Part 4⚠

7.1K 363 6
                                    

04. Suka

~°•°~

Senin siang, tepatnya pukul satu, Alca dan Naka kembali ke asrama. Sebenarnya, asrama hanya bisa di tempati oleh satu orang saja. Boleh sih lebih, tapi harus ada persetujuan dari si pemilik asrama pertama.

Contohnya aja ini Naka. Dia yang masuk pertama ke kamar asramanya dan dua hari kemudian, Alca datang. Memintanya untuk menjadi roommate. Awalnya Naka menolak, tapi Alca sedikitnya mengancam membuat Naka dengan amat sangat terpaksa menuruti ucapannya.

Alhasil mereka jadi roommate. Dan dari penjelasan Alca sih, dia masuk asrama juga karena Naka. Udah naksir sejak masa orientasi sekolah. Naka yang pendiam membuat Alca tertarik. Soalnya ada kalanya, Alca ini jadi orang yang sangat berisik. Makanya dia ngerasa cocok sama Naka.

Iya, itu opini Alca doang. Tapi menurut Naka, mereka gak cocok sama sekali. Benar-benar gak cocok. Alasannya? Gampang. Mereka sama-sama punya penis.

Menolak keras di awal walaupun pada akhirnya Naka pasrah juga. Naka sekali pokoknya. Udah lelah ngadepin Alca. Walaupun begitu, ada untungnya juga satu asrama sama Alca. Kebutuhannya tercukupi. Apalagi si Alca ini 'kan bucin mampus nyaris gila ke Naka. Jadi Naka akan memanfaatkannya dengan baik. Setidaknya demi kebutuhan perutnya.

"Besok ulangan." ujar Alca saat dia melihat sticky note yang Naka tempel di meja belajar mereka. Naka 'kan murid rajin. "Ulangan bahasa Inggris. Lisan."

Naka langsung bangkit duduk. Tv yang menampilkan drama ia abaikan. Sekarang Naka panik. Dia cukup bodoh dipelajaran bahasa Inggris.

"Jam tiga nanti, Nathan sama yang lain mau kesini." lanjut Alca saat dia ingat pesan dari teman bule kw-nya itu.

Naka menatap jam yang ada di meja televisi. Masih jam dua kurang sepuluh. Naka kembali membaringkan tubuhnya. Tidak memiliki niat apapun. Dia hanya ingin merebahkan dirinya. Menatap ke arah televisi. Menonton drama ala-ala yang di putar.

"Lo gak panik? Naren mau ikut."

Sekarang Naka tidak bisa santai lagi mendengar ucapan Alca. "Nanti gue pergi," jawabnya terdengar tidak peduli.

"Kenapa? Lo 'kan bego bahasa Inggris." ujar Alca bingung.

Naka berdecak, "Dengan gue disini, bukan cuman gue yang makin bego. Yang lain juga bakalan ikut bego. Kecuali Yash. Dia emang tinggal di Jerman dulu." jelasnya masuk akal.

Alca menatapnya. "Demi ulangan, biar gak remed." ujar Alca.

Naka menatapnya, "Nilai ulangan gak mencerminkan masa depan bagus apa enggak."

"Ya emang. Tapi lo 'kan gak bisa bersosialisasi."

"Sialan."

"Kenyataan." Alca menggeleng dramatis, "Lo udah pinter. Jangan karena satu orang, lo korbanin apa yang udah lo raih selama ini."

"Yang gue raih?" Naka berdecih, "Apa yang gue raih sekarang itu demi dapet perhatian orang tua. Berhubung gak dapet, jadi ya udah. Gak peduli gue."

Alca menaikkan sebelah alisnya. Dia mengetuk meja belajar di sebelahnya. Naka meliriknya. Apa yang akan cowok itu lakukan.

"Gimana kalo gue bakar buku rumus matematika sama fisika kimia lo? Oh atau buku yang kata lo kalau bumi itu datar?" tanya Alca dengan nada main-main.

Alca jelas tidak main-main. Ucapannya itu adalah ancaman. Naka menatapnya, "Gue disini." Finalnya. Tidak mau sampai kehilangan buku-buku berharganya.

Senyum kemenangan, Alca perlihatkan. Naka berdecih. Gila memang.

~°•°~

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang