Part 27

2.1K 224 18
                                    

27. Tidur 

~°•°~

"Udah gak papa. Cuman shock kok."

"Yakin? Lia tadi sampai gemeter gitu." Papa masih terlihat tidak percaya. Putri satu-satunya mau di culik dan dia tidak akan percaya begitu saja.

Mama mengangguk, "Lia beneran udah baik-baik aja, Papa. Lia juga tadi udah cerita dan sekarang tidur. Dia udah gak panik lagi." jelasnya. Mama juga khawatir, tapi dia mencoba menekannya agar sang putri tidak makin panik.

"Ya udah, sekarang Alca kemana?" tanya Papa saat dia tidak mendapati putra sulungnya.

"Alca ke tempat itu." jawab Naka, dia tidak tau nama tempatnya apa. Jadi sebut saja dengan asal.

"Itu? Itu di mana?" tanya Mama bingung.

"Itu loh. Yang biasa Alca datengin kalo mau bunuh orang." jawab Papa santai.

"Tapi kayaknya Alca gak bakalan langsung bunuh. Alca juga harus cari tau dulu motifnya apa. Siapa tau dia di suruh orang." jelas Naka, dia membuat pola lingkaran di pahanya sendiri.

"Ini suruhan kayaknya," ujar Papa. Menatap jendela dengan tatapan menerawang, "Tapi gak tau juga. Nanti tunggu Alca pulang aja."

"Eh iya! Tadi pulangnya gimana? Naik taksi kah?" tanya Mama. Tadi dia tidak mendengar suara mobil sama sekali.

Naka mengangguk, "Tadi gak boleh katanya." jawabnya. "Aku duluan ke kamar duluan."

"Iya. Langsung istirahat ya. Kamu keliatan pucet." jawab Mama dan Naka mengangguk saja.

"Ya udah, Mama ke Lia. Papa mau ikut gak?"

"Enggak," Papa menggeleng. "Mau ngurus sesuatu. Siapa tau Alca butuh sesuatu."

Mama mengangguk, "Nanti pesen makan aja."

"Iyaa."

~°•°~

Naka menatap layar laptopnya. Dia sudah berkali-kali membaca setiap kata yang ada di dalamnya. Ada juga foto dan video. Jujur saja, Naka biasa saja melihatnya. Itu hanya foto saat dia kecil yang di ambil diam-diam, begitu juga dengan videonya.

Katanya, itu semua adalah hal-hal yang sang Ibu ambil. Bundanya juga menuliskan beberapa surat untuknya. Perasaan yang Naka rasakan sekarang adalah lebih ke terharu. Sungguh, dia tidak pernah membayangkan ini. Bundanya memang selalu melindunginya.

Ada satu waktu di mana, Yuno, Naren dan Naka berkumpul di ruang keluarga. Naka hanya diam saja dan menggambar di bukunya. Saat itu, emosi Ayahnya sedang tidak stabil. Dan selalu, saat pria itu marah Naka yang akan menjadi pelampiasannya. Beruntungnya, tanpa sepengetahuan Naka, Bunda selalu menahan Ayah agar tidak memukulnya.

Membiarkan dirinya kena pukul oleh Ayah. Tidak membiarkan Ayah mendekat ke arah Naka. Dan Bunda benar-benar memiliki lebam di tubuhnya.

Lalu saat ulang tahun perusahaan, Naka di jauhkan. Di biarkan bermain sendiri di ballroom. Tidak peduli kalau Naka hilang atau di culik, sedangkan Yuno selalu di gandeng oleh Ayah dan Naren yang di gendong Ayah. Bunda sendiri menyingkir, berdiri beberapa langkah dari Naka agar anaknya atau keluarganya tidak ada yang curiga.

Saat kakek ada, Bunda tidak terlalu khawatir karena Naka pasti akan selalu aman. Tapi sejak Ayah mertuanya meninggal, kekhawatiran Bunda langsung datang. Dan rasa khawatirnya itu memang benar. Suami juga Ibu mertuanya mencoba membunuhnya.

Naka menghela napas. Menutup laptopnya begitu saja lalu ia letakkan di atas nakas. Naka membaringkan tubuhnya, memeluk bantal guling lalu kedua matanya terpejam. Mencoba mengingat wajah Bundanya. Mengingat pelukan terakhir yang ia rasakan.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang