Chapter 2 : Putri Angsa

268 20 21
                                    

Gadis bertudung merah telah sampai di tempat asal suara tersebut. Matanya melotot melihat disebelah kirinya ada bangsa Orc dengan jumlah yang bisa dibilang tidak sedikit.

Sedangkan disebelah kanannya, ia melihat ada gadis yang kemungkinan seorang putri, jika dilihat dari pakaiannya.

"Oi, putri Odette! Sebaiknya kau ikut kami dengan baik daripada kau terus melawan seperti ini. Kau sendirian, sedangkan kami lebih dari seratus. Mau sekuat apapun kau, tidak akan bisa melawan kami." teriak salah satu bangsa Orc yang memegang kapak.

"Huh! Aku tidak sudi ikut kalian untuk membantu niat busuk kalian itu. Aku, Odette Regina Windsor, akan selalu melindungi Swan Castle!" ujar putri yang namanya Odette itu.

"Kau benar-benar keras kepala! Kalau begitu, teman-teman! Hajar gadis sombong itu!"

Beberapa Orc pun mulai maju untuk menyerang putri itu, tapi saat putri itu berniat mengeluarkan sihir dari tongkatnya, gadis bertudung merah langsung menangkis serangan para Orc itu dengan sabitnya.

"Kau tidak apa-apa?!" tanya gadis bertudung merah itu sambil menahan serangan bangsa Orc.

"Kau.... siapa...?" Odette kebingungan.

"Tak peduli siapa aku, sekarang cepat! Serang mereka dengan tongkat sihirmu itu!"

Odette mengangguk, ia kemudian mengeluarkan sihir berbentuk angsa dan menyerang ke arah Orc itu, Orc itu kemudian terpental dan terguling kesakitan.

"Arghhh!"

"Sialan! Mereka hanya berdua, ayo hajar mereka!" ujar Orc yang memegang kapak tersebut.

Sekitar lima belas bangsa Orc menyerang gadis bertudung merah dan putri Odette,  gadis bertudung merah hanya kuat menahan empat sampai lima Orc.

Sedangkan sisanya menyerang kearah putri Odette. Putri Odette kemudian mengeluarkan sihir yang bisa mengurung Orc itu, ia kemudian mengeluarkan sihir berbentuk angsanya berulang kali hingga mereka terpental kesakitan.

Para Orc itu terlalu kuat, gadis bertudung merah tak dapat menahan serangan para Orc itu lagi, ditambah dengan rasa sakit dibahunya. Tangannya yang memegang sabit bergetar, menandakan ia tak kuat lagi.

Gadis bertudung merah terduduk dan sabutnya terpental ke sampingnya, para Orc tadi mengayunkan senjata meraka keatas dan bersiap menyerang gadis bertudung merah.

Tapi saat senjata para Orc itu hampir membelah kepalanya, para Orc itu langsung tumbang dengan kepalanya yang bolong dan bercucuran darah.

Suara peluru yang memekakkan telinga pun terdengar. Gadis bertudung merah tau siapa itu.

Ia kemudian menoleh kearah kanan dan kiri, ia melihat ada seorang laki-laki berjubah hitam yang memegang pistolnya dibalik pohon.

"Kau?!"

"Sudah berapa kali aku menyelamatkan hidupmu hari ini?" ucap laki-laki itu dengan raut wajah sombong nya.

Gadis bertudung merah jengah melihat sikap laki-laki yang ia temui beberapa jam lalu ini. "Kau berniat membantu atau tidak?!"

"Tentu, tapi kau harus memohon padaku."

"Apa?!"

Para Orc merasa kesal melihat dia manusia yang asik bicara di tengah pertempuran ini. "Ternyata kalian masih berani bercakap-cakap?! Jangan merendahkan kami manusia! Ayo kita serang bersamaan mereka!!"

"Cepatlah, atau kau akan mati saat ini juga." laki-laki berjubah hitam itu berbicara dengan tenang. Seperti tidak takut pada apapun.

Gadis bertudung merah berdecak kesal, ini bukan saat nya untuk meninggikan harga diri. Ia terpaksa memohon pada pria itu. "Aku mohon!"

The Little Redhood and The Vagrant PoetWhere stories live. Discover now