Chapter 12 : Sisi Lain

71 9 23
                                    

Konten ini mengandung khayalan yang bersifat tidak nyata. Mohon para pembaca bijak menanggapi.

"Kalau begitu, ikannya mau dimasak secara apa?" tanya Ruby memiringkan kepalanya ke samping dengan kakinya yang terus melangkah.

Granger tampak berpikir sembari menenteng plastik berisi ikan besar yang mereka tangkap beberapa waktu lalu dengan kedua tangannya. "Bagaimana kalau dimasak sup?" usulnya.

Ruby menaruh telunjuknya di bibir bawahnya. "Hm, sepertinya kurang enak jika dimasak sup. Bagaimana kalau kita bakar saja? Jika dibakar, memasaknya juga tidak terlalu sulit dan tidak akan memakan waktu."

Selepas bepergian di kota Lumina, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Ruby.

Mereka berdua ingin memasak ikan yang berhasil mereka tangkap sebelumnya.

Kebetulan Ruby juga telah lama mengundang Granger ke rumahnya, namun selalu tak sempat. Oleh karena itu, Ruby tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini begitupun dengan Granger.

"Ngomong-ngomong tentang masak, memangnya kau bisa masak?" ejek Granger menukikkan alisnya sebelah.

Lengkungan senyum bangga tercipta di bibir Ruby. "Kau pikir bagaimana aku hidup selama ini jika aku tidak bisa memasak? Lihat saja, kau pasti tidak akan kenyang jika memakan masakanku."

"Lambungku tidak se-elastis itu. Dengan sedikit makanan saja, aku bisa kenyang."

"Oh. Akhirnya aku menemukan alasan kenapa badanmu sangat kerempeng." Seketika tawa Ruby meledak hingga menggema ke seluruh penjuru hutan.

"Kau mengejekku?" kata Granger jengkel.

"Hanya mengungkapkan fakta," ledek Ruby menjulurkan lidah kemudian dengan cepat berlari sambil tergelak.

"Hei! Gantian membawa ikannya, nona pendek!" teriak Granger yang ditinggalkan oleh Ruby.

Gadis berambut pirang itu membalikkan badannya sejenak kemudian memasang tampang mengejek. "Bawa saja sendiri, orang aneh!" serunya kemudian kembali melangkah ke depan.

Granger mengembuskan napas sembari tersenyum tipis. Ia lalu kembali menyeret ikan hasil tangkapan mereka sembari mengikuti langkah Ruby yang masih terlihat di depannya.

Meskipun sangat berat, namun tetap saja sebenarnya Granger tak mau gantian menenteng ikan ini.

Dirinya tak ingin Ruby menyeret ikan seberat ini, walaupun awalnya Ruby menawarkan tenaganya untuk menyeret ikan itu bersama-sama.

Gadis itu cukup membawakan pistolnya saja dan sabit milik gadis itu sendiri.

Tak lama, sebuah cahaya lampu kuning hangat yang berpendar dari sebuah rumah kayu kecil dua lantai menyambut pandangan Granger.

Dari kejauhan, hanya rumah itulah sumber cahaya di hutan ini karena pepohonan besar tak mengizinkan cahaya bulan masuk.

Lelaki itu dapat melihat bahwa langkah kaki Ruby yang beralaskan sepatu pantofel coklat dengan hiasan pita merah terhenti.

Gadis bertudung merah itu mematung sembari menatap lurus ke depan.

Granger lantas telah berdiri di sampingnya, kemudian menatap ke rumah di depannya itu yang terlihat sangat nyaman.

"Inikah rumahmu?" tanya Granger tak mengalihkan pandangan.

Namun ketika menyadari Ruby tak menggubrisnya, lelaki itu lantas menatap ke arah gadis yang ada di sampingnya. "Ada apa?"

Iris hijau besar Ruby yang memantulkan cahaya hangat terpaku ke depan. Pandangannya terfokus pada pintu rumahnya.

Karena bingung, Granger lalu mengikuti arah pandangan gadis itu. Seketika ia terkejut tanpa ekspresi.

The Little Redhood and The Vagrant PoetWhere stories live. Discover now