Lima

24.8K 3.7K 89
                                    

Gue suka sama lo, nggak ada alasannya. Emang butuh alasan untuk suka seseorang?

-Lusi

"Hari ini aja."

Lusi tidak mengerti maksud Aydan. Dia yang sedang duduk bersila di samping laki-laki itu hanya mampu mengangkat kedua alisnya. Merasa ditatap, Aydan pun ikut menoleh.

"Hari ini aja, gue menjadi tunangan lo."

Perlahan, senyuman Lusi mengembang. Walau tidak mudah, sedikit demi sedikit imagenya pasti berubah jika dia terus memperhatikan kondisi orang-orang di sekitarnya. Karena di dunia nyata dia tidak bisa memiliki banyak teman karena penyakitnya, setidaknya di dunia komik ini dia ingin merasakan kasih sayang seorang teman dari orang sekitar. Apa itu permintaan yang berlebihan untuk orang yang memasuki tubuh orang lain?

"Nggak perlu jadi tunangan, lo mau gue jadi temen lo aja gue udah seneng," ucap Lusi.

Apa dia sesuka itu sama gue? pikir Aydan yang mulai merasakan ketulusan Lauren, walau sebenarnya dia salah mengartikan karena maksud Lusi hanya peduli sebagai teman.

"Lo mau menangis lagi? Gue bawa tisu," kata Lusi.

Sontak pipi Aydan memerah. Dia malu jika membayangkan harus menangis di depan Lauren yang dari dulu mengejar-ngejar dirinya. Mau di kemanakan harga diri Aydan?

"Nggaklah!"

Lusi menahan tawanya melihat Aydan yang kelabakan. "Padahal nggak pa-pa, loh."

Beberapa menit setelah keduanya hanya saling diam, Lusi pun kembali membuka suara. "Tante Novi itu orang yang seperti apa?"

Awalnya Aydan terkejut karena Lusi tiba-tiba membahas ibunya. Tapi mungkin dengan menceritakan tentang sosok ibunya, hati Aydan yang berat untuk merelakan kepergiannya mungkin bisa pelan-pelan ikhlas.

"Ibu ... orang yang selalu tersenyum, bahkan ketika sakit. Gue belum pernah bertemu sama orang yang seperti ibu, yang sekuat ibu dan setegar ibu," ungkap Aydan. Dia jadi lupa kalau dari dulu membenci Lauren. Apa sekarang, gadis itu mulai berhasil menghangatkan hatinya sehingga mulai terbuka?

"Dia pasti cantik banget," ucap Lusi.

Aydan terkekeh. "Dia memang seperti bunga. Kalau ke taman, banyak kupu-kupu yang mau ajak dia main."

"Dan sekarang, dia pasti berada di tempat indah itu, kan? Bayangin kalau dia tau lo nangis sendirian di sini, dia mungkin nggak bisa pergi ke sana karena berat ninggalin lo sendiri," ujar Lusi sambil menatap lekat Aydan yang tersadar oleh ucapan Lusi. Apa yang dikatakan Lusi ada benarnya. Jika dia terus-menerus larut dalam kesedihannya, bisa saja ruh ibunya tidak tenang.

"Tapi, apa gue nggak boleh sedih atas kepergiannya?"

Lusi meletakkan tangannya di atas kepala Aydan dan perlahan mengelusnya. "Boleh, asal cuma hari ini. Besok, harus nggak ada lagi kesedihan di hati Aydan."

I'm In Love With A Second Lead Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang