Part 23

2.3K 232 6
                                    

23. Bangun

~°•°~

"Dokter. Dokter lagi mancing dinosaurus ya, Dok?"

"Iya nih. Berat banget."

"Hehe." Naka tertawa, "Gak papa Dokter, bisa buat makan setahun."

Sekarang giliran Dokternya yang tertawa. Naka ini tetiba bangun dari koma, tetiba ngelantur terus ini malah balik gak sadar diri lagi. Untung udah lewat dari masa kritisnya.

"Naka, Naka. Kamu ini emang unik, ya." Dokter itu menggeleng, "Kedepannya, jangan suka masuk rumah sakit lagi, ya. Dari kecil kamu ke rumah sakit mulu."

Dokter pria itu kembali mengecek tubuh Naka. setelah dirasa tidak ada yang mengkhawatirkan, dia keluar. Menutup pintu kamar Naka dengan perlahan.

"Pdahal dulu masih suka godain suster, sekarang malah udah gede banget. Mana udah nikah. Gue yang mau empat puluh belum nikah. Ketidak adilan macam apa ini? Untung gak di suruh nikah."

~°•°~

"Jadi, lo mau apa-apain Ayah?" tanya Naka tanpa menatap Alca sama sekali. Dia lagi sibuk natap tangan kirinya yang patah terus retak lagi. Sialan. Kapan sembuhnya?

Alca menatapnya. Untung suaminya ini gak amnesia. Kalau amnesia, Alca gak bisa bayangin gimana jadinya.

"Gak masalah?" tanya Alca, dia memainkan jari-jarinya di tangan Naka.

Naka menggenggam jari Alca. Lalu mendongak, menatapnya. Senyum tipis dia berikan, "Silahkan. Gue gak mau gimana-gimana. Kalo lo mau, ya udah."

"Naren sama bang Yuno ikutan." ujar Alca membuat Naka mengernyit.

"Huh? Kok bisa? Seinget gue, mereka gak pernah di jahatin sama Ayah."

"Sepemikiran." Alca tersenyum. Ibu jarinya mengelus punggung tangan Naka, "Tapi katanya, mereka gak bertindak layaknya saudara ke lo. Dan lagi, mereka ini anggap lo sebagai saudaranya dan gak terima. Jadi singkatnya, mereka mau ngelakuin demi adik mereka."

Naka mengerjap. Masih tidak percaya. Sungguh. Kok bisa? Padahal mereka dulu nakal banget ke Naka. Tapi kok mereka bisa anggap Naka sebagai adik mereka.

Hm..

Agak mencurigakan.

"Jangan mikir aneh-aneh." Alca menegur, "Buat sekarang, cukup terima aja keputusan mereka. Kalau ada maksud lain, itu urusan belakang. Paham, sayang?"

Naka menatapnya. Ini agak aneh. Alca aneh. "Kenapa lo?" tanyanya curiga.

Alca tersenyum, "Gak ada sih. Cuman baru inget ucapan Hiro yang katanya, ada yang suka gue tapi gak tau perasaannya sendiri." jelasnya, "Bukan gitu, Naka?"

Naka memundurkan kepalanya. "Gak gitu," cicitnya pelan.

Alca tertawa, "Ya udah gak gitu."

"Mau pulang." adu Naka.

"Lo belum boleh pulang, Naka. Lagian lo baru sadar setengah jam yang lalu."

"Tapi gak nyaman."

Alca paham. Tapi Naka memang belum boleh pulang. Dokter masih harus memperhatikan kondisi Naka. Kalau Naka sudah cukup membaik, baru dibolehkan untuk pulang.

"Paling seminggu lo di sini. Lagian, tempatnya pojok. Gak banyak orang kok." jelas Alca menenangkan.

Naka meremat jari Alca, "Kemaren, lo gak aneh-aneh, 'kan?" taya Naka.

"Aneh-aneh?" beo Alca bingung, "Aneh-aneh gimana?"

"Maksudnya, lo beneran gak aneh-aneh. Lo gak selingkuh, 'kan?" tanya Naka yang langsung saja mendapatkan tawa dari Alca. Naka berdecak, sialan emang. Malah di ketawain.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang