannya sama sekali. Ya, tidak ada, kecuali seorang pria mungil yang duduk dikursi taman, dengan dua kotak makanan serta tumbler disebelahnya.

Kakinya berjalan dengan pelan, sangat pelan dan tidak menghasilkan suara sama sekali. Hingga ia berdiri tepat di belakang pria mungil tersebut.

Anything?حيث تعيش القصص. اكتشف الآن