Part 36

1.9K 190 9
                                    

36. Suara

~°•°~

"Kak Na pergi karena gak mau nyakitin cewek."

Alca mengangkat wajahnya. Menatap Lia yang duduk sambil menunduk, "Apa? Maksudnya gimana?" tanya Alca tidak mengerti.

Lia memainkan jari-jarinya, "Dari cerita Cherlin, kak Na pergi karena gak mau nyakitin Deyna. Dia cewek, makanya kak Naka gak mau deket-deket dia. Emosi bisa ambil," jelasnya. "Tapi kayaknya kak Na juga mau fokus dengan studynya."

Alca diam. Mencoba mencerna ucapan Lia.

"Kayaknya Naka mau kamu ngurus ini sendiri deh," Mama menatapnya. "Naka mau ngejar mimpinya dan gak mau ngurusin hal yang cuman buang-buang waktu dia."

Alca terdiam. Memikirkan ucapan sang Mama. Menatap karpet yang ia injak. Apa...benar?

"Tapi gak harus pergi, 'kan?" tanya Alca. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Naka.

"Orang cerdas gak jadiin cinta sebagai prioritas."

Semua mata langsung menatap kearah Papa. Pria itu menatap anak sulungnya, "Dan Naka, bukan anak yang haus perhatian atau kasih sayang walaupun dia tidak mendapatkan hal itu dari kecil." Papa menjeda, "Hal baru bukan hanya Naka dapatkan daei cinta. Dia berani ambil resiko buat ninggalin kamu buat ngejar cita-citanya karena dia percaya sama kamu. Dia bakalan balik ke kamu lagi."

Alca terdiam kembali. Ucapan Papa benar. Hanya saja, Alca tidak dapat menerima ini. Naka pergi diam-diam dan dia tidak tau cowok itu pergi kemana.

"Tunggu saja. Naka akan kembali. Entah kapan."

Sekali lagi, harapan Alca terpatahkan. Walaupun tidak semuanya.

~°•°~

Hari-hari berlalu begitu saja. Minggu terlewat begitu saja, begitu juga dengan bulan. Dan tidak terasa, Alca sudah berada di semester dua. Walaupun terlihat cepat, sebenarnya bagi Alca ini sangat lama.

Tidak ada Naka sih.

Dan lagi, gangguan dari Deyna tidak berhenti. Gadis itu mengikutinya sampai ke fakultas. Mengganggu Alca sampai dia jengah sendiri. Bertindak kasar pun, tidak ada gunanya juga. Deyna tetap mengejarnya.

Mentalnya kuat juga karena Deyna tidak trauma. Atau gadis itu memang sudah gila?

"Dia dateng lagi," ujar Naren saat melihat Deyna datang dengan langkah ringan ke arah Alca.

Alca mendengus, mendorong mangkuknya menjauh. Selera makannya hilang. Bahkan sejak Naka pergi, selera makannya berkurang. Naka benar-benar membuat hidup Alca berantakan. Apalagi saat itu, berat badan Alca turun cukup banyak. Sampai akhirnya dia berhasil menaikkan berat badannya lagi saat ingat kalau Naka pasti tidak akan suka dia kehilangan banyak berat badan.

"Alca~"

Suara cemprengnya terdengar dan Alca sangat membencinya. Cowok itu bangkit, ingin pergi.

"Alca, kok aku di kacangin?" tanya Deyna terdengar manja. Memaksa dirinya untuk memeluk lengan kanan Alca.

Alca berdecak. Menggeram di dalam hati. Menahan diri agar tidak bertindak kasar ke Deyna.

"Lepas." desisnya.

Deyna menggeleng. Dia menyandarkan kepalanya ke bahu Alca, "Kenapa sih? Pelukan gue masih sama kayak dulu, 'kan?"

Alca meliriknya, "Gue gak pernah di peluk lo." sinisnya lalu menyentak tangan Deyna kasar sampai gadis itu terdorong ke belakang. Pinggangnya menabrak ujung meja fakultas manajemen.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang